KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Bertemu Kembali

    Bertemu Kembali

    BY 14 Jan 2025 Dilihat: 171 kali
    Bertemu Kembali_alineaku

    Pada suatu masa, aku menyimak obrolan di grup WhatsApp alumni SMA angkatanku. Obrolan kali ini terasa berbeda dari biasanya, yang pada akhirnya tercetus sebuah ide mengadakan reuni perak 25 tahun setelah lulus SMA. Sebagai anggota grup yang pasif, kala itu aku berpikir tidak akan hadir di acara tersebut. Mengapa? Karena yang biasanya aku ketahui dari berbagai sumber, reuni itu tak lepas dari hanya sebuah pertemuan yang menceritakan pencapaian karir, jodoh, anak, dan seputar pencapaian lainnya. Sehingga setiap kali ada kegiatan reuni besar, aku memutuskan untuk tidak menghadirinya. Alasan lainnya adalah, banyak teman yang sudah aku lupa namanya namun ingat wajahnya, atau sebaliknya, ingat wajahnya tetapi lupa siapa namanya. Saat SMA temanku hanya sedikit, aku pun termasuk siswa yang “tidak populer”. Buat apa aku ada di sana? Dari ratusan siswa satu angkatan, teman yang masih sering berkomunikasi secara pribadi hingga saat ini bisa dihitung dengan jari, itupun sudah tidak sesering dulu dan hanya melalui jalur virtual. Jadi, tidak ada alasan kuat yang mendorongku untuk mengikutinya.

    Hingga suatu hari aku mengirim pesan kepada beberapa temanku, iseng bertanya apakah mereka berniat menghadiri reuni tersebut? Singkat cerita tiga orang temanku akan hadir di sana, itu pun karena kita masing-masing memiliki pemikiran, paling tidak di sana nanti akan ada orang yang kita “kenal dengan baik”. 

    Akhirnya, kami janjian untuk mendaftar dan memastikan masing-masing sudah melakukannya. Sampai sebegitunya kami kala itu. Sebelumnya, tak lupa aku meminta izin kepada suami dan menginformasikan kepada anak-anak tentang rencana tersebut. Di hari sebelumnya, aku dan anak-anak berangkat ke rumah orang tuaku. Sehingga selama aku di tempat reuni, anak-anak akan bersama nenek dan kakek mereka di rumah. Kebetulan sekali, keponakan-keponakanku juga berlibur di sana. Artinya, anak-anakku juga menghabiskan hari itu di rumah bersama mereka. 

    Pada tanggal 23 November 2024, hari acara reuni pun tiba. Di pagi yang sejuk itu, aku diantar oleh Ayah menggunakan sepeda motor, setelah sekian lama aku tidak merasakannya. Ah, serasa kembali ke masa-masa dulu. Dengan tubuhnya yang semakin menua, meski laju motor terasa sangat perlahan, sebuah pengalaman penuh haru aku rasakan saat itu. Ayahku memastikan aku sudah berada di lokasi tujuan yang benar untuk kemudian ia kembali pulang ke rumah. Di usiaku saat ini, orang tuaku sepertinya masih menganggapku anak kecil bagi mereka. Namun, tak apa. Aku bersyukur atas hal itu. Dan, hal yang mengejutkan berikutnya, Ayahku mengirim pesan seraya bertanya apakah aku sudah bertemu dengan teman-temanku? Hal ini menjadi salah satu bagian penting untukku saat akan menghadiri reuni di hari itu, seakan “bertemu kembali” antara aku dan ayahku mengulang masa-masa antar jemput dahulu. Terima kasih sudah menjadi Ayah terbaik untukku. 

    Pagi itu, setelah akhirnya aku bertemu dengan dua orang temanku di depan pintu gerbang gedung tempat acara reuni, kami saling melepas rindu kemudian memasuki bagian dalam gedung. Sebuah kehangatan aku rasakan saat bertemu dengan teman-teman yang lain. Kami bertegur sapa diselingi senyum, tawa hingga sesekali permintaan maaf. Tertawa karena gembira bertemu lagi, tersenyum malu karena ragu untuk menyapa, meminta maaf karena lupa dengan nama teman yang disapa. Kondisi ini pada akhirnya menjadi sesuatu yang sangat dimaklumi, karena ternyata tidak hanya aku yang mengalami hal serupa. Kesan pertama begitu menyenangkan.

    Acara reuni dimulai. Selang beberapa waktu, kami menyambut para wali kelas saat di kelas 3 SMA. Mereka masih terlihat sehat. Ada yang sudah pensiun ada juga yang masih aktif mengajar. Bagian berikutnya yang kemudian membuatku belum ingin meninggalkan acara adalah, pesan dan nasihat dari salah satu wali kelas kami. Beliau berkata, reuni adalah saatnya kita bersilaturahmi bukan menjelaskan siapa diri kita saat ini, maka lepaskan apa yang “melekat” dalam diri kita. Ia menambahkan, kesuksesan kita adalah berkat doa kedua orang tua. Maka hormatilah keduanya. Makna yang tersirat adalah, reuni bukanlah ajang kita menunjukkan pencapaian kita, karena boleh jadi apa yang kita peroleh saat ini bukan hanya berkat diri kita saja namun ada doa orang tua yang menyertai. 

    Sore hari menjelang, aku belum juga beranjak dari tempat acara, hingga seluruh rangkaian acara selesai dilaksanakan. Semua yang hadir tampak berbahagia. Seolah tangki energi sudah kembali penuh sebelum kami menjalankan rutinitas seperti sedia kala. Semua hal negatif yang aku ketahui tentang acara reuni besar, tidak aku temukan. Terima kasih untuk semua panitia dan teman-teman. Acara reuni perak kala itu berkesan buatku. Semoga kelak bisa bertemu kembali.

     

     

    Kreator : Tina Sugiharti

    Bagikan ke

    Comment Closed: Bertemu Kembali

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021