“Beres-beres yuk kita beres-beres, beres-beres yuk kita beres-beres, mas Nara beres-beres, mbak Lea beres-beres, Mas Bhisma beres-beres, semuanya ikut beres-beres.” Suara Bu Endah yang lantang menyanyikan lagu ajakan merapikan mainan memenuhi ruangan yang sempit penuh hiruk pikuk bocil-bocil Kelompok Bermain. Mereka yang sedang asyik bermain ada yang menghentikan bermainnya dan banyak pula yang tetap bermain dan tidak memperdulikan suara Bu guru.
Sementara beberapa anak yang udah respon aturan main segera memasukkan kembali alat-alat bermainnya ke dalam keranjang. Namun bagi mereka yang masih ingin terus bermain tetap saja melanjutkan keasyikan mereka bermain, berlari-lari, kejar-kejaran membuat suasana kelas menjadi riuh ramai. Sambil terus bernyanyi ajakan berberes Bu Endah pun membantu anak-anak memasukkan mainan yang berserakan bersama mereka yang semakin bertambah yang respon aktif membereskan mainan.
Setelah suasana kelas tampak rapi Bu Endah merubah lagunya untuk menstimulasi anak-anak kelas Kelompok Bermain dengan suaranya. “kalau kau mau pulang bilang Hore. Kalau kau mau pulang bilang oke, kalau kau mau pulang ayo duduk dengan tenang. Kalau kau mau pulang bilang aku anak hebat.” Suara Bu Endah disambut antusias oleh anak-anak.
“Kalau kau mau pulang ayo duduk di kursi. Kalau kau mau pulang bilang alhamdulillah. Kalau kau mau pulang ayo duduk dengan tenang, kalau kau mau pulang bilang subhanallah. Kalau kau mau pulang bilang Allahuakbar. Kalau kau anak hebat bilang La Ilaha illallah kalau kau anak hebat mari kita tunjukkan kalau kau anak sholih sholihah bilang Maa sya Allah.” Bu Endah melanjutkan upayanya mengkondisikan anak-anak supaya duduk tenang di kursi untuk berdoa mau pulang.
Setelah mereka duduk di kursi Bu guru Endah pun segera ikut duduk di kursi. Sambil menunggu beberapa anak yang masih asyik bermain dan enggan segera duduk, anak-anak diajak berkomunikasi. Tanya jawab dan terus mengkondisikan anak-anak sampai duduk semua dengan tenang dan siap untuk berdoa.
Mereka bersuara lagi bersama-sama: “Tangan ke atas menggapai bintang, tangan ke samping bebek berenang, tangan ke depan bertepuk tangan, tangan di meja siap berdoa. Isti’dadan.” Kemudian Bu Endah mengajak anak-anak berdoa. Rangkaian doa penutup kegiatan menandakan suasana sudah waktunya pulang.
Beberapa anak bisa tertib ikut berdoa dikeluarkan suaranya. Tetapi ada beberapa anak yang acuh tak acuh. Mereka tetap berbicara terus ngobrol dengan teman yang duduk di dekatnya. Bu guru yang sudah mulai berdoa tidak diindahkannya. Bahkan beberapa anak yang awalnya ikut berdoa jadi terpengaruh temannya yang ngobrol dan ikutan ngobrol pula. Semakin lama semakin banyak doa yang dibaca semakin asyik mereka ngobrol.
Bu guru tidak menegur mereka. Tetapi terus melafalkan doa sampai selesai. Setelah selesai doa dibaca, Bu guru berkata kepada anak-anak didiknya. “Yang membaca doa untuk pulang hanya mas Fardhan. Mas Fardhan ikutan Bu guru membaca doa sampai selesai. Tetapi selain mas Fardhan semua ngobrol sendiri, tidak ikut berdoa pulang. Ya sudah, berarti yang pulang hanya mas Fardhan dan Bu Endah saja. Yang lain tidak pulang karena tidak berdoa. dadaaaaaa…” Ucap Bu Endah sambil keluar kelas dan melambaikan tangan kepada anak-anak yang terperangah duduk di kursi.
Fardhan dan Bu Endah keluar kelas. Pintu ditutup. Sambil menahan tertawa Bu Endah melangkah dan berhenti di balik pintu. Dilihatnya dari jendela anak-anak yang masih duduk di kursi, serentak menangis bersama-sama.
Tamam menangis keras, Mora menangis keras, Nafil nangis keras, lea nangis pelan, Naren nangis pelan, Khusnu menangis pelan, Nara menahan tangis, mimik wajahnya kembik kembik menahan tangis dan matanya berkaca-kaca. Hanya Khalid yang tidak menangis. Dengan suara lantang Si Khalid bicara kepada teman-temannya. “Teman-teman, tenang saja, nanti pasti ada solusinya.” ucap Khalid setelah melihat teman-temannya menangis karena Bu Endah dan Fardhan keluar kelas.
Mengamati keadaan yang demikian Bu Endah semakin penasaran dan menahan tertawa akan aksi bocil-bocil menangis berjamaah akibat ulahnya. Bu Endah sengaja menggoda mereka sebagai suatu bentuk pembelajaran bagi mereka pula. Agar mereka para bocil itu mengenal dan mengetahui peraturan-peraturan yang ada.
Melihat para bocil menangis bersama-sama tersebut akhirnya Bu Endah kembali masuk ke dalam kelas dan melanjutkan komunikasi dengan mereka. Mengingatkan kembali adanya peraturan yang harus ditaati, mengingatkan kembali adanya adab atau etika ketika berdoa. Dengan mengenal mereka akan mengetahui, setelah mengetahui mereka akan mengerti dan memahami, selanjutnya mereka akan mentaati dengan penuh kesadaran dan ketaatan. BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM.@@@@@@@@@@@@@@
Kreator : Endah Suryani, S. Pd AUD
Comment Closed: Bocil Nangis Berjamaah
Sorry, comment are closed for this post.