Dalam kehidupan kita sehari-hari, sering kali kita menghadapi situasi di mana kita merasa sulit untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk. Di tengah kebingungan ini, kita diingatkan oleh perumpamaan Yesus tentang gandum dan rumput lalang dalam Matius 13:24-30. Dalam perumpamaan tersebut, Yesus bercerita tentang seorang petani yang menabur benih gandum di ladangnya, namun di malam hari, musuhnya datang dan menabur benih rumput lalang di antara gandum tersebut. Ketika gandum mulai tumbuh, rumput lalang juga tumbuh bersama-sama. Para pekerja petani ingin mencabut rumput lalang, namun petani berkata, “Biarkan keduanya tumbuh bersama-sama sampai waktu panen.”
Perumpamaan ini mengajarkan kita tentang kesabaran dan kebijaksanaan dalam menghadapi kehidupan. Sebagai siswa, kita mungkin sering menghadapi teman atau situasi yang tidak sesuai dengan harapan. Terkadang, kita merasa ingin segera mengambil tindakan untuk memperbaiki keadaan, namun kita harus ingat bahwa segala sesuatu membutuhkan waktu dan proses. Kita tidak selalu dapat membedakan dengan jelas mana yang benar dan mana yang salah, seperti halnya para pekerja yang tidak bisa langsung membedakan antara gandum dan rumput lalang. Kita diajarkan untuk sabar dan membiarkan Tuhan yang menilai pada akhirnya.
Santo Vincentius a Paulo pernah berkata, “Kesabaran adalah penunjuk yang paling jelas dari kasih yang sejati.” Kata-kata ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap tindakan dan keputusan kita, harus ada unsur kasih dan kesabaran. Sebagai siswa, penting bagi kita untuk tidak terburu-buru menilai atau menghakimi orang lain. Setiap orang memiliki perjalanan hidup dan tantangan masing-masing. Terkadang, kita tidak tahu alasan di balik perilaku seseorang, dan hanya Tuhan yang benar-benar mengetahui isi hati setiap manusia.
Dalam menjalani kehidupan di sekolah dan masyarakat, biarkan cinta kasih dan kesabaran menjadi panduan utama kita. Jangan cepat-cepat mencabut “rumput lalang” dalam kehidupan kita, karena bisa jadi, apa yang kita anggap sebagai rumput lalang sebenarnya adalah gandum yang sedang dalam proses tumbuh. Tuhan memiliki rencana yang indah untuk setiap orang, dan kadang-kadang, kita perlu membiarkan waktu dan proses Tuhan yang bekerja dalam hidup kita.
Akhir kata, mari kita selalu ingat untuk tidak mudah menilai dan menghakimi. Biarkan Tuhan yang menjadi hakim akhir dari setiap tindakan dan keputusan kita. Dengan demikian, kita dapat hidup dalam damai dan harmonis, serta menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan penuh kasih. Semoga kisah gandum dan rumput lalang ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk selalu bersabar, penuh kasih, dan menyerahkan penilaian akhir kepada Tuhan.
“Jangan cepat-cepat mencabut ‘rumput lalang’ dalam kehidupan kita, karena bisa jadi, apa yang kita anggap sebagai rumput lalang sebenarnya adalah gandum yang sedang dalam proses tumbuh.”
Kreator : Silvianus
Comment Closed: Biarkan Tuhan yang Menilai
Sorry, comment are closed for this post.