Di zaman yang serba tidak menentu ini, banyak orang yang lelah memikirkan sesuatu yang positif. Semua asumsi dan persepsi bisa berseliweran sesuka hati dari sekian banyak informasi yang deras mengalir pada berbagai grup di aplikasi whatsapp tiap handphone. Semua informasi yang ada tampak begitu ambigu dan menyesatkan, jika kita tidak pandai-pandai memilih dan memilah juga menyaringnya dengan seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Lho kok jadi mirip-mirip akhir teks proklamasi ya? Tapi benar begitulah adanya, asumsi yang beredar lebih banyak hal yang yang bersifat negatif atau memojokkan pihak lain, mulai dari informasi merebaknya aksi pelakor yang ditayangkan sebuah tv series, atau banyaknya informasi lain yang kurang berguna di berbagai akun media social, sehingga tak lagi jelas, mana kata-kata dan informasi yang bisa dipercaya dan mana yang tidak perlu sama sekali dikonsumsi banyak orang.
Sebagai seorang muslim, tentu saja, panutan utama kita adalah Rasulullah SAW dan para sahabat mulianya. Bagaimana Rasulullah bersikap dan berperilaku sehari-hari saat ada informasi yang hadir di hadapannya? Tabayun adalah cara yang selalu digunakan Rasulullah saat menerima informasi yang tidak jelas atau belum terlihat pasti kebenarannya. Rasulullah dan para sahabat, akan mencari tahu dari mana informasi tersebut beredar, siapa sumber utama informasi, kapan dan dimana sumber berita saat kejadian berlangsung dan hal-hal lainnya yang akan diklarifikasi lebih dulu. Bahkan ada salah satu hadits Rasulullah yang mengatakan bahwa sebelum berburuk sangka, sebaiknya kita harus mencari tujuh puluh alasan yang akan membuktikan prasangka buruk tadi, baru boleh berburuk sangka. Jika tidak ditemukan tujuh puluh alasan, maka berhentilah berburuk sangka. Hadits di atas senada dengan salah satu ayat Allah SWT dalam sebuah surat dalam Qur’an yang artinya: bahwa sebagian besar prasangka adalah dosa besar, maka hindarilah berbagai prasangka yang ada.
Setiap akan menaruh prasangka, mari kita ambil kertas dan pulpen. Mari tuliskan dan inventarisir 70 alasan yang bisa menguatkan prasangka buruk tadi, dan berhentilah berburuk sangka karena kita biasanya akan sangat sulit menemukan 70 alasan di atas.
Mendengar kabar tentang anak yang sakit di negeri rantau misalnya. Jangan panic, tetap tenang. Lalu cari tahu dari orang-orang terdekatnya yang bisa dihubungi, entah itu kawan sekolahnya, ibu kontrakannya, gurunya atau saudara yang mungkin tinggal satu kota dengannya.
Contoh lainnya misalnya menemukan panggilan tak terjawab dari handphone suami, padahal tidak juga nomor itu ada di nomor kontaknya. Jangan buru-buru berburuk sangka bahwa ada wanita lain yang diam-diam didekati suami. Tabayunlah dengan kepala dingin, tanyakan kabar suami dan sampaikan bahwa ada nomor tak dikenal yang tak terjawab di hp suami, saat dia sedang di kamar mandi beberapa saat yang lalu. Kumpulkan 70 alasan untuk sampai pada informasi bahwa memang ada perilaku pasangan hidup yang kurang sesuai syariat, dll. Berhentilah buruk sangka, jika sulit sekali menemukan tujuh puluh bukti.
Memilih untuk percaya pada kesetiaan suami, adalah pilihan yang sangat tepat. Apalagi diiringi juga dengan tetap introspeksi diri. Mungkin penampilan kita yang terlihat selalu kurang elegan di mata suami saat pulang kantor. Maka mandi dan berhiaslah sewajarnya menjelang suami pulang kantor. Kenakan pakaian yang indah dipandang, bersih dan wangi, sehingga suami akan semakin betah berlama-lama di dekat kita. Untuk daster favorit yang sudah bertahun-tahun kita gunakan karena nyaman, padahal bentuk dan warnanya sudah tak enak lagi dipandang, sebaiknya dipakai saat suami tak berada di dekat kita, misalnya saat dia berada di kantor, dll.
Melihat anak pulang kemalaman dari kampus. Jangan lampiaskan amarah tanpa tabayun pada anak. Hal itu hanya akan membuat hubungan kita dengannya berjarak. Apalagi anak sudah beranjak remaja, tentu saja, cara pendekatan kita tidak bisa disamakan dengan perlakuan pada anak di bawah usia sepuluh tahun, meski dia anak bungsu. Sebaiknya siapkan dulu makan malam untuknya, berikan waktu untuk anak beristirahat sejenak. Sekiranya anak masih terlihat kelelahan, carilah lain waktu yang kondusif untuk membahasnya dari hati ke hati.
Berbaik sangka itu akan membuat hidup kita menjadi lebih indah dan penuh warna. Sementara mempertahankan banyak buruk sangka pada berbagai pihak hanya akan membuat hubungan kita dengan yang lain terkotori oleh berbagai konflik yang tidak berfaedah. Bahkan, jika pun ada hal yang muncul sehingga membuat kita buruk sangka dengan segera pakailah bingkai baru/ reframing dalam memandang masalah itu. Cari tahu apa sisi positif kejadian tersebut, yang dapat menjadi pelajaran untuk kedepannya. Selain itu, orang yang senang berbaik sangka, garis mukanya pun akan tampak lebih cerah dan lebih awet muda, karena jarang membuat mulut dan mimic wajahnya berkerut ke bawah.
Dari sekian banyak keunggulan yang menyertai perilaku baik tersebut, masih perlukah kita tetap berbaik sangka?
Kreator : Emma Indirawati
Comment Closed: Berbaik Sangka, Masih Perlukah?
Sorry, comment are closed for this post.