KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » berkata tidak itu tidak sulit, hanya butuh ketegasan

    berkata tidak itu tidak sulit, hanya butuh ketegasan

    BY 16 Okt 2024 Dilihat: 84 kali
    berkata tidak itu tidak sulit, hanya butuh ketegasan_alineaku

    Dalam perjalanan hidup berumah tangga, setiap pasangan Katolik dihadapkan pada berbagai tantangan dan krisis. Namun, di tengah guncangan tersebut, kesetiaan merupakan tiang penyangga yang harus senantiasa dipelihara. Kesetiaan bukan sekadar janji di hadapan altar, tetapi sebuah komitmen yang terjalin dalam setiap hari yang dilalui bersama.

    Krisis bisa datang dalam bentuk masalah keuangan, perbedaan pandangan, atau bahkan sifat keras kepala. Di saat-saat gelap itu, penting untuk saling mengingatkan akan cinta yang lebih besar dari segala kesulitan. Mengandalkan kekuatan iman, doa, dan pengertian satu sama lain adalah kunci untuk menjaga hubungan tetap utuh.

    Kejadian tiga tahun yang  adalah awal dari kesulitan kesulitanku dalam relasi antara aku dan istriku. Aku kira ini sudah begitu jauh tersesat. Aku telah menjalin relasi yang tidak sehat dengan seorang perempuan yang bukan istriku  juga bukan ibu dari anak -anakku. Jelas ini melanggar prinsip perkawinan yang aku pegang sebagai bahwa perkawinan takkan pernah terpisahkan kecuali maut yang memisahkan.

             Aku terjebak dalam situasi ini  karena aku terlalu rapuh  mau ditaklukkan oleh situasi ini.

             Wanita itu sudah punya suami dan tidak muda lagi demikian pun aku. Kami masing masing masih menyayangi pasangan kami masing masing,tentu ini merupakan pelanggaran yang serius dari perkawinan Katholik.

              Dalam sebuah obrolan santai aku teringat  temenku mengomentari prinsip perkawinan  seperti ini, kalau Tuhan yang buat norma seperti itu, katanya suat saat, itu sebuah   kesewenang wenangan. 

                Tentu saja ia berprinsip seperti itu karena ia seorang ateis, yang skeptis terhadap lembaga perkawinan. Menurutnya, dan ini terjadi juga dalam banyak keluarga Katholik, perkawinan mereka terpaksa kandas. Lagi pula kalau pasangan kita tidak memegang komitmen pada janji perkawinan, apakah kita terus mengalah.nah menurutnya, bagaimana orang yang kandas dalam perkawinan akan diwadahi. 

               Teman itu masih menderetkan banyak alasan bahwa prinsip perkawinan yang aku, agamaku anut sudah tidak sesuai dengan konteks zaman.  Aku tersenyum. Tentu aku  punya jawaban tentang ini, walau aku tak konsekwen dengan yang aku yakini. 

              “Lagi pula secara historis nenek moyang kita, ketika lembaga perkawinan mulai diperkenalkan nenek moyang kita sudah poligami kok. ” Katanya. 

              “Justru perselingkuhan itu ada kan setelah agama agama itu menciptakan lembaga perkawinan. ” Katanya seolah telak sekali sekaligus ingin mengoreksi aku.

               Tentu saja ribuan tahun ketika nenek moyang manusia hidup berburu dan ketika tanaman makanan dan hewan yang sekarang belum terdomestikasikan, masyarakat manusia memang hidup secara komunal.  Mereka para wanita dan pria dan, tidak punya pasangan yang tetap, mereka menghampiri perempuan yang mereka mau. Bayi bayi yang lahir dari setiap perempuan ketika itu pun tidak diketahui secara pasti siapa ayah biologis mereka. Saat itu para lelaki harus berburu hewan dan umbi -umbian untuk dimakan. 

                Katanya kemudian, ‘’Lalu kamu punya prinsip perkawinan yang tak terceraikan, itu tidak historis, dan bahkan mungkin melawan takdir. ” Katanya penuh keyakinan. 

                Walau aku bukanlah pasangan yg punya komitmen. Setidaknya aku masih percaya pada prinsipku hanya aku tidak konsisten saja. 

                                        ******************

                Dulu ketika aku dan istriku mau menikah seorang romo, ia seorang tionghoa yang sangat  saleh  ingin aku dan calonku menghadapnya sendiri sendiri  dalam penelitian kanonik. Aku tidak tahu apakah ini lazim, setahuku kami mestinya  cuma ditanya kapan bakan dilaksanakan dan persyaratan administrasi apa, kemudian konsekuensi perkawinan. Kok ribet mau nikah saja  di gereja Katholik.

                 Yang kami hadapi kemudian pada waktu itu  , kami masing masing ditanyai dan disuruh mensharingkan kelemahan dan kekuatan pasangan kita, bahkan, kadang menjurus ke hal pribadi. Mengapa aku mau romo itu menikahkan kami di gereja Katholik. Ya tentu saja karena kami berdua Katholik. 

                Aku sendiri sampai hari ini tak menanyakan istriku apa yang ia sampaikan kepada romo saat itu. Yang jelas kepada romo itu aku menceritakan sisi gelapku yang belum pernah aku ceritan ke orang lain, apalagi kepada calonku. Tapi aku serius melaksanakan perkawinan kami. 

                 Saat itu dia berkata kepada kami menjelang akhir penyelidikan kanonik,’’Apakah kalian sungguh mengenal pasangan kalian. Tentu kami jawab kami sudah saling mengenal. Dia berkata, bahwa kami masing masinglah yang memilih pasangan dengan merdeka, tidak ada yang memaksa. Tuhan pun tidak. Maka Ketika ada masalah dalam rumah tangga, kalianlah, bukan orang lain yang harus bertanggung jawab, akupun tidak.’’ Katanya penuh tekanan.

                 Diapun menambahkan masih ada kesempatan buat kalian untuk membatalkannya kalau, masih ada sesuatu yang menghalangi, kalau kalian ada ketidakcocokan antar kalian sebelum terlambat  Kemudian dia berkata, ” Tetapi begitu kalian masing masing mengucapkan janji perkawinan hanya maut yang memisahkan. Anda telah berjanji di hadapan Tuhan .’’, kata imam itu tegas.

                  Akhirnya masing – masing kami mengucapkan janji pernikahan. Dan pemimpin jemaat mengunci janji perkawinan kami dengan mengatakan, ” Apa yang dipersatukan oleh Allah tak dapat dipisahkan oleh manusia. “

              Memang perkawinan itu berlangsung. Aku masih ingat pesannya dalam homily pada saat  misa pemberkatan kami, katanya

              ‘’Kalau Ketika aku masih jadi romo muda, aku berpesan kepada calon pengantin yang aku berkati, hidup rukunlah kalian, hormatilah dan kasihilah pasangan kalian tapi apa yang terjadi banyak pasangan dimana, ketika kanonik sanggup saling hidup rukun. Kenyataannya,satu dua orang yang aku berkati pernikahannya, mengalami krisis dalam perkawinan, bahkan ada yang harus mengakhiri,bahkan ada yang berumur satu minggu. Maka kepada kalian, saya berpesan berdasar pengalaman memberkati orang mengucapkan  janji perkawinan, hadapilah setiap badai rumah tangga dengan sekuat tenaga. Jangan pernah menyerah, karena Tuhan. Betapapun masalah kalian ingatlah bahwa Allah tidak pernah menyerah untuk menyertai kalian. Hanya kalianlah yang kurang tekun mencari Allah’’

              Dan aku jadi diingatkan bagaimana aku harus memutar haluan saat ini juga, serendah apapun krisis yang aku alami. 

               Memang seiring berjalanya waktu usia perkawinan kami, aku mulai tidak memegang komitmen. Ya aku dapat mengingat perempuan itu curhat tentang banyak hal. 

               Dia pun mulai mengajak bertemu. Ia mulai mengutarakan kesulitan ekonomi dan berakhir dengan sedikit berliku minta bantuan dipinjami uang. 

                 Ternyata benar, ketika aku mulai mendiskusikan godaan ini pada  iblis, pada akhirnya waktulah yang akan membunuhmu. Relasi itu ternyata perlahan- perlahan membentuk ikatan batin. Ada sesuatu yang mengisi bagian hatiku. 

                  Aku betul betul merasa ada di suatu persimpangan. Ndak mungkin aku hidup dalam kemunafikan. Kami sadar kami masing masing telah menggali lubang bagi terancamnya langgengnya perkawinan kami,baik bagi keluargaku dan keluarga Perempuan itu. Lagi pula masing – masing kami, punya keluarga yang menyayangi kami.

                     Sampai suatu saat istriku mengingatkan ulang tahun pernikahan yang ke 25 ia mau mengucap syukur pada Tuhan dengan mengundang beberapa undangan. Istriku sendiri yang menyiapkan dengan serius. 

               “Mas, aku menyayangimu forever. ” Ia mengucapkan dengan penuh kasih. Aku tahu istriku tulus. 

    Seusai doa syukur itu. Justru aku merasa sedih telah mengkhianati Istriku. Tapi ada sesuatu yang lebih besar dari itu, karena aku melawan Roh Kudus, karena sudah tahu dosa,tetap aku langgar. Inilah yang dimaksud Yesus, dosa melawan Roh Kudus sebagai dosa kekal, yang tak dapat diampuni.

             Jadi teringat homili romo saat misa pemberkatan nikah, bahwa Allah ndak pernah menyerah menyertai kita, Cuma aku saja yang kurang tekun, mencari belas kasih Allah. Itulah kata-kata yang  meneguhkan komitmen antara kami sebagai pasangan suami istri yang mengalami krisis. 

    Saat seperti ketika aku ada di persimpangan berkata tidak adalah keniscayaan.

                Aku sadar mengatakan tidak pada waktu tertentu, itu keharusan. Dan itu tidak sulit, justru Ketika tidak tegas mengatakan,kita  buat lubang sendiri.

     

     

    Kreator : Goris Prasanto

    Bagikan ke

    Comment Closed: berkata tidak itu tidak sulit, hanya butuh ketegasan

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021