Di sebuah sekolah Katolik yang dipenuhi semangat persatuan dan kasih sayang, terdapat seorang siswi bernama Geovani. Geovani dikenal sebagai sosok yang rendah hati, selalu membantu teman-temannya, dan memiliki iman yang kuat. Namun, pada suatu hari, Geovani menghadapi situasi yang membuat hatinya gelisah. Di sekolah, ia melihat teman sekelasnya, Juan, yang sering dibuli oleh beberapa siswa lainnya. Juan adalah anak pendiam dan memiliki keterbatasan fisik, tetapi hatinya lembut dan penuh kasih. Sayangnya, beberapa siswa sering mengejek dan mempermalukannya.
Geovani merasa sangat tidak nyaman setiap kali melihat Juan diperlakukan dengan kasar. Hatinya berkata bahwa ini adalah hal yang salah. Pada suatu hari, saat istirahat, Geovani melihat Juan dipaksa untuk menyerahkan makanannya kepada sekelompok siswa yang lebih besar darinya. Hatinya bergejolak. Ia tahu bahwa ini adalah ketidakadilan nyata. Di tengah keraguan hatinya, ia mengingat ajaran yang pernah diajarkan oleh gurunya tentang keberanian dan keadilan. Geovani akhirnya memutuskan untuk tidak tinggal diam. Dengan keberanian yang dikumpulkannya, ia berdiri di depan Juan dan berkata, “Berhenti! Ini tidak adil. Kita semua seharusnya saling menghormati, bukan menyakiti.”
Tindakan Geovani mengejutkan teman-temannya, bahkan para siswa yang sering mengganggu Juan. Mereka tidak menyangka bahwa Geovani, yang biasanya pendiam, akan berbicara dengan tegas seperti itu. Beberapa siswa mulai merasa malu dengan perbuatan mereka, sementara yang lain merenungkan kata-kata Geovani. Guru yang berada tidak jauh dari situ melihat kejadian ini dan merasa bangga atas keberanian Geovani. Dengan tindakan kecilnya, Geovani telah menunjukkan bahwa meskipun menghadapi tantangan, kita semua memiliki tanggung jawab untuk melawan ketidakadilan.
Kisah Geovani ini mengingatkan kita pada kisah dalam Injil Lukas 6:6-11, di mana Yesus menyembuhkan seorang pria dengan tangan yang kaku pada hari Sabat. Meskipun para ahli Taurat dan orang Farisi menunggu untuk menemukan kesalahan dalam tindakan-Nya, Yesus tetap melakukan yang benar. Ia tahu bahwa hukum kasih jauh lebih penting daripada tradisi atau aturan yang kaku. Seperti Geovani yang berani berdiri untuk keadilan, Yesus juga menunjukkan bahwa melawan ketidakadilan dan memperjuangkan kebaikan adalah tindakan yang benar dan berani, meskipun mungkin menghadapi tantangan atau penolakan.
Sebagai siswa di sekolah Katolik, kita diajak untuk meneladani keberanian Geovani dan kasih Yesus dalam kehidupan sehari-hari. Jangan takut untuk melawan ketidakadilan, meskipun berarti harus berdiri sendirian. Ingatlah bahwa iman kita mengajarkan kita untuk selalu melakukan yang benar, bahkan saat itu sulit. Dengan keberanian dan iman, kita dapat membawa perubahan positif di sekitar kita, menjadi alat Tuhan dalam menyebarkan kasih sayang dan kebaikan kepada sesama. Mari kita berani melawan ketidakadilan, seperti Geovani, dan hidup sesuai ajaran Yesus.
“Dalam setiap tindakan kecil melawan ketidakadilan, kita menjadi alat Tuhan untuk menyebarkan kasih dan kebaikan di dunia ini.”
Refleksi
Seorang pemenang selalu melakukan refleksi diri untuk segera mendapatkan pembelajaran yang maksimal. Luangkan waktu dan tuliskan apa yang kamu pelajari.
- Pembelajaran terbesar saya hari ini adalah…
- Formula yang paling berkesan untuk saya adalah…
- Hari ini saya sangat bersyukur karena…
Kreator : Silvianus
Comment Closed: Berani Menentang Ketidakadilan
Sorry, comment are closed for this post.