Penulis : Mita Taurina Agustin Putri (Member KMO Alineaku)
Namanya Bekha, ia terlahir dari keluarga sederhana. Tak ada yang bisa tahu akan seperti apa masa depan terjadi. Ia tumbuh menjadi gadis sederhana yang tidak banyak menuntut harus hidup seperti ini atau seperti itu. Hidupnya pun cenderung lempeng-lempeng saja. Tumbuh menjadi gadis penurut dan baik. Tak ada yang aneh, sampai masa kuliahnya. Semua kejadian dalam hidupnya berjalan normal dan bisa saja tidak ada kenakalan yang berlebihan.
Tiba-tiba saja hidupnya berubah setelah masa kuliah, ia berhasil wisuda meskipun dengan nilai yang pas-pasan tapi ia bisa menyelesaikan tanggung jawabnya pada kedua orang tuanya. Saat wisuda orang tuanya hadir dengan bangga. Saat namanya disebut untuk mengambil ijazah dan merubah posisi tali toga pun berjalan dengan lancar dan penuh haru.
Hingga tiba-tiba, ia terpaksa harus mengalah pada keadaan. Setelah wisuda ia jatuh sakit. Saat semangat mencari kerja sedang tinggi-tingginya, ia harus menerima kenyataan kalau dia sakit. Dan bukan sakit yang biasa. Ia didiagnosa menderita Kanker Otak stadium lanjut.
Awalnya ia sulit untuk menerima, berhari-hari menghabiskan waktu untuk menangis dan mencoba menerima. Menikmati sakit. Namun ternyata, satu tahun adalah waktu Bekha bisa menerima. Orang tuanya yang sudah menua dan bukan orang kaya pun harus memutar otak agar bisa memberikan pengobatan terbaik.
Kemoterapi dan radiasi pun ia jalani meskipun dengan isi kepala dan hati yang belum bisa menerima sepenuhnya. Hingga beberapa proses kemo awalpun gagal, tubuhnya menolak. Tapi Tuhan masih terus memberikan kesempatan untuk Bekerja berjuang dan mau menerima kondisi. Setahun setelah Bekha bisa menerima kondisinya, keadaannya pun membaik.
Kemonya sudah bisa diterima tubuhnya dan banyak perubahan, rambutnya pun habis. Hingga perkembangan penyakitnya yang tak terkontrol menyebabkan kondisi matanya memburuk hingga ia tidak lagi dapat melihat. Ia mengalami kebutaan karena kankernya sudah menyebar hingga ke saraf matanya. Ia bisa menerima itu meskipun berat, tapi tak ada lagi air mata. Bahkan ia bisa membuat orang tuanya tegar.
“Aku nggak apa-apa kok, Bu, Yah,” kata Bekha.
“Kamu sakit, Nak,” kata sang Ibu.
“Iya Bu, tapi sampai kapan aku tidak bisa menerima. Toh penyakit ini sudah menempel pada tubuhku.” Kata Bekha.
“Kamu anak istimewa, Nak. Tuhan tak akan memilihmu, kalau kamu tidak mampu. Tuhan juga tidak akan memilih kami sebagai orang tuamu, kalau kami tidak mampu. Kita berjuang bersama-sama ya, Nak.” Kata sang Ayah.
“Iya Yah, Bu. Kita berjuang sama-sama. Aku gak akan menyerah, aku akan bertahan demi perjuangan Ayah dan Ibu yang sudah sejauh ini,” kata Bekha yang membuat kedua orang tuanya menangis haru dengan kekuatan sang Anak yang sekuat itu.
Tuhan memang tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambanya, seperti Bekha saat ia sedang semangat untuk menyongsong masa depannya. Ia harus dihadapkan pada kondisi dimana dia harus mengalah sementara waktu, sampai kondisinya kuat untuk kembali berjuang menata masa depan.
Banyak berita di luar sana tentang teman-temannya, yang sudah menikah dan sudah berhasil. Ia pun menginginkan hal yang sama, nyatanya kondisinya berbeda dengan teman-temannya. Kita tidak bisa menggunakan cara yang sama untuk kondisi yang berbeda. Kadang kita merasa kita pernah mengalami hal buruk, mungkin kita bisa menyarankan cara yang sama. Tanpa kita sadari cara orang menerima kondisi, cara orang menghadapi keadaan, emosional orang berbeda dengan kita. Hal yang kita lakukan mungkin bisa berhasil pada kondisi dan emosional kita saat itu tapi belum tentu pada orang lain.
“Kamu kenapa, Nak?” tanya sang Bunda yang hari ini mendapat giliran menjaga sang anak sedangkan sang Ayah sedang sibuk bekerja.
“Ibu ingat Fara, dia mau menikah 2 minggu lagi,” cerita Bekha.
“Oh iya, ibu menerima undangannya di rumah. Ibu lupa bawa dan ngabarin kamu, maaf ya, Nak,” jelas Ibu.
“Gapapa Bu,” kata Bekha kemudian sibuk dengan buku bacaannya.
“Ibu tahu, kamu pasti kepikiran juga soal itu kan? Tenang saja, kamu tak perlu khawatir akan masa depanmu. Tuhan tahu waktu terbaik untuk kapan kamu bisa menikah, bisa mendapatkan masa depan terbaikmu, Nak. Kita punya Tuhan yang lebih besar dan lebih kuat dari apa yang sedang kita alami sekarang,” kata sang Ibu mencoba menguatkan Bekha.
“Iya Bu, aku menyerahkan semuanya pada Tuhan, aku tidak mau berharap pada keadaan ataupun orang. Biar Tuhan yang mengantarkan aku pada masa terbaik dalam hidupku,” kata Bekha.
“Benar Nak, taka da yang tahu soal masa depan kita,” jelas sang Ibu sambil mengupaskan buah Apel kesukaan Bekha.
Sambil membaca Bekha memakan buah apel yang sudah dikupas oleh Ibu, begitulah Bekha kini lebih bisa menerima segala hal yang terjadi dalam hidupnya. Cara berpikirnya menjadi berubah semenjak sakit.
Memang benar, orang yang mengalami sakit atau kesulitan dalam hidupnya akan memiliki pola pikir, emosional dan cara menghadapi hidup akan berubah drastis. Meskipun tak sedikit yang gagal hingga berakhir lebih cepat.
Bagi Bekha tak ada kata terlambat untuk sukses. Sukses bisa diraih kapanpun, diwaktu yang terbaik menurut Tuhan. Sukses pun tidak hanya berorientasi pada keuangan. Tapi sukses pasti akan mengiringi keuangan yang baik. Ia tak pernah takut, ia tetap berusaha dengan caranya sendiri. Ia hanya melakukan apa yang dia suka dan menyerahkan hasilnya pada Tuhan.
Hingga pada masa yang tak ada yang bisa menyangka, Tuhan berkata lain. Bekha harus menghembuskan nafasnya di rumah sakit di usia 45 tahun tanpa pernah merasakan dunia luar rumah sakit. Namun, kebahagiaanya lengkap karena ia bisa merasakan jatuh cinta dan menikah dengan laki-laki yang selama ini ia idolakan dan hanya bisa dilihat di TV. Ia berhasil meluluhkan hati seorang Luki, meskipun akhirnya ia harus meninggalkan Luki untuk selamanya.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: Berjuang
Sorry, comment are closed for this post.