KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Bercanda Dengan Poligami (chapter 4)

    Bercanda Dengan Poligami (chapter 4)

    BY 03 Jul 2024 Dilihat: 63 kali
    Bercanda Dengan Poligami (chapter 4)_alineaku

    POV Husna

    Husna masuk ke kamar anak-anaknya. Dia memandangi kedua anaknya yang tertidur pulas. Husna bermonolog dalam hati. Entah bagaimana anak-anaknya yang sudah remaja kalau mengetahui kelakuan ayah mereka. Iskandar sosok ayah yang sayang kepada anak. Anak-anak juga dekat dengan sang ayah. Husna berharap mereka tidak mengetahui apa yang yang ayahnya telah lakukan kepadanya. 

    Betapa pun marahnya Husna kepada Iskandar, dia tetap berusaha bersikap baik ketika di depan anak-anaknya. Ketika pagi tetap menyiapkan sarapan dan membantu Iskandar bersiap-siap bekerja menarik bentor. Baju-baju Iskandar tetap dicucikan walaupun sebenarnya dia malas menyentuhnya. Tetapi untuk menutupi masalah antara mereka berdua, Husna tetap melakukan tugasnya sebagai istri.

    Siang itu di kantor kelurahan handphone Husna berdering. Panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Husna membiarkannya karena dia sedang sibuk mengatur arsip di lemari. Beberapa saat kemudian handphonenya berbunyi lagi. Dari nomor yang sama. Husna tetap tidak menjawab, karena dia selalu hati-hati dengan nomor asing. Ketika ketiga kalinya tetap berdering, Badriah mengambil handphone tersebut dan memberi kode kepada Husna kalau dia yang akan menjawab.

    “Halo, siapa ini?” Suara Badriah yang cempreng beraksi.

    “Eh, Husna jangan suka mulut ember, Kamu ya!” suara di seberang langsung bernada tinggi.

    Mulut cablak Badriah langsung menyahut, “Aduh, Mbak, siapa ini, dari mana, mau apa, Kami di kantor kelurahan siap melayani,” Badriyah hafal suara Sriatun. Sejak melihat nomor yang tertera ketika melakukan panggilan, Badriyah sudah curiga kalau itu nomor Sriatun.

    “Aku tidak main-main ya, awas kau mau ajak komplotanmu nyerang aku lagi,” Sriatun belum tahu kalau Badriah yang menjawab panggilannya.

    “Aduh, takuut,” Badriah masih bermain-main menjawab ancaman Sriatun.

    Mendengar nada bicara Badriah yang mengejek, Sriatun semakin marah. “Hati-hati, Kau. Perempuan tidak tahu bersyukur.” Badriah mengernyitkan dahi karena heran dengan kata-kata Sriatun. Balqis yang hobi bergosip mendekat, agar lebih jelas mendengar suara Sriatun dengan loud speaker.

    Sementara Husna tidak peduli, karena sudah lelah memikirkan kelakuan suaminya. Tetap melanjutkan pekerjaannya sambil melihat tingkah teman-temannya.

    “Harusnya kau bersyukur, Bang Iskandar menikah dengan aku. Kau juga pasti sering kecipratan rezeki karena aku sering kasih uang kepadanya.” Badriah dan Balqis menutup mulut menahan tawa. Sedangkan teman-teman yang lain penasaran dan mendekat.

    “Biasanya istri kedua itu akan melabrak istri pertama kalau suami tidak adil. Kamu beruntung aku menerima Bang Iskandar apa adanya, walau pun tidak menafkahiku,” Sriatun masih menggebu-gebu berbicara, sementara Badriah dan teman-teman mendengarkan sambil geleng-geleng kepala karena heran dengan pola pikir Sriatun. Biasanya yang marah itu istri pertama karena dikhianati, tetapi berbeda dengan Sriatun. Justru dia yang marah kepada istri pertama.

    “Aku juga tidak banyak menuntut,” tambah Sriatun.

    “Sudah, Bu?” Tanya Badriah ketika Sriatun tidak bersuara lagi. Sriatun yang merasa diejek dengan pertanyaan Badriah, kembali bersuara tinggi.

    “Aku tidak main-main ya, camkan itu! Jangan sampai habis kesabaranku, Aku akan bikin perhitungan dengan Kau!” Meledak tawa teman-teman Husna dengan ancaman Sriatun. Mendengar banyak suara orang tertawa, Sriatun semakin naik darah.

    “Awas, Kau! Beraninya dengan komplotanmu. Tunggu pembalasanku!” Sriatun mengakhiri panggilan dan melempar handphonenya karena marah. Bisa-bisanya Husna mengajak teman-temannya mendengarkan obrolannya. 

    Badriah dan teman-temannya mendekati Husna. Mereka merasa iba dengan nasib Husna yang dikhianati suaminya, ditambah lagi dengan kemarahan Sriatun.

    Sedangkan Husna bersikap tenang, walaupun dadanya bergemuruh dengan rasa marah dan sakit hati. Dia tidak ingin larut dalam kesedihan. Dia lebih memikirkan kewarasan demi masa depan anak-anaknya.

    “Tidak bisa dibiarkan pelakor itu, Husna. Dia menginjak-injak harga dirimu,” Badriah mencoba mengajak Husna untuk memberikan pelajaran kepada Sriatun.

    “Terimakasih atas perhatian kalian, tetapi aku punya cara sendiri untuk membalasnya tanpa harus marah,” Husna membuka suara setelah dari tadi hanya diam. Husna melanjutkan kata-katanya.

    “Aku pamit, mungkin ini hari terakhir aku disini,” Teman-teman Husna saling berpandangan belum mengerti maksud kata pamit dari Husna.

    “Apa maksudmu, Husna?” Tanya Balqis.

    “Aku diberi tanggung jawab oleh kakakku untuk mengelola toko bangunan cabang yang akan segera launching minggu depan,” Mereka mulai paham arah pembicaraan Husna.

    “Kau akan meninggalkan kami?” Badriah mulai menitikkan air mata.

    “Waduh, kayak mau berpisah jauh saja, pake nangis. Toko cabangnya di perempatan jalan menuju pantai, tidak sampai lima ratus meter dari sini,” Husna menjelaskan.

    “Oh, toko bangunan dua lantai yang baru selesai dibangun itu?” Balqis langsung paham lokasinya. Husna menjawab dengan anggukan kepala.

    “Kalian adalah teman terbaik, pintu toko selalu terbuka kalau mau main ke sana, yang penting jangan malam, karena kalau malam toko tutup.” Canda Husna. Mereka pun tertawa.

    Husna memulai dunia barunya di toko bangunan. Dengan sabar Dita memberikan arahan dan bimbingan. Dita ingin adiknya memiliki penghasilan yang lebih. Selama ini Husna sudah cukup bersabar dengan keadaan ekonomi selama hidup dengan Iskandar.

    Iskandar heran dengan perubahan Husna. Dia tidak pernah lagi minta uang belanja. Bahkan Husna bisa membayar asisten rumah tangga. Menu makanan setiap hari pun enak-enak. Gaya berpakaian Husna semakin modis. Kulitnya terawat, wajahnya glowing karena rajin perawatan ke salon. Bahkan dia kelihatan lebih muda dari sebelumnya. Husna semakin cantik menawan.

    Keadaan rumah juga semakin berkelas. Ada sofa baru, springbed baru, dan televisi di kamar dengan layar yang besar. Anak-anak juga dibelikan laptop baru. Bahkan si sulung punya motor untuk transportasi ke sekolah.

    Iskandar mengira Husna minta uang kepada kakaknya. 

    “Jangan bikin repot kakakmu, Dik. Minta uang untuk mengikuti gaya hidup. Aku suamimu yang berkewajiban menafkahi kamu,” kata Iskandar yang merasa tersinggung dengan sikap Husna yang mengikuti gaya hidupnya sekarang. Husna belum memberitahu Iskandar kalau dia sekarang menjadi penanggung jawab toko bangunan milik Dita.

    “Dunia semakin maju. Kita akan ketinggalan zaman kalau tidak mengikuti perkembangan dunia,” jawab Husna dengan muka datar.

    “Bergayalah sesuai kemampuan,” sergah Iskandar.

    Husna tidak menghiraukan perkataan Iskandar kemudian berangkat ke toko. Iskandar mengira dia akan berangkat ke kantor kelurahan. Dia menyusul Husna yang sudah sampai halaman rumah. Menawarkan untuk mengantarnya.

    “Tidak usah, adik bisa berangkat sendiri,” tolak Husna.

    Iskandar memandangi punggung Husna yang semakin jauh dan akhirnya tidak tampak lagi setelah melewati belokan.

    Dia mulai merasakan perubahan sikap Husna kepadanya. Husna tidak pernah lagi meminta uang belanja. Bahkan tidak pernah lagi menanyakan kalau dia terlambat pulang. Mungkin Husna sudah menerima pernikahan sirinya, sehingga tidak pernah protes lagi. Bahkan ketika Iskandar tidak pulang, Husna hanya diam.

    Semua kebutuhan Iskandar masih disiapkan oleh Husna. Ini menandakan Husna tidak marah. Begitu pikir Iskandar. Yang mengganjal di hati Iskandar adalah gaya hidup Husna yang semakin boros. Dia merasa tidak enak kepada Dita. Karena Iskandar meyakini kalau uang yang Husna pakai semua dari Dita.

     

     

    Kreator : Tri Uswatun Hasanah

    Bagikan ke

    Comment Closed: Bercanda Dengan Poligami (chapter 4)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021