Bel berbunyi panjang empat kali secara berulang. Ruang kelas yang sebelumnya sunyi, mendadak berubah seperti kelas TK. Ramai dan bersorak gembira, menutup kelelahan belajar hari ini.
“Kalian ya, kalau denger bel empat kali seperti kejatuhan berlian dingin.” celetuk Bu Ivana sambil kembali ke kursinya dan merapikan buku.
Mereka tak mempedulikan apa yang dikatakan ibu gurunya. Dengan asyik, mereka bergegas meringkas semua buku ke dalam tas.
“Hanya anak pemalas yang tak ingin segera keluar dari kelas ini.” Rudi menimpali ucapan Bu Ivana, walau terdengar lirih tapi membuat teman sekelas tertawa.
“Ha ha ha. Iya benar… Malas bangun dari kursi, ya…” balas Ervan.
“Kita sadar kok, Bu. Berlama-lama di kelas juga nggak bikin kita jadi cepat pintar kan, Bu…he he he.” tambah Restu, sang veteran yang tahun lalu tidak naik kelas.
Dengan santai bu Ivana pun menyahuti ucapan Restu, “Semoga kamu segera lulus dan jadi orang yang sukses ya, Restu…”
“Aamiin… Aamiin ya Allah…” seru sekelas dengan semangat.
Bu Ivana menutup kelas dengan mengucapkan hamdalah dan salam. Seraya berjalan keluar kelas menuju kantor.
Rona masih duduk santai di kursinya. Sesekali ia melihat jam tangannya, menunggu jam ekstrakurikuler Rohani Islam yang akan berlanjut setelah pulang sekolah.
“Aku duluan ya, Rona… Kamu Rohis dulu kan, ya…” Tegur Tiara, ditemani Susan, yang akan pulang bersama. Karena mereka lebih memilih ekskul tari.
“Oke siaap.. Hati-hati di jalan, ya… “
“Jadi anak Sholehah ya, Humairo Nisrina.” celoteh Susan sambil bersalaman dan memeluk Rona.
****
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…” Pak Mustafa membuka kegiatan ekskul Rohani Islam siang itu dengan sedikit tergesa-gesa. Pak Mus baru saja mendapatkan kabar dari istrinya bahwa anaknya sedang kurang sehat.
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh…” jawab seluruh peserta ekskul.
“Baik, memulai kegiatan hari ini mari kita buka dengan membaca Basmallah…”
“Bismillahirrohmaannirrohiim….”
Pak Mus, sapaan akrab guru agama yang sangat sabar, mulai mengisi materi tentang adab dalam berdoa.
Rona dan teman lainnya mendengarkan penjelasan Pak Mus dengan khusyuk. Hari ini Rona begitu antusias bertanya. Dia menanyakan banyak hal tentang doa apa saja yang harus dibaca dan bagaimana kita tahu kalau doa kita dikabulkan Allah.
Pak Mus menanggapi pertanyaan Rona dengan senyum yang tertahan sambil bergumam, kemana arah pertanyaan Rona.
“Setidaknya ketika kita berdoa kita harus ikhlas karena membutuhkan pertolongan Allah, bukan semata-mata karena tujuan tertentu. Karena apabila tujuan kita tidak tercapai padahal kita sudah berdoa dan meminta pada Allah, maka kita akan merasa sedih dan kecewa.” Pak Mus menjelaskan pada semua peserta untuk lebih berhati-hati lagi dalam berdoa.
“Jadi, tidak semua doa kita langsung dikabulkan ya, Pak…” Tanya Vivi pada pak Mus sambil pandangan matanya ke arah Rona yang tatapannya tajam ke depan dengan harapan jawaban yang didengar sesuai dengan hatinya.
“Ya, benar…. Karena tugas manusia berdoa dan berusaha. Allah lah yang menentukan.”
“Laa hawlaa walaa quwwata illa billahil aliyil adzim.” Dengan lantang anak-anak membalas perkataan Pak Mus. Dan menjadi penutup kegiatan hari ini.
****
Rona berjalan menuju halte bus. Dalam hatinya berbisik, “Semoga Allah kabulkan doaku, Aamiin.”
Kreator : Nur Amaliah
Comment Closed: Berdoa dan Berusaha
Sorry, comment are closed for this post.