Penulis : Kurnia Widiastri (Member KMO Alineaku)
Semarak senyum mentari menari pagi ini
Menyapa tiap pendar gulita tuk bangun dari mimpi
Karena hidup tak berarti bila hanya berdiam diri
Sedangkan batas hayat ini masih sebuah misteri
Maka biarlah rimbunnya perdu menghambur merdu
Dalam sepoi angin nan membisik seru
Butiran embun berkilau semu
Melantunkan dzikir syahdu menabur haru
Maka biarkanlah debur gemercik sungai menghantam bebatuan
Mengalir meliuk perlahan lalu deras melaju
Melepas aral ke segala penjuru
Menghantar sepi rindu dan sendu hingga ke hulu
Maka biarkanlah diri ini menyatu dalam derunya sungai
Biarkanlah kalbu ini menikmati desiran arus
Melepas segala penat yang membiru
Menggenggam asa hanya pada satu yang dituju..Allah
Maka biarlah sesekali air mata ini mengalir deras
Bukan sebab kecewa dan dendam hati yang merasuk perih
Tapi meratapi kelemahan diri yang tiada arti
Di hadapan Allah Yang Maha Tinggi
Maka biarlah perlahan ratapan ini bergemuruh
Berdegub menghunjam dalam rintihan pilu
Melangkah menepi terjerembab rapuh
Saat dosa alpa menutup beningnya kalbu
Maka biarlah nafas ini satu persatu dalam hening
Melangitkan doa mengangkasa segala asa
Sungguh tiada daya dan kekuatan
Kecuali Sang Penguasa Semesta
Boendania
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: Biarlah Ia Mengalir
Sorry, comment are closed for this post.