Pertama kalinya aku mengetahui bahwa pelabuhan Furi merupakan pelabuhan tempat nelayan menjajakan hasil dagangannya karena aku diajak oleh Mama Wina, ibu asuh di Nias Barat. Selesai sekolah pada siang itu, Mama Wina sudah bersiap di depan rumahnya.
“Ayo, Fadiya. Kita cari ikan!” ajak Mama Wina.
Saat itu, pertama kalinya aku melihat pelabuhan Furi Sirombu ramai oleh para nelayan, karena biasanya aku ke pantai maupun pelabuhan Sirombu sore hari. Nelayan-nelayan bersiap sedia di samping perahunya menawarkan ikan-ikan bagi masyarakat yang datang.
Dengan cekatan, Mama Wina bertanya kepada satu nelayan ke nelayan lainnya tentang harga ikan yang mereka tawarkan. Mama Wina memperhatikan kualitas dari ikan yang ditawarkan dalam kotak es batu maupun ikan-ikan yang mereka gantungkan di perahu mereka. Pada saat itu, mayoritas nelayan mendapat tangkapan ikan hambu-hambu, atau ikan tongkol. betapa murahnya ikan-ikan itu dijual, sekitar Rp 15.000,- per ikat. Satu ikatnya terdiri dari 3 ekor ikan dengan ukuran yang cukup besar, kurang lebih sepanjang tulang hasta manusia.
Setelah memilah dan memilih dengan cermat dan cekatan, akhirnya Mama Wina mendapatkan beberapa ikan hambu-hambu yang besar dan segar. Aku bertugas untuk membawa ikan tersebut dalam karung yang sudah dipersiapkan dari rumah. Kami pun pulang kembali ke rumah untuk memasak ikan hambu-hambu tersebut dengan bumbu kuning dan sebagian lainnya dibumbui sambal. Karena ikan-ikan yang didapatkan adalah ikan yang segar, tidak ada baru amis ataupun daging ikan yang gatal sebagaimana pengalamanku dengan ikan tongkol di pulau Jawa.
Beberapa waktu kemudian, aku berkunjung kesana lagi, namun kali ini aku hanya sendiri karena ingin melihat-lihat pelabuhan dan pantai. Saat beristirahat, aku mengobrol dengan seorang bapak-bapak yang menjadi pedagang ikan keliling di kecamatan Mandrehe. Beliau bercerita bahwa tiap sehari atau dua hari sekali beliau mengambil ikan-ikan dengan harga murah dari nelayan untuk dijajakan keliling dengan motornya yang sudah dimodifikasi dengan bak ikan di bagian belakangnya. Mengingat jalanan di Nias Barat yang tidak begitu bagus, aku cukup takjub dengan perjuangan beliau mencari nafkah untuk keluarganya, sama seperti mayoritas warga disini melalui pekerjaannya masing-masing.
Hari itu, bertambah satu lagi alasanku untuk bersyukur atas hidup yang telah diberikan Allah padaku. Dan melihat interaksi nelayan dan masyarakat Nias Barat di pelabuhan Furi menjadi core memory yang akan kuhargai seumur hidupku.
Kreator : Fadiya Dina H
Comment Closed: Berburu Ikan di Pelabuhan Nelayan
Sorry, comment are closed for this post.