Untukmu, yang kesekian kali terus mengajukan tanya pada diri, pada Pemilik kehendak kehidupan. Pertanyaan yang sama dan terus berulang ulang mempertanyakannya “mengapa?”, “mengapa aku?”, “mengapa terus begini?”
Untukmu, rasa yang dari waktu ke waktu sulit untuk menghadirkan sikap optimis, menetapkan tawakal bersama perjalanan panjang ikhtiar, merasa terasingkan, tidak istimewa karena menganggap diri tidak diberi nikmat sebagaimana perempuan pada umumnya.
Untukmu, untuk rasa lelah dan doa yang seperti tidak ada ujungnya. Tulisan ini kutulis, berharap bisa berdiri di sepatu yang sama merasakan sesak yang dirasa. Lalu bergandengan tangan sejenak menelisik ke dalam ruang hati, mencari dari mana hulu semua itu berasal.
Sejatinya, semua manusia sama saja, tengah dititipi ujian masing masing dalam hidupnya. Baik yang nampak di pandangan mata maupun yang tersembunyi senyap dalam diam. Semua sedang berkemelut dalam perjalanan masing masing. Ada yang diuji dengan kesabaran mencari secercah harap dalam gelap. Ada yang diuji dengan kesendirian menegakkan langkah dengan segala kemampuan yang dipunya. Bahkan masih banyak ujian lainnya yang menimpa hamba yang lain, dirasa rasa seperti tidak sanggup untuk menghadapinya.
Ada hulu yang harus terus disapa sepanjang hari, menata ruang hangat untuk kembali disinari, ialah hati dan ketenangan yang dicipta. Kembali mengingatkan bahwa di setiap ujian terselip makna, dan tidak ada ujian yang datang tanpa disertai pertolongan.
Mari ingatkan kembali hati, nikmati yang sedang dijalani. Baik itu masa penantian dan masa kesendirian menunggu belahan hati, ataupun tengah menunggu buah hati. Masa masa perjuangan merintis ekonomi maupun perjalan lainnya. Semua akan ada waktunya sendiri. Karena Allah telah menetapkan segalanya dengan sempurna. Semua sudah sesuai takarannya dan tidak akan tertukar barang sedikitpun. Semua sudah sesuai edar perintahNya.
Semua bukan tentang kapan hal hal baik itu terjadi, namun tentang bagaimana hati tetap tenang dan terus yakin dengan doa doa yang terus mengetuk pintu langit. Tetaplah kuat dengan harapan harapan yang telah dibangun. Hasbunallah wa ni’mal wakiil, cukuplah Allah sebaik baik penolong. Tempat terbaik menitipkan segala harapan.
Kreator : Diyah Laili
Comment Closed: Berhentilah Terus Bertanya Kapan
Sorry, comment are closed for this post.