PERTEMUAN
Menjalani kehidupan sebagai siswi madrasah yang tinggal di asrama bukanlah kali pertama bagiku, karena sewaktu di MTsN aku juga tinggal di asrama. Namun tentu saja sekarang jauh berbeda, karena di tingkat lebih tinggi, banyak aturan yang mengikat. Kami diajarkan untuk disiplin sejak dini. Setiap aktivitas ditentukan jamnya, mulai dari jam makan, jam mandi, batas waktu keluar dan masuk asrama, peraturan bahasa (kapan boleh berbahasa minang, Indonesia, arab, Inggris, dll). Awalnya aku cukup kesulitan, namun alhamdulillah pelan-pelan mulai terbiasa.
Pembiasaan disiplin di asrama ini secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas belajarku. Semua menjadi terjadwal, persiapan belajar atau ulangan pun menjadi lebih maksimal. Meskipun pada awalnya aku insecure berada di kelas unggul ini, secara teman sekelasku pintar dan aktif semua. Apalagi teman-teman yang berasal dari MTsN yang berada tak jauh dari sekolahku saat ini. Memang dominannya alumi MTsN tersebut melanjutkan pendidikannya di sini. Selain memang pintar-pintar, mereka juga lebih “vokal“ karena jumlahnya dominan di kelas kami.
Di kelasku ini, semua berlomba untuk jadi yang terbaik. Aura persaingan (dalam artian positif) begitu terasa di kelas ini. Sempat jadi pikiran olehku, akankah aku masih bisa berprestasi seperti di waktu MTsN lagi?? Tapi kuyakinkan diriku, kalau mereka bisa, kenapa aku tidak? Toh gurunya sama, bukunya sama, materinya sama. Bismillah…aku akan berusaha, apapun hasilnya nanti.
Penerimaan rapor pertama di kelas 1, aku tidak berekspektasi terlalu tinggi. Masuk 10 besar saja alhamdulillah, syukur-syukur di 3 besar. Tanpa kuduga, alhamdulillah, ternyata aku ranking 1. Luar biasa pertolongan Allah. Ternyata aku tidak terlalu ‘bodoh’ dibandingkan teman-teman yang lain. Perlahan percaya diriku mulai bangkit lagi. Ternyata benar, kalau kita berusaha dan berdoa dengan sungguh-sungguh, tak ada yang tak mungkin bagi Allah.
Selain aktif dalam pembelajaran di kelas, kami juga diminta untuk belajar berorganisasi, ikut kegiatan ekstrakurikuler. Dari sekian banyak ekskul yang ada, aku cuma tertarik dengan 3 ekskul, yaitu OSIS, UKS dan Forum Annisa’(ROHIS). Kucoba mendaftar OSIS, ternyata tidak diterima. Sempat agak sedih juga awalnya, karena rata-rata yang diterima adalah teman-teman yang sudah kenal/dekat dengan kakak-kakak OSIS. Sementara aku? Aku yang introvert, paling susah untuk SKSD (sok kenal sok dekat) dengan orang, termasuk dengan senior, guru, atau siapapun. Pilihan selanjutnya jatuh pada UKS, karena aku cukup tertarik dengan kesehatan. Alhamdulillah, aku diterima di ekskul UKS, dan kami yang aktif di UKS diberi gelar KKR (Kader Kesehatan Remaja). Ternyata cukup menyenangkan. Kami mendapat banyak ilmu baru, dan juga tentunya teman-teman baru, yang berasal dari kelas yang berbeda, juga para senior yang membimbing kami. Sedangkan untuk ekskul Forum Annisa’, semua yang mendaftar pasti (kemungkinan besar) diterima, karena tidak banyak orang (siswi) yang mau dan bertahan di ekskul ini. Ya, begitulah sunnatullah-nya, jalan dakwah hanya diisi oleh orang-orang terpilih. Semoga Allah meridhoiku dan teman-teman yang pernah menjadi bagian dari itu.
Suatu pagi, suasana kelas sedang hening, kami sedang fokus mengerjakan latihan soal fisika, ketika tiba-tiba terdengar pemberitahuan dari pengeras suara.
“Diberitahukan kepada seluruh siswa yang mengikuti ekstrakurikuler UKS (KKR) agar berkumpul di ruang UKS sekarang juga….” Seketika aku berhenti mengerjakan soal, yang tinggal sedikit lagi.
Di kelasku, ada beberapa siswa yang juga anggota UKS, salah satunya Aditya, atau yang biasa dipanggil Adit. Kebetulan posisi meja kami juga sejajar, bersebelahan. Saat mendengar pemberitahuan itu, tak sengaja mata kami saling berpandangan. Aku jadi salah tingkah, diapun juga, sosok yang pemalu. Dia tak terlalu banyak bicara. Jika namanya dipanggil oleh guru, biasanya wajahnya langsung bersemu merah. Ia juga sering menghindar saat disuruh tampil ke depan. Mungkin karena kurang percaya diri. Kontras sekali dengan teman-teman lain yang super aktif. Unik sekaligus aneh menurutku.
Aku bergegas menyelesaikan soal latihan, dan mengumpulkannya ke depan, lalu minta izin pada Bu Nita, guru Fisika kami, untuk datang ke ruang UKS. Tak lama berselang, Adit pun menyusulku ke depan kelas, minta izin ke Bu Nita. Kami keluar kelas hampir berbarengan. Kontan saja teman-teman sekelas menggoda kami, mereka serentak bilang, “Ciee..ciee…” Sumpah aku malu sekali, kurasa dia pun begitu. Kulihat wajahnya bersemu merah. Padahal anggota KKR di kelas kami bukan cuma kami berdua, namun entah kenapa malah kami yang keluar kelasnya barengan. Sedangkan yang lain menyusul beberapa saat sesudahnya. Sesampainya di luar kelas, aku biarkan dia jalan duluan, aku menyusul agak jauh di belakang, bersamaan dengan teman-teman KKR lainnya.
Selama pertemuan di ruang UKS, kami tak terlibat pembicaraan apapun, kecuali terkait pembahasan tentang kegiatan UKS. Ternyata sekolah kami akan mengikuti Lomba Sekolah Sehat. Kami para anggota KKR diminta untuk mempersiapkan segala hal terkait kegiatan tersebut, seperti menata ruang UKS, inspeksi kebersihan lingkungan sekolah, membersihkan Taman TOGA (tanaman obat keluarga) milik sekolah, dan lain-lain. Untuk beberapa minggu ke depan, kami diminta untuk fokus pada persiapan Lomba Sekolah Sehat (LSS) ini, yang dibimbing oleh Bu Yosi selaku Pembina UKS, dan Bu Ratih, bidan Puskesmas Ibuh sekaligus pengelola program UKS untuk sekolah kami, sesuai MoU antara sekolah dan Puskesmas Ibuh.
Selesai rapat, kami diminta untuk kembali ke kelas masing-masing, karena jam pelajaran masih berlangsung. Ketika di perjalanan menuju kelas, aku dan Adit sempat ngobrol terkait persiapan LSS ini. Karena ini merupakan kali pertama bagi kami, tentu saja kami cukup antusias. Hingga tanpa disadari, kami sudah tiba di pintu kelas. Melihat kedatangan kami yang bersamaan (lagi) dan masih terlibat obrolan, lagi-lagi teman-teman bersorak, “Ciee…cie….”. Aku malu sekali, tapi mau gimana lagi. Mau marah juga tak tak tahu marah ke siapa. Aku berjalan buru-buru ke tempat dudukku, dan berusaha untuk bersikap sewajar mungkin. Jujur aku heran, kenapa teman-teman semangat sekali menggoda kami hari ini? Bukankah ini hal biasa? Dan terjadinya juga secara kebetulan? Entahlah…..
Kreator : Rahmida Fajrin
Comment Closed: Bicara dalam Diam (Bab II: Pertemuan)
Sorry, comment are closed for this post.