Sebuah pickup melaju sedang di jalan depan kios tempat Mama jualan sembako dan membuka jasa menjahit. Teriakan kencang si pengemudi pickup menambah riuh kegaduhan anak-anak sekolahan yang datang berebutan membeli jajanan karena sementara jam istirahat.
“Beerrreesssssss…” demikian lengkingannya sembari membunyikan klakson berulang-ulang saat melewati kios. Deru mesin pickup yang terdengar kepayahan karena muatan yang tak sedikit, terdengar di sela-sela tawa riang si pengemudi pickup.
Mendengar teriakan ini, aku dan Mama yang sementara kerepotan di kios melayani siswa-siswa yang membeli, otomatis menyahut dengan meneriakkan kata yang sama,
“Bbbeerrreeesssss…”, kemudian kami saling menatap, terkekeh dan menggeleng kepala bersama dengan suasana hati riang.
Hanya satu kata, namun bisa membawa kembali berjuta rasa dan kenangan masa kecil di kampung kelahiranku.
Ketika hari beranjak sore, anak-anak sekolah sudah kembali ke rumah mereka masing-masing, tinggallah sepi melanda seantero kios. Hanya bunyi alat kebersihan yang terdengar seiring dengan gerakanku dan Mama yang beberes kios sambil menata dan mengisi kembali isi kios yang hari ini terjual.
Sembari giat menata dagangan, Mama nyeletuk dengan riang.
“Om Sammy masih inga katu kang tu kata itu. Kira dia so lupa,” diiringi senyum merekah di bibirnya. Pipiku pun tanpa diperintah langsung merona merah muda, malu mengingat nostalgia masa kecil bersama Oma di kampung dulu.
“Na, ngana tau to tu sejarah Beres itu?” kata Mama mengawali perbincangan kami.
“Tau no, Ma. Masa kwa kong nda,” perbincangan kami dalam logat Manado yang kental.
“Bagimana depe cirita yang ngana tau?”
“Duh, Mama dang. Musti so mo cirita ulang? Malo ley kong ada orang datang ba bli kong dengar.”
“Hih… kyapa kwa mo malo. Itu kan kenangan masa kecil. Nanti kalo ngana so kaluar dari Manado, kong Oma so nda ada, baru ngana mo rindu dengan tu kata itu,” cerocos Mama yang menyadarkanku bahwasanya memang benar satu kata itu nanti akan menjadi salah satu kenangan tak terlupakan untukku di kemudian hari.
Jadi, begini ceritanya…
Saat aku masih bayi, dikarenakan Mama dan papa baru mulai merintis karir di kota, maka akupun dititipkan di Oma untuk diasuh, dididik dan dibesarkan di kampung halaman kelahiranku. Mama dan papa mencari nafkah di kota demi memenuhi kebutuhanku dan kebutuhan mereka. Kala itu, mereka masih mengontrak kamar di kota karena belum mampu beli rumah sendiri.
Aku ditinggalkan dengan Oma sejak masih bayi berumur tiga bulan. Setiap jejak perkembanganku, Oma lah yang paling tahu, bukan Mama. Kapan aku tumbuh gigi, kapan aku mulai jalan, kapan aku mulai belajar bicara, kapan aku mulai makan pedas, kapan aku bisa ke toilet sendiri, kapan hari pertama aku masuk sekolah dan sederet peristiwa pertamaku yang lainnya.
Ketika aku mulai belajar bicara, ada dua kata pertama yang ku sebutkan, yaitu “O…ma” dan “Beres” dengan huruf R sengau a la bayi.
Kata-kata itu ternyata terbentuk karena seringnya diucapkan Oma. Aku anak yang minum susu kalengan dari bayi, selalu teriak
“Ooommmaaaaaa… susu…” saat lapar dan haus melanda. Dan Oma akan menjawab pula dengan lantang,
“Bbbeerrreeesss…” dari manapun posisinya, di dalam maupun di luar rumah. Kata itu yang menjadi jawaban Oma setiap kali aku minta di buatkan susu, bahkan sebelum ku teriakkan kata susu.
Kebiasaan ini terdengar sampai di rumah tetangga. Dan mereka pasti langsung bisa menebak, kalau Oma teriak Beres… berarti aku minta susu. Dan hal ini bisa berlangsung sepuluh kali bahkan lebih dalam sehari, karena konon katanya aku tidak suka minum air putih. Jadi setiap kali haus, aku minta dibuatkan susu. Dan, kata itu adalah jawaban yang sangat menenangkan buatku, karena aku tahu pasti Oma akan segera membuatkan susu untukku.
Nah, Om Sammy, si pengemudi pickup tadi, adalah salah seorang tetangga Oma di kampung dari dulu sampai sekarang. Aku yang sudah bersekolah di kota, mulai jarang pulang ke kampung kecuali saat liburan saja. Tak disangka, Om Sammy yang sering lewat depan rumah kala membawa hasil bumi dari kampung untuk di jual di pasar di kota ini, masih ingat akan kata itu. Dan tanpa segan meneriakkannya dengan riang setiap kali lewat depan kios Mama. Akupun sangat terhibur dan terobati rindu pada Oma.
Beres … … …
Kreator : Vidya D’CharV (dr. Olvina ML.L. Pangemanan, M.K.M.)
Comment Closed: Beres …
Sorry, comment are closed for this post.