KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Bertanya: Sebuah Pencarian dalam Perjalanan

    Bertanya: Sebuah Pencarian dalam Perjalanan

    BY 21 Agu 2024 Dilihat: 99 kali
    Bertanya Sebuah Pencarian dalam Perjalanan_alineaku

    Suatu hari, aku menerima undangan pernikahan dari seorang teman lama. Tempat pernikahan itu, meskipun namanya familiar, terasa asing di benakku. Aku tahu nama jalan dan daerahnya, tetapi peta mental yang kubentuk masih buram. Namun, aku tetap berangkat, meniti jalan yang tak pernah kulewati sebelumnya, dengan harapan sederhana: menemukan tempat itu tepat waktu.

    Di zaman sekarang, mungkin aku hanya perlu membuka aplikasi peta di ponselku. Semua bisa diselesaikan dengan beberapa ketukan jari—setiap belokan, setiap jalan kecil, dan bahkan estimasi waktu tiba bisa diketahui dengan presisi. Tetapi saat itu, teknologi belum menjadi bagian dari hidup sehari-hari seperti sekarang. Saat rambu-rambu mulai tampak asing, ketika belokan demi belokan tidak sesuai dengan harapan, aku mulai merasakan keraguan. Di sinilah aku dihadapkan pada pilihan yang lebih sederhana, tetapi juga lebih mendasar: bertanya.

    Mengingat perjalanan itu sekarang, aku sadar betapa bertanya adalah sebuah tindakan yang sesungguhnya sederhana, namun seringkali diabaikan. Pada saat itu, setelah merasa semakin tersesat, aku menepi di depan sebuah warung kecil. Di sana duduk seorang pria tua dengan wajah tenang, tampak menikmati waktu yang berlalu begitu saja. Dengan sedikit ragu, aku menghampirinya dan bertanya tentang arah yang benar. Sangat sederhana—aku bertanya, dan ia menjawab dengan penuh kesabaran, menjelaskan arah yang harus kutempuh.

    Namun, meski jawaban yang diberikan cukup jelas, aku masih merasa tak sepenuhnya yakin. Aku melanjutkan perjalanan, tetapi tak jauh dari sana, aku bertanya lagi kepada seorang perempuan yang sedang menuntun anak kecil di tepi jalan. Jawaban yang kudapat serupa, namun setiap kali aku bertanya, peta di kepalaku terasa semakin lengkap. Hingga akhirnya, setelah beberapa kali bertanya, aku tiba di tempat tujuan, dan perasaan lega perlahan menggantikan kecemasan yang sempat menggelayut di awal perjalanan.

    Bertanya, dalam bentuk yang paling sederhana, adalah mengakui bahwa kita tidak tahu sesuatu. Tapi ironisnya, banyak orang merasa malu atau takut untuk bertanya. Mereka merasa bahwa dengan bertanya, mereka memperlihatkan kelemahan atau ketidaktahuan mereka, seolah-olah tidak tahu adalah sebuah cacat. Akibatnya, banyak dari kita yang memilih diam, terus melangkah dalam keraguan, daripada merendahkan diri untuk sekedar bertanya.

    Namun, bertanya adalah seni. Ada cara bertanya yang bisa mengarahkan kita pada jawaban yang benar, dan ada cara bertanya yang justru menambah kebingungan. Dalam setiap pertanyaan yang kita ajukan, ada keharusan untuk jujur pada diri sendiri—mengakui bahwa kita butuh bantuan untuk menemukan jawaban. Ini bukan sekadar meminta informasi, tetapi juga membuka diri terhadap kemungkinan baru, perspektif baru, yang mungkin belum pernah kita pertimbangkan sebelumnya.

    Aku ingat betul bagaimana perasaan malu itu sempat menyelinap ketika aku hendak bertanya pada pria tua di warung. Sebuah suara kecil di dalam kepalaku berkata, “Mengapa tidak coba mencari sendiri? Bukankah ini hanya perkara kecil?” Tetapi, di saat yang sama, ada kesadaran bahwa terus berjalan tanpa arah yang pasti hanya akan membuatku semakin tersesat. Dalam hidup, kita sering dihadapkan pada dilema semacam ini—antara bertanya dan mencari bantuan, atau mencoba menyelesaikan semuanya sendiri meski kita tahu ada batasan dalam pengetahuan kita.

    Di sinilah aku mulai menyadari bahwa bertanya adalah langkah awal dari proses belajar yang sesungguhnya. Kita lahir ke dunia ini tanpa tahu apa-apa, dan seiring waktu, kita belajar melalui interaksi dengan dunia sekitar kita. Setiap pertanyaan yang kita ajukan, setiap jawaban yang kita terima, adalah bagian dari perjalanan panjang menuju pemahaman yang lebih dalam.

    Namun, tidak semua orang memahami ini. Ada yang merasa bahwa bertanya adalah tanda kelemahan, seolah-olah mengakui bahwa mereka tidak tahu sesuatu adalah pengakuan atas ketidakmampuan mereka. Mereka lebih memilih untuk berpura-pura tahu, atau bahkan tidak peduli, daripada harus mengakui bahwa mereka membutuhkan bantuan. Aku pernah bertemu dengan orang-orang semacam itu—mereka yang berbicara dengan penuh keyakinan tentang segala hal, seolah-olah dunia ini hanya permainan yang sudah mereka kuasai sepenuhnya. Tetapi pada kenyataannya, tidak ada satu pun dari kita yang benar-benar tahu segalanya. Dunia ini terlalu luas, terlalu kompleks, dan terlalu penuh dengan misteri untuk dipahami sepenuhnya oleh satu orang saja.

    Bertanya, di sisi lain, adalah tanda bahwa kita masih hidup dalam proses belajar. Bahwa kita tidak pernah puas dengan pengetahuan yang kita miliki saat ini, dan selalu ada dorongan untuk mencari lebih banyak. Orang-orang yang kita tanyai, pada akhirnya, menjadi semacam jembatan yang menghubungkan kita dengan pengetahuan yang lebih luas. Setiap kali kita bertanya, kita membuka diri untuk memahami dunia dari sudut pandang orang lain. Dan seringkali, mereka yang kita tanyai senang untuk membantu. Ada kepuasan tersendiri dalam berbagi pengetahuan, dalam memberikan petunjuk kepada seseorang yang tersesat.

    Seiring berjalannya waktu, aku semakin menyadari bahwa bertanya adalah bagian dari perjalanan batin kita, bukan hanya fisik. Setiap pertanyaan yang kita ajukan, setiap jawaban yang kita terima, membantu kita menyusun potongan-potongan puzzle yang membentuk pemahaman kita tentang dunia. Seperti aliran sungai yang mengikis batu, pengetahuan yang kita kumpulkan melalui pertanyaan-pertanyaan kita perlahan-lahan membentuk lanskap pemikiran kita. Setiap pertanyaan adalah upaya untuk mengurai misteri yang ada di sekitar kita, dan setiap jawaban adalah langkah kecil menuju pemahaman yang lebih besar.

    Ketika aku akhirnya tiba di tempat tujuan, perasaan lega dan syukur meliputi diriku. Aku menyadari bahwa perjalanan ini, yang awalnya penuh dengan kebingungan dan keraguan, telah mengajarkanku sesuatu yang lebih dari sekadar menemukan jalan ke sebuah pernikahan. Ini adalah pelajaran tentang pentingnya bertanya, tentang membuka diri terhadap ketidaktahuan, dan tentang keberanian untuk mencari tahu.

    Dalam hidup, jangan takut untuk bertanya. Setiap pertanyaan adalah tanda bahwa kita ingin tahu, tanda bahwa kita masih belajar, dan tanda bahwa kita terus maju. Dengan bertanya, kita memperkaya intelegensia kita, memperdalam pemahaman kita, dan membangun jembatan yang menghubungkan kita dengan dunia di sekitar kita. Ajukan pertanyaan dengan tulus, dengarkan jawaban dengan penuh perhatian, dan biarkan setiap langkah dalam pencarian ini membawa kita lebih dekat pada pemahaman yang kita cari.

    Karena pada akhirnya, bertanya bukan hanya tentang menemukan jawaban, tetapi juga tentang memahami diri sendiri dalam perjalanan panjang yang disebut kehidupan.

     

     

    Kreator : Wista

    Bagikan ke

    Comment Closed: Bertanya: Sebuah Pencarian dalam Perjalanan

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021