Penulis : Dhien Novita Sani (Member KMO Alineaku)
“Haiii kamu Sairi kan? Ahmad Sairi? Apa kabar?” sapa Wina riang, sampai lengkap menyebutkan namanya sambil bersalaman.
Sepertinya Wina senang bertemu Sairi, ada rasa yang tak bisa dijelaskan ketika kembali melihat lelaki itu.
Teman sekolahnya itu sudah banyak berubah, terlihat dewasa tentunya, tapi senyumnya itu sama seperti dulu, saat mereka masih memakai putih abu-abu. Sairi melihat Wina sebentar, mengangguk lalu garuk garuk kepala dan berlalu meninggalkan Wina mencari tempat duduk.
Wina bengong melihat lelaki yang masih saja tampan itu berjalan meninggalkannya.
Jadi segitu doang? Wina meremas tangannya dengan gregetan, sambil tak habis pikir reaksi Sairi saat bertemu dengannya.
Sairi tidak membalas sapaannya, tidak menanyakan kabarnya, dimana dia tinggal, anaknya sudah berapa, kerja di mana, pembicaraan layaknya teman lama yang baru ketemu, padahal mereka sudah 20 tahun tidak bertemu dan tidak pernah komunikasi sama sekali. Wina tak habis pikir. Apa Sairi masih marah padaku?, tanya Wina dalam hati, Ah itu cerita warna warni masa sekolah,sudah lama berlalu, Wina teringat ceritanya dengan Sairi.
Bersungut-sungut wanita itu kembali ketempat duduknya, hilang semua senyum riangnya, teman disampingnya Dina tersenyum melihat Wina.
“Cie yang baru salaman, deg deg an ya?” Dina meledeknya.
“Sebel tau..” sungutnyaa sambil mengambil minuman, tiba tiba Wina merasa haus.
“Kog sebel?, Dia tambah ganteng ya, tapi ada macan disampingnya, hati hati”
Dina mengingatkan lalu kembali cekikan.
Reuni berjalan lancar, pertemuan ini diadakan setelah hampir dua puluh tahun selepas SMA. Acara ini hanya untuk bercerita tentang masa lalu. Cerita tentang teman teman, para guru, mantan pacar, penjaga sekolah sampai ibu kantin, tapi tidak pernah bosan mendengarnya, saling ledek dan selalu diakhiri tertawa bareng. Kegitan kumpul teman masa remaja ini hanya sekedar melepaskan lelah atau melupakan sejenak rutinitas sebagai orang dewasa atau sekedar ingin kembali mengingat masa muda yang sekarang tinggal kenangan.
Diam-diam Wina memperhatikan Sairi yang serius mendengarkan temannya bercerita, sesekali mereka tertawa, disela sela suara musik, beberapa ada yang bernyanyi, apalagi kalau bukan lagu saat mereka remaja dulu, semua seperti berada di masa lalu.
Ketika Wina pura pura berjalan melewati mereka, seorang teman menyapa
“Kamu Wina kan? Wah tambah gemoy aja sekarang” Tedi teman Sairi menyapa sambil melihatnya takjub.
“Gemoy…gemuk gituh, becanda lu gak asik” balas Wina manyun.
Tedi tertawa, lalu melihat ke Sairi
“Ri.., ini Wina, gadis kecil kelas kita, sekarang gemoy abis…” Tedi bersuara lagi, cowok paling menyebalkan itu memang tukang ledek, dia tak pernah berubah, masih riang seperti dulu, untungnya dia tidak tau kalau dia dan Sairi pernah ada cerita, kecuali Dina, teman karibnya, mereka hampir dekat, Wina belum ingin pacaran waktu sekolah, tapi Sairi terus mengejarnya, dan akhirnya menyerah setelah Dina menjelaskan panjang lebar dan sejak itu mereka tidak pernah bertegur sapa, sampai akhirnya bertemu di acara reuni ini.
Sekali lagi Sairi hanya tersenyum sedikit sambil mengangguk. Dia sampai heran melihat reaksinya, benar benar menyebalkan, gerutu Wina.
Wina pura pura menyapa teman yang lewat, lalu pergi dari mereka berdua, Wina masih heran dengan sikap Sairi.
Begitu acara selesai, mereka kembali salaman, masih berbaik hati Wina berkata “Sampai ketemu lagi ya” , yang diajak ngomong buru buru mengangguk dan langsung berlalu.
Wina menarik napas, melihat ku kog seperti melihat hantu aja, apa masih marah denganku? Wina tak habis pikir.
Setelah reuni, Wina tidak lagi memikirkan pertemuan itu, sudah dilupakan, kembali ke kota dan menjalani rutinitas seperti biasa.
Hingga suatu hari, setelah istirahat siang di kantor, ada telepon masuk, nomor yang belum di save di hapenya. Awalnya Wina malas mengangkat, tapi dipikir lagi siapa tau ada yang penting, paling nanti kalau gak kenal bisa langsung dimatiin, batinnya
Begitu dia mengucapkan hallo,
” Wina ya?” suara di seberang sana terlihat bergetar, suara laki laki.
“Ya saya sendiri, siapa ini?” dia seperti kenal tapi samar.
“Ini aku Sairi” suara diseberang terdengar lagi.
Wina melihat hape nya dengan heran, gak salah Sairi menelponnya, bukannya kemarin dia cuek?? , dengan heran Wina kembali meletakkan hapenya ke kuping.
“Ngapain kamu hubungi aku? dapat nomor ku dari mana?” suara Wina terdengar marah.
“Aku mau minta maaf di acara reuni kemaren, aku minta ke Dina nomor kamu” balas Sairi takut takut.
Dina kurang kerjaan, pikir Wina
“Minta maaf?” tanya Wina
“Waktu reuni kemaren Aku kurang ramah dengan kamu, aku gak enak dengan istriku” jelasnya lagi
Mendengar itu Wina tertawa
” Apa hubungannya aku sama istri mu?”
“Gak apa apa, gak enak aja” balasnya lagi.
“Ooh kamu takut istrimu, saranku kalau mau reuni jangan ajak istri, jadinya kan di mata matain” jawab Wina sekenanya.
Wina tau dari Dina kalau istrinya Sairi satu sekolah dengan mereka, tapi lain kelas. Kalau Wina memang tidak kenal, beda dengan Dina, ratu gosip sekolah itu tau semua info tentang teman-teman sekolah . Dulu teman-teman sekolah bingung, kenapa mereka bisa jadi teman akrab sampai sekarang, secara beda karakter, kalau yang satu adem, satunya lagi angin ribut.
” Win, nomor ku save ya, kalau besok besok aku nelpon kamu bolehkan?” Sairi mengalihkan obrolan.
“Kalau nelpon aku, jangan ajak istri, nanti dia nguping” balas Wina
Ada tawa riang disana
”Lagian mau apa nelpon aku lagi, kan udah minta maaf?” tanya Wina heran
”Mau melanjutkan misi yang dulu, siapa tau masih berlaku”
”Kalau ngomong jangan sembarangan nanti di aminkan malaikat” jawab Wina tertawa, dia tau Sairi hanya bercanda. Suami takut istri aja sok sok ngegombal, pikir Wina geli.
”Amin” suara di ujung sana
Mereka berdua tertawa bersama,
Menutup telepon, Wina tersenyum, ternyata dia masih penasaran,Wina tergelak.
Kenangan itu kembali terkuak.
Wina ingat teman sekelasnya itu, cowok berkulit putih, bertubuh tinggi dan berwajah oriental, bonus otak pintar dan selalu juara kelas, pokoknya cowok paket komplit.
Sairi menyukainya, hal yang tak di mengertinya sampai saat ini. Saat lelaki yang selalu serius itu mengungkapkan perasaannya, Wina tak habis pikir, kenapa dia menyukaiku? Seorang cewek bertubuh kecil yang pemalu, banyak jerawat di keningnya, kulit yang terlalu sawo matang dan selalu kesulitan pada pelajaran kimia dan fisika, tapi Wina punya mata yang indah dan senyum yang manis.
Masa pacaran dengan si ganteng yang juara kelas itu? batinnya menolak, Wina tidak percaya diri bisa berjalan berdampingan dengan Sairi, dia kwatir Sairi nanti malu punya pacar seperti dia. Wina mengutus Dina teman sebangkunya yang hobi bicara itu untuk menyampaikan dengan Sairi.
Dina awalnya menolak keras,
”Sayang di lewatkan Win…barang langka, kamu bisa menang banyak,” bisiknya persis di telingan Wina
”Nanti kalau ada teman nanya, siapa yang memenangkan hati Sairi? teman sebangku dong, si imut yang manis” gayanya sambil bertolak pinggang.
Wina menatapnya lama, dia tidak tau apa maksud temannya itu mendukungnya atau meledeknya.
”Aku bukan Cindrelala” tegasnya
”Bilang dengan dia, aku belum mau pacaran, gak kepikiran, mikiran diri sendiri aja susah, apalagi orang lain, titik” tambahnya lagi.
Dina sudah paham dengan Wina, sekalinya bicara tidak bisa terbantahkan, mereka sudah berteman sejak SMP, cewek sensitif ini merasa tak pantas mendampingi Sairi, kuatirnya mengalahkan perasaannya. Sairi hanya pantas di kagumi sebagai lelaki yang pintar, tidak lebih dari itu.
” Serius gak mau jadi Cindrelala” ledek Dina lagi
Wina langsung melotot.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: Bukan Cinderella
Sorry, comment are closed for this post.