Oleh : Faradilla Rahayu
Deri lelaki bertubuh tinggi, besar, kulit gelap berjalan menuju sekolah. Ia terus melangkahkan kaki walau pagi sedikit gerimis, tidak mematahkan semangatnya untuk sekolah. Walau ia sadar dengan pendapatan orang tuanya yang hanya cukup untuk makan, ia tidak boleh putus sekolah. Setiap pagi ia harus menempuh jarak 5 km menuju sekolahnya.
“Der, ayok naik ” sapa Eyza sohibnya
” Makasih Za, nanggung ” tolaknya
” Kan masih jauh Der,ayok ” ajaknya lagi
” Baiklah” ucapnya dan menaiki motor Eyza.
Merekapun melaju menuju sekolah. Sesampainya di sekolah Deri terus menuju kantin karena masih menunjukan pukul 6.15.
” Masih sempat bantuin Pakde Mamat,” katanya. Deri pun menemui Pakde Mamat, ” Assalammualaikum Pakde” sapa Deri
” Waalaikumsalam, tumben pagi udah sampai Der?” Tanya Pak Mamat heran
” Kebetulan di tumpangi Eyza Pakde, jadi bisa cepat, ” jelasnya
Ya udah sarapan dulu, tuh udah disiapkan sama Bude, yang lainnya nanti saja pulang sekolah kamu ke sini bantu – bantu ya, sekarang fokus belajar aja dulu” perintah Pakde Mamat
Deri pun beranjak ke dapur dan mendapatkan sarapan yang sudah disiapkan oleh istri Pakde Mamat.
” Alhamdulillah, masih ada rezeki darimu ya Allah, semoga rezeki mereka terus lancar, aamiin ” ungkap Deri. Bel masuk pun berbunyi Deri pun bergegas menuju kelas dan tak menghiraukan keriuhan yang terjadi di sekitarnya.
” Der, kamu sudah buat tugas belum, pinjam ya?” Tanya Tari teman kelasnya
” Udahlah, emang kamu nyalin Mulu” kata Deri
Tari hanya cengengesan mendengar ucapan Deri, baginya Omelan Deri adalah obat nyamuk yang selalu di butuhkan. Tampa pamit pun Tari mengambil buku tugas Deri dan langsung menyalin tugas tersebut. Deri hanya pasrah melihat tingkah teman sebangkunya itu.
Pelajaran pun di mulai dengan lancar, tak terasa bel pulang pun berbunyi dan Deri bergegas menuju kantin, karena tugasnya sudah menunggu. Sesampainya di kantin ia terus mengambil sapu dan membersihkan semua sampah yang bertebaran di lantai, setelah seluruh ruangan bersih ia pun melanjutkan mencuci piring yang sudah menumpuk tinggi, ia lakukan dengan iklas tak terasa semua tugasnya selesai dan sudah waktunya ia pulang.
” Pakde, saya pulang dulu ya, udah sore” pamit Deri
” Ya, hati hati di jalan ya, eh jangan lupa bawa bungkusan warna merah itu ya!” Ucap Pakde Mamat.
Deri pun meraih bungkusan yang di pesankan Pak Mamat dan melangkahkan kakinya untuk pulang. Diperjalanan palang ia melewati stadion renang tempat Tari latihan. Tari merupakan atlet renang daerahnya. Ia sudah sering mewakili sekolah dan daerah sampai tingkat nasional. Hatinya terus bergerak menuju stadion renang, untuk memenuhi rasa penasarannya selama ini, ia ingin menegok sesi latihan, “Seandainya aku punya kesempatan dan seberuntung mereka” gumam Deri ,sambil terus memandangi teman temannya latihan. Dari kejauhan Tari melihat Deri yang sedang asyik memandangi teman temannya sedang berenang tampa berkedip. Iapun menghampirinya
” Hai, ngapain kamu di sini? Tanya tari
” Astagfirullah, ngagetin aja Tari” sambil menenangkan jantungnya yang tak beraturan
“Kamu mau coba?” Tanya Tari
” Ah mana mungkin tar, aku tidak bisa berenang,lagian biayanya mahal,” sanggah Deri
” Ayo, Aku ajarkan, pakai aja celana pendekmu itu!” Perintah tari
” Ngak usah Tar, nanti latihan kamu terganggu” tolak Deri
” Udah selesai kok, jangan sungkan,ayok” ajak Tari sedikit memaksa
Deri pun mengikuti Tari ke pinggir kolam renang . Tidak butuh waktu lama ia pun bisa mengikuti gerakan yang diajarkan tari. Tari pun senang dan bangga dengan keberhasilan Deri
“Besok latihan lagi ya, jangan sungkan, aku siap jadi pelatih mu, gratis untuk teman baikku ini” kata Tari.
” Serius Tar?” Tanya Deri tidak percaya
” Besok kamu harus datang lagi,aku tunggu di jam yang sama ok!” Perintah Tari
” Baik Tar, timakasih sudah beri kesempatan pada ku” ucap Deval dengan semangat
Deval merasa beruntung mendapat kesempatan untuk berlatih renang, karena sejak lama ia memang ingin belajar. Karena ia paham keluarganya bukan orang yang mampu. Maka ia tahan keinginannya selama ini.mendapat kesempatan dari tari merupakan anugrah yang terbesar dan tidak akan ia lepaskan kesempatan ini. Sesampainya dirumah tak lupa ia membuka bungkusan yang di berikan Pakde Mamat saat ia pulang tadi,rupanya berisi makan lengkap untuk serumah.
Ayah, ibu yok makan ini ada rezeki dari pakde Mamat” panggil Deval
“Alhamdulillah, masih ada orang baik ya Mat” kata ibu dengan haru
” Ya Bu, rezeki dari Allah melalui tangan Pakde Mamat.
Merekapun makan dengan lahap karena mereka jarang dapat makanan enak seperti hari ini. Selesai makan deval pun beranjak ke kamar den mengerjakan tugas untuk esok. Malam pun semakin larut dan mata pun mulai mengantuk. Deval beranjak ke dipan untuk beristirahat. Pagi pun tiba Deval beranjak dari tempat tidurnya. Ia bersiap untuk berangkat ke sekolah sebelumnya ia harus membantu orang tuanya untuk menyiapkan dagangan yang akan dibawa ke pasar. Mereka berangkat berbarengan agar Deval bisa membawa sebahagian dagangan ibu dan meringankan beban ayahnya. Setelah dari pasar ia pun melangkahkan kakinya menuju sekolah yang jaraknya tidak jauh dari pasar. Dengan melewati jalan pintas ia pun sampai lebih awal dari teman temannya.
“Assalammualaikum, Pakde..” sapa Der
“Waalaikumsalam,Deri” jawab Pakde Mamat
“Bagaimana keadaan orang tuamu?” Tanya Pakde lagi
” Alhamdulillah, sehat Pakde” jawabnya
Obrolan pun terputus dengan bunyi bel masuk dan Deri pun bergegas menuju kelasnya. Ditengah jalan ia di cegat oleh Rio bintang sekolah.
” Kamu ngapain ikut latihan renang sama Tari hah?” Bentaknya
” Aku cuma ingin bisa berenang kok Yo, tidak lebih dari itu,” ucap Deri
” Jangan ambil kesempatan ya, Tari itu milik aku, dan kamu tidak akan pernah bisa berenang sebaik aku paham?!” Gertaknya lagi
” Aku dan Tari hanya teman biasa, lagian Tari yang memaksa aku untuk ikut latihan bersamanya, kalau kamu tidak senang, itu hak kamu” ucap Deri lagi
Deri pun berlalu menghindari pertengkaran yang tidak ada ujung pangkalnya. Sesampai di kelas ia pun menceritakan pada Tari tentang kejadian tadi.
” Hmm, dari dulu Rio itu tidak mau ada yang menyainginya, ia semakin besar kepala karena tidak ada yang bisa mengalahinya” kata Tari
” Ooo, gitu ya, kalau aku, misalnya nih aku ikut latihan apa aku bisa seperti kamu, bisa mewakili sekolah sampai nasional ?” Tanya Deri
” Ya.. bisalah, kamu itu cerdas, cepat paham, kalau kamu latihan rutin dalam sebulan kamu bisa lebih baik dan sama dengan mereka yang sudah latiha bertahun – tahun, apalagi tubuh kamu sudah terlatih dengan jalan tiap pagi, itu sudah mendukung daya tahan kamu dalam latih. Kalau kamu serius aku sangat senang ” jelas tari
” Tapi biayanya kan mahal Tar..” keluh Deri
“Kemarin kan sudah aku bilang, untuk kamu gratis, kalau kamu serius. Jangan lupa nanti sore, aku tunggu” kata Tari
Deri pun jadi semangat ia sudah bertekad sejak latihan kemarin ingin meraih impiannya sejak kecil. Dan ia pun mulai belajar dengan sungguh sungguh. Sekolah pun usai seperti biasa ia pun membantu Pakde Mamat di kantin dan terus menuju stadion renang untuk ikut latihan bersama Tari. Di depan gerbang stadion ia di cegat Rio yang terus menghalanginya untuk ikut latihan . Tak lama Tari pun lewat.
” Apa aku kamu Yo, dia kan hanya ikut aku latihan,” hardik Tari
” Buat apa kamu ngajak dia, ngak penting, mana ada orang miskin bisa sehebat aku” katanya sombong
” Jangan sombong kamu, kesombongan akan membakar dirimu sendiri Yo, kamu belum apa – apa dibandingkan dengan ku,” kata Tari lagi
Tari pun menarik tangan Deri, dan memberikan semua perlengkapan renang yang di butuhkannya untuk berenang. Ia pun mulai latihan bersama dengan teman teman lainnya. Tak terasa seminggu pun berlalu dan perkembangan Deri cukup pesat. Dalam waktu seminggu ia sudah bisa menyamai atlet lain.merekapun menjadi terpacu semangatnya, karena tidak ingin kalah dengan Deri. Sebulan sudah ia bergabung di club renang sekolahnya, Tari terus memberi dukungan dan motivasi pada Deri dikala ia mulai lelah dengan tekanan yang datang silih berganti. “Kamu jangan patah semangat, tetap yakin dengan diri sendiri dan berdoalah pada Tuhan agar impianmu tercapai” Tari menyemangati Deri.
” Trimakasih atas segalanya Tar, aku tidak tahu harus balas dengan apa,” ungkap Deri.
” Jangan dipikirkan” kata Tari
” Kamu hanya membuktikan kemampuanmu dikejuaraan antar pelajar nanti, namamu sudah aku daftarkan sebagai tim sekolah kita, semangat latihan ya!” Tari memberi semangat
Deri tidak percaya akan berita yang disampaikan Tari, walaupun ia menolak tari tetap berharap banyak padanya, ia hanya mampu tersenyum dan kembali ke rumah dengan penuh rasa haru dan tekat untuk lebih maju. Pertandingan antar pelajar pun sudah didepan mata. Deri gundah karena ia tidak punya pakaian yang layak untuk bertanding, minta sama orang tua pun tidak mungkin karena ekonomi mereka yang pas – pasan. Ditengah kebingungan dan putus asa Tari menghampiri Deri.
” Hai, kenapa seperti orang linglung gitu?” Tanyanya.
” Kamu tahu kan perlengkapan aja masih pinjam kamu punya,bagai mana aku bertanding ” keluh Deri.
” Kamu ini jangan insicure dong pesimis, ingat besok kita mulai lomba, dan ini semua yang kamu butuh kan, kamu harus percaya diri, ok! “Tari menyemangati
” Tar .. ini baru semua, untuk aku ?? “
“Apa tidak berlebihan ini, bagi aku yang bekas aja udah cukup Tar..” Kata Deri dengan haru dan tampa disadari air matanya pun jatuh.
” Makasih untuk semuanya ,aku janji akan jadi yang terbaik besok” ungkap Deri
Hari yang ditunggu pun tiba, peserta lomba pun mulai melakukan kegiatan masing masing mengikuti arahan pelatihnya. Deri pun mengikuti arahan pelatih. Walau masih canggung ia tetap menguatkan diri untuk tetap percaya diri
” Kamu tidak akan pernah menang dari ku, secara kamu baru pertama ikut, sedangkan aku sudah berpengalaman di sini. Jangan harap bisa menang, ” gertak Rio
Deri hanya diam dan tersenyum. Ia malas menanggapi Rio. Ia lebih memilih untuk fokus dalam pertandingan. Saatnya pun tiba Deri mempersiapkan diri pada nomor pertandingannya dan ia telah berkumpul diruang COC tempat berkumpulnya para atlet yang akan bertanding. Dan menuju ke balok start dan Rio pun turun di nomor yang sama.
” Ini kesempatan untuk ku, untuk membuktikan padanya, kalau aku memang pantas untuk menang,” bahatin Deri.
Pertandingan pun berlangsung dengan alot di no 200 M gaya dada. Rio dan Deri berpacu mengambil posisi dan mereka terus bergantian di pasisi Pertama dan pada 25 M terakhir Deri terus memacu agar ia sampai di finish pertama. Ia terus mendahului Rio dan akhirnya Deri masuk finis pertama Rio ke 2 dan diikuti oleh pelajar lainnya. Deri tidak menyangka dengan hasil yang ia peroleh. Ia hanya ingin menyelesaikan pertandingan dengan baik. Sedangkan Rio merasa tidak puas nampak jelas dalam wajahnya. Ia malu dengan tindakannya yang arogan selama ini sedangkan orang yang sangat ia benci tak pernah menanggapinya dan terus membuktikan diri dengan hasil gemilang.
” Apa aku bilang kamu itu pantas untuk menang, selamat ya” ucap Tari girang dan memeluk Deri
” Iya, makasih, tapi jangan meluk dong malu, dilihat sama orang” kata Deri sambil cengengesan dan membari jarak pada Tari
” Maaf, saking senangnya aku lupa kalau kita berada di tempat umum” ucapnya dengan wajah kemerahan. Deri pun tersenyum dan terus mengambil posisi untuk istirahat. Ia memilih duduk dan mengatur tenaganya untuk nomor pertandingan berikutnya. Entah sengaja atau tidak setiap nomor yang ia ikuti selalu berdampingan dengan Rio. Hal ini membuat hatinya berpacu untuk terus menang. Begitu juga dengan Rio ia tidak ingin kalah darinya. Persaingan fisik dan mental terus bergejolak. Mereka tidak ada yang mau kalah sehingga pertandingan manjadi sengit dengan usaha keras mereka. Hasil akhirpun tiba dan pengumuman atlet terbaikpun tiba. Semua menunggu dengan hati yang berdebar.
” Baiklah tiba saatnya pengumuman juara umum. Peringkat 3 diraih oleh SMA Swadaya, peringkat 2 diraih oleh SMA Cendikia sedangkan juara umum tahun ini diraih oleh …….” Pembawa acara pun sengaja melamakan pengumumannya hati kamipun semakin berdebar, waktu terasa lama saat memanti pengumuman.
” Duh…lama banget sih, tinggal bilang aja lama kali,” gerutu Gito
” Baiklah, selamat pada SMA…..Utama dengan perolehan medali terbanyak 38 emas 30 perak dan 26 perunggu.
Sedangkan atlet terbaik tahun ini diraih oleh pendatang baru yaitu….Deri Putra Anugrah.” Seru protokol. Deri terkejut mendengar pengumuman dan semua bersorak dan mengendongnya menuju podium kehormatan. Tak terasa air matapun mengalir, rasa haru dan syukur berbaur jadi satu.
” Terimakasih Tuhan, atas izin mu Kau berikan anugrah yang besar, ” ucapnya.
Mendengar pengumuman hati Rio semakin sakit, ia semakin benci dengan Deri, dan ia pun berlalu meninggalkan timnya.
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Bukti Kerja keras
Sorry, comment are closed for this post.