Salah satu tempat favoritku lainnya di Nias Barat adalah pulau Hinako, salah satu pulau dari gugusan kepulauan terluar kabupaten Nias Barat yang terdiri dari delapan pulau kecil. Pulau-pulau lainnya diantaranya yaitu Pulau Bögi, Pulau Bawa, Pulau Asu, Pulau Imana, Pulau Heruanga, Pulau Hamutala, dan Pulau Langu. Pulau Hinako juga merupakan pulau tempat salah satu temanku sesama pengajar muda Indonesia Mengajar ditugaskan.
Kali pertama aku ke Hinako adalah pada awal November 2023. Perjalanan menuju pulau Hinako bisa ditempuh dengan kapal sekitar 1 jam jika cuaca sedang baik. Masyarakat yang ingin pergi ke Pulau Hinako, Pulau Bawa, Pulau Asu maupun pulau lainnya dapat menaiki kapal dari pelabuhan Sirombu. Hal yang membuatku takjub ketika aku melihat bahwa kapal yang dipakai menyeberang pulau tidak hanya diperuntukkan untuk penumpang, tapi untuk mengangkut logistik, seperti gas melon, galon air, maupun bahan-bahan makanan lainnya. Bahkan, kapal yang digunakan untuk menyebrang juga bisa mengangkut sepeda motor.
Ada beberapa informasi yang kudapatkan mengenai pulau Hinako. Terkait sumber listriknya, sistem kelistrikan di pulau tersebut yang bergantung pada panel surya. Ketika cuaca cerah, listrik tersedia melimpah dan dapat dimanfaatkan oleh warga untuk berbagai keperluan sehari-hari. Namun, saat langit mendung atau hujan turun, pasokan listrik menjadi sangat terbatas, bahkan tidak tersedia sama sekali. Kondisi ini membuat masyarakat harus cermat mengatur penggunaan listrik dan terbiasa menjalani aktivitas tanpa bergantung pada perangkat elektronik. Selain keterbatasan listrik, sinyal komunikasi pun hanya dapat diakses dengan baik di sekitar area dermaga. Di luar wilayah tersebut, jaringan sering kali lemah atau bahkan tidak ada sama sekali, sehingga komunikasi digital menjadi tantangan tersendiri bagi warga.
Meskipun menghadapi berbagai keterbatasan infrastruktur, kehidupan masyarakat di pulau ini tetap berjalan dengan aktif dan dinamis. Kegiatan sosial dan rekreasi menjadi bagian penting dalam keseharian mereka. Setiap sore, warga berkumpul untuk bermain voli di lapangan terbuka, menciptakan suasana kebersamaan dan semangat komunitas yang kuat. Anak-anak pun mengisi waktu luang mereka dengan berenang di laut yang jernih dan tenang. Interaksi langsung antar warga menjadi kekuatan utama kehidupan sosial di pulau ini, menggantikan ketergantungan pada teknologi modern. Pulau ini menunjukkan bahwa keterbatasan tidak selalu menjadi hambatan untuk hidup aktif dan bermakna.
Mayoritas warga di pulau ini mencari nafkah sebagai nelayan. Cara mencari ikan di sana masih menggunakan cara tradisional, sehingga minim potensi pencemaran laut. Dan sejauh mata memandang, pantai disana jernih sekali, apalagi jika langit cerah. Selain menjadi nelayan, masyarakat disana juga mencari kelapa. Kelapa-kelapa yang diambil kemudian diasap dan dijual dalam jumlah besar untuk dibuat menjadi minyak kelapa. Wangi kelapa yang sudah diasap harum sekali.
Selain awal November 2023, selama setahun di Nias Barat aku beberapa kali mengunjungi pulau Hinako. Diantaranya yaitu saat Safari Ramadhan, kegiatan pelatihan guru di Hinako, dan yang terakhir adalah ketika bulan Juli, bulan kesepuluh ku bertugas di Nias Barat. Setiap kali berkunjung ke Hinako, aku selalu merasa bahagia dan damai karena melihat pemandangan dan juga melihat kehidupan para penghuni pulau tersebut.
Aku teringat kembali percakapanku dengan salah seorang bapak-bapak yang berprofesi sebagai pemandu wisata yang sedang menemani turis asing dari Belanda dan Hungaria saat perjalananku pertama kali ke Hinako di atas kapal. Kami berbicara tentang apa yang aku lakukan di pulau Nias. Kemudian dia berkata, “Itu kan pekerjaanmu sebenarnya? Mempelajari bagaimana kehidupan orang-orang di sini?”
Ku jawab dengan mengiyakan pernyataan tersebut, karena sesungguhnya aku yang belajar banyak di sini.
Kreator : Fadiya Dina H
Comment Closed: Berkunjung ke Pulau Hinako
Sorry, comment are closed for this post.