Sriatun menatap tajam postingan Badriah dan teman-temannya yang berisi provokasi untuk memboikot jualannya. Hawa amarah menjalar membuat tangannya mengepal. Iskandar yang duduk di depannya sambil minum kopi juga sedang menahan amarah karena postingan tersebut.
“Abang tidak boleh tinggal diam, Aku tidak terima diperlakukan seperti ini, malu aku, Bang!” Sriatun mengguncang bahu Iskandar karena melihat Iskandar cuma duduk sambil minum kopi.
“Tenang dulu, Atun. Aku juga pusing memikirkannya,” sahut Iskandar mencoba menenangkan Sriatun.
“Abang bisa tenang, bagaimana dengan aku, Bang? Betapa malunya aku dikatakan sebagai pelakor, Bagaimana kalau pelanggan pada lari karena memboikot jualanku? Mau makan apa aku dan anak-anakku?” Sriatun memberondong Iskandar dengan pertanyaan-pertanyaan yang semakin membuatnya pusing.
“Kau kira aku ini tidak memikirkan semua itu? Aku juga memikirkannya,”
“Aku lihat abang duduk tenang sambil minum kopi, apa yang Abang pikirkan?” Protes Sriatun.
“Pikirkan dengan tenang, Atun, semua pasti ada jalan keluarnya.”
Sriatun kesal dengan sikap Iskandar yang seperti santai dan cuek, asik minum kopi seakan tidak peduli dengan masalah yang dihadapinya. Betapa malunya Sriatun mendapat julukan pelakor. Bahkan di postingan yang lain tertulis selingkuh dengan suami orang. Bagaimana kalau postingan itu sampai terbaca kakaknya? Kakak yang beberapa hari lalu menjadi wali nikahnya, menggantikan ayahnya yang sudah meninggal. Sriatun memberitahukan kepada kakaknya kalau Iskandar adalah duda.
Apalagi kalau sampai orang-orang di kampungnya tahu ternyata dia menikah dengan suami orang, sedangkan orang di kampung tahunya Iskandar adalah duda. Bertambahlah malunya karena ketahuan bohong. Kakaknya pasti akan marah karena Sriatun sudah membuat malu keluarga.
“Argh … “ Sriatun mengeluarkan perasaan kesalnya sambil melempar bantal ke arah Iskandar. Iskandar terkejut dengan kelakuan Sriatun karena selama Husna menjadi istrinya, tidak pernah berlaku kasar seperti itu. Apa pun kesalahan yang Iskandar lakukan yang membuat Husna marah, hanya berujung perdebatan.
“Atun!” Seru Iskandar marah.
“Maaf, Bang. Tidak sengaja kena Abang. Atun pusing, kesal, marah. Tidak tahu harus bagaimana,” Bulir bening keluar dari kelopak mata Sriatun, meluluhkan hati Iskandar.
Air mata itulah yang selama ini selalu membuat hati Iskandar iba kepada Sriatun. Hingga rasa iba itu berubah menjadi perhatian dan akhirnya tumbuh rasa sayang dan ingin selalu melindungi. Sriatun pun merasa tersanjung dengan perhatian Iskandar, akhirnya ingin selalu bersamanya. Sehingga dia mau diajak menikah siri dengan Iskandar, walaupun dia tahu Iskandar sudah beristri dan punya anak.
Demi mewujudkan hasratnya untuk bersama Iskandar, dia berbohong kepada keluarganya tentang status Iskandar. Karena dia khawatir kalau keluarganya tahu Iskandar sudah beristri, mereka tidak akan merestui pernikahan mereka. Sebenarnya mereka menginginkan Sriatun dan Iskandar menikah di KUA. Tetapi Sriatun mengatakan hanya sementara menikah siri, supaya ada yang menjaganya dan menolongnya berjualan.
Keluarganya pun merestui, dengan harapan ke depannya Sriatun dan Iskandar akan menikah dengan resmi. Untuk sementara, agar terhindar dari zina dan supaya ada yang menjaga Sriatun akhirnya dilangsungkan pernikahan siri yang dihadiri oleh kerabat dekat dan tetangga.
Sebagai janda yang harus menghadapi kerasnya hidup dan bekerja keras untuk menghidupi anak-anaknya, Sriatun merasa bahagia dengan hadirnya Iskandar. Dia selalu meringankan pekerjaannya, membantunya membawa barang dagangannya. Ketika Sriatun sibuk jualan dipasar, Iskandar membantu antar jemput anaknya dari sekolah. Sehingga anak-anak Sriatun juga sudah terbiasa dengan Iskandar, dan bisa menerima Iskandar.
Iskandar yang merasa memiliki tanggung jawab dengan Sriatun karena sudah menjadi istrinya, mengajak Sriatun berpikir tenang untuk membersihkan nama mereka yang sudah tercoreng karena ulah teman-teman Husna. Iskandar tidak mau dianggap berselingkuh karena mengkhianati Husna. Sriatun juga tidak mau dianggap pelakor.
Sriatun meminta Iskandar untuk mendesak Husna dan teman-temannya supaya menghapus postingan itu, dan membersihkan nama mereka. Meminta maaf karena telah melanggar undang-undang ITE dengan melakukan pencemaran nama baik melalui media sosial.
Sriatun mendesak Iskandar supaya memberikan ancaman kepada Husna.
“Ancam dia supaya takut dan klarifikasi untuk membersihkan nama kita,” Desak Husna.
“Ya, dia harus diberikan pelajaran. Istri itu harus menjaga nama baik suami,” Iskandar mendukung usul Sriatun.
“Dia malah koar-koar sampai akhirnya kita yang jadi korban mulut embernya, Abang dianggap selingkuh, Aku dianggap pelakor,” Sriatun menyemangati Iskandar.
Iskandar termakan provokasi dari Sriatun sehingga segera pulang untuk memberikan pelajaran kepada Husna. Kalau bukan karena Husna mengadu kepada teman-temannya, pasti aman hubungannya dengan Sriatun.
Ada rasa senang dalam hati Sriatun melihat kemarahan Iskandar kepada Husna. Dia membayangkan bagaimana Iskandar akan memarahi Husna ketika sudah sampai rumah. Puas rasanya kalau nantinya Husna dan Iskandar adu mulut. Husna akan mohon ampun dan menangis karena takut kehilangan Iskandar. Biar tahu rasa dia. Jadi istri tidak menghormati suami, menyebar aib suami. ‘Seharusnya dia diam, tidak menceritakan perselingkuhan suaminya dan tidak koar-koar kepada teman-temannya.’ batin Sriatun.
Namun kenyataannya, Sriatun harus menelan kepahitan. Ketika dia membuka aplikasi Facebook, dia melihat siaran lansung Husna yang sedang jalan-jalan di mall dengan anak-anaknya. Tampak Iskandar menggandeng anak bungsunya dan membeli mainan. Beberapa saat kemudian Husna kembali live di Facebook memamerkan anak-anaknya sedang bermain di arena permainan di lantai atas mall. Iskandar bercanda ria dengan mereka. Rasa cemburu membuat Sriatun marah dan kesal. Sriatun penasaran, dan berprasangka kalau Husna pasti memakai pelet sehingga Iskandar tidak jadi marah-marah kepadanya.
Kreator : Tri Uswatun Hasanah
Comment Closed: Bercanda Dengan Poligami (chapter 2)
Sorry, comment are closed for this post.