KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Berdamai dengan Keabadian

    Berdamai dengan Keabadian

    BY 11 Okt 2024 Dilihat: 171 kali
    Berdamai dengan Keabadian_alineaku

    “Tante takut mati?” 

    Pertanyaanku ini langsung dijawab dengan lugas, “Tentu saja karena sebagai dokter, Tante melihat bagaimana orang-orang menghadapi sakaratul maut.”

    Bukan satu kali ini saja saya dan Tante berbicara tentang kematian. Fenomena kehidupan yang satu ini menjadi hal paling menakutkan baginya karena Tante Ries sudah ditinggal wafat oleh kedua orangtuanya sejak kecil. Ayahnya wafat ketika ia dalam kandungan dan Ibunya menyusul pergi tiga tahun kemudian. 

    Saya sendiri mengenalnya sejak usia lima tahun ketika Tante Ries memutuskan untuk mengadopsi anak dari panti asuhan. Ia tidak pernah menikah. Masa mudanya disibukan untuk mengejar karir menjadi tenaga kesehatan, mengajar di perguruan tinggi, juga beramal dengan membuka klinik gratis. 

    Tegas, disiplin, kuat, berani, percaya diri dan segala karakteristik yang menunjukan keperkasaan seorang wanita dapat disematkan pada dirinya. Ia hanya tampak lemah ketika kami berbicara mengenai kematian. 

    Setelah saya menikah dan memiliki dua orang anak, ketakutannya semakin menjadi-jadi. Dia selalu mewanti-wanti agar saya dan suami hidup sehat, hingga tidak mati muda dan dapat selalu menjaga anak-anak hingga mereka dewasa kelak.

    “Anak-anak paling tepat jika dirawat oleh orang tua mereka sendiri. Bayangkan jika dulu kamu tidak ketemu Tante. Bagaimana hidupmu, Lena?”

    Saya tertegun. Kata-katanya benar, tapi rasanya kurang tepat. Namun, saya sendiri tidak bisa menemukan di mana ketidaktepatan itu. 

    Saking takutnya saya dengan momok kematian yang selalu didengungkan Tante Ries, sering saya berdoa agar Allah mengizinkan saya dan suami hidup lebih lama darinya agar Tante tidak menyalahkan kami karena tidak becus menjaga kesehatan jika salah satu dari kami mati muda.

    Saat ini, jika kembali mengenang masa itu, saya hanya mengelus dada. Tak seorang pun dari kami paham akan ilmu hidup dan mati, sehingga kesimpulan yang keluar sering kali tidak tepat.

    Entah siapa yang memulai, tapi pada suatu fase kehidupan kami, nilai-nilai agama mulai mewarnai kehidupan saya dan Tante Ries. Kami mulai rajin datang ke kajian dan sering saling berkirim video pendek berisi dakwah yang sarat makna hidup.

    Obrolan kami tentang kematian pun berlanjut, namun telah sampai pada satu kesimpulan yang sangat berbeda dari sebelumnya. 

    Tante Ries tidak lagi merasa harus menghindari kematian tapi ia berusaha mengenali takdir ini agar bisa berdamai dengannya.

    Dulu jika saya sakit, ia selalu berkata, “Kalau aku mati aku tak lagi punya tanggungan Lena, tapi kamu punya dua anak kecil. Bagaimana nasib mereka? Ayo minum obat ini!”

    Alangkah anehnya ia bisa berpikir melampaui malaikat pencabut nyawa, sementara saya hanya bisa terdiam mendengarkan tanpa bisa memberi jawaban apa-apa dan menelan pahit-pahit pil yang sudah ia sediakan untuk mendongkrak kesembuhan saya. 

    Tapi, syukurlah kami berdua akhirnya paham bahwa kematian terjadi bukan karena sakit, melainkan karena rezeki yang telah disiapkan Allah sudah selesai atau telah diterima semua oleh yang bersangkutan. Bukankah banyak orang meninggal tanpa sakit?

    “Sakit itu karunia karena bisa menghapus dosa-dosamu.  Jangan mengeluh, biar kamu dapat pahala dari Allah karena sabar,” katanya sambil dengan telaten menyiapkan obat-obatanku.

    Betapa saya sangat bersyukur, kurang lebih dua puluh tahun sebelum wafatnya, Tante Ries semakin mendekatkan diri pada Allah. 

    Ketika berada di ranjang kematiannya, ia berpesan kepada saya, “Lena jaga kesehatan kamu, ya. Bukan agar kamu hidup selamanya, tapi supaya kamu bisa terus beramal shaleh dengan sempurna. Kalau sudah tua dan sakit-sakitan seperti Tante, sudah tidak bisa maksimal lagi beribadah.”

    Saya hanya bisa tersedu di sisinya, sambil menggenggam erat tangannya. Kalimat syahadat perlahan saya bisikKan di telinga kanannya.

    Tante Ries pergi pada usia 86 tahun mendatangi kedamaian abadi, meninggalkan aku yang masih terus menggali hakikat akhir hidup manusia ini. Semoga saya pun bisa menutup kehidupan ini dengan sebuah akhir yang baik.

     

     

    Kreator : Dini Masitah

    Bagikan ke

    Comment Closed: Berdamai dengan Keabadian

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021