“Kangen Raka,” Batin Laura.
Laura berusaha mengalihkan topik di pikiran. Laura hanya ingin berfokus pada impian. Mengapa Raka berada di pikiran Laura? Apa mungkin Raka kepikiran Laura juga?
“Apaan sih diriku, bisa-bisanya mimpi dan kepikiran Raka,” Kata Laura dengan memukul dahinya.
“Aku mengikuti lomba cerita pendek Ibu, Nenek, dan Kakek,”
“Doain yang terbaik ya,”
Laura mengucapkan kalimat tersebut tiap hari karena kekuatan doa akan mengubah kehidupan. Laura ingin melihat keluarganya bahagia dengan kakinya sendiri yang berarti melalui usaha yang dimiliki. Keluarga Laura selalu mendukungnya dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang yang tidak pernah habis untuk Laura.
Laura melihat bintang di luar jendela. Bintang tersebut menyinari dan menghiasi langit hingga tampak indah. Bulan yang cerah juga mendukung indahnya langit. Daun yang bertaburan jatuh di tanah akibat angin. Bintang dan bulan bersinar walaupun langit gelap. Sinar langit dan bulan memotivasiku untuk tetap bersinar walaupun banyak orang yang mengejek mengenai pendidikan. Laura menganggap pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk keluar dari zona nyaman.
“Semoga aku menjadi seperti bintang dan bulan yang selalu bersinar. Satu lagi, semoga cerita pendekku menjadi juara,” Batin Laura dengan tersenyum.
Laura menuju tempat tidur karena mata yang berat. Laura tidur pulas dengan mata cantiknya. Laura serta keluarganya selalu berdoa tiap hari agar menjadi juara cerita pendek.
Laura mengalami ketakutan gagal menghampirinya. Laura berusaha optimis dan membuang pikiran negatif tersebut.
Hari ini adalah tempat Laura beristirahat dan berlibur. Laura tidak menyiakan hari ini dan memilih untuk berlibur. Pagi hari yang cerah, Laura bersama Lara berbelanja di pasar dengan beraneka ragam seperti sayuran, ayam, tahu, dan tempe. Laura tidak suka sayuran, tetapi Laura tetap memberikan sayuran karena penting untuk kesehatan.
“Aku tidak mau sayuran,” Kata Laura dengan mengembalikan sayuran kepada pedagang. Lara menggelengkan kepala dan tetap memberikan sayuran kepada Laura. Lara ingin memiliki anak yang sehat. Laura hanya mengikuti Lara dengan pasrah.
“Pendidikan itu tidak penting”
“Mengapa sekolah tinggi jika ujungnya menjadi ibu rumah tangga?”
“Cukup, saya sekolah tinggi untuk keluarga. Pendidikan itu penting untuk mengubah kehidupan,” Laura bersuara dengan rasa sakit hati mendengar ucapan pedagang di sekitarnya. Lara menarik Laura untuk pergi dari tempat tersebut.
“Kuat ya sayang, maaf Ibu menarik kamu karena tahu jika akan menangis. Ibu mengetahui sifat kamu jika diejek oleh orang lain,” Ucap Lara dengan merangkul Laura. Laura menangis di pelukan Lara. Laura yang tidak mengusik hidup orang, mengapa Laura yang diusik oleh orang lain?
Laura mengajak Lara untuk pulang menuju rumah karena jika berada di pasar, Laura akan sakit dan tidak dapat menahan air mata jatuh. Lara menurutinya dan menaiki mobil dengan angin menjadi saksi tangisan yang mengalir deras. Lara tidak mengajak Laura untuk berbicara karena membutuhkan waktu untuk sendiri.
Sampai di rumah, Laura langsung menuju ke arah Joko dan Susanti. Laura berada di pelukan Joko dan Susanti serta menangis. Joko dan Susanti mengalami kebingungan dan hanya memberikan tepukan di kepala dengan tujuan untuk menenangkan Laura.
“Sakit banget ya Tuhan,” Batin Laura.
“Mengapa sedih?” Tanya Susanti dengan wajah penuh kekhawatiran.
Laura tidak menjawab dan berjalan menuju kamar untuk meluapkan rasa sedih. Laura mengambil bantal dan memeluknya dengan berkata “Sakit.” Ucapan orang lain yang membuat mental Laura menjadi lemah. Laura tidak memiliki kekuatan untuk saat ini. Laura berdiam diri di dalam kamar dengan waktu yang lama, itulah sifat Laura yang membutuhkan waktu untuk sendiri jika terdapat masalah. Ejekan yang telah lama Laura dengar. Laura benci dengan ejekan tersebut.
Seseorang mengetuk pintu
“Laura, apakah boleh nenek masuk ke dalam kamar kamu?” Tanya Susanti.
“Masuk saja,” Kata Laura dengan wajah tetap menangis. Susanti yang melihat Laura mengalami kesedihan, juga ikut sedih melihatnya. “Nenek sama kakek telah mengetahui bahwa kamu diejek oleh orang lain, buktikan saja kalau kamu bisa ya Laura,” Kata Susanti dengan mengelus kepala Laura. Laura dengan tidak sanggup, langsung memeluk Susanti dengan menangis di pelukannya.
“Orang sukses itu banyak rintangannya, kamu harus bisa melewati dengan sifat yang kuat,” Kata Susanti dengan tersenyum.
“Kapan pengumuman juara cerita pendek?”
Laura melepas pelukan dari Susanti dan berkata “Besok Nek.”
“Semoga lolos ya, jangan menangis kembali ya,” Kata Susanti dengan mengusap air mata Laura. Susanti pergi menuju keluar dari kamar Laura.
Laura kembali menangis, hati Laura terlalu lembut untuk menerima ejekan tersebut. Hari libur yang digunakan oleh Laura adalah menyedihkan. Laura tidak jadi untuk pergi menuju berlibur akibat kesedihan. Kesedihan yang terjadi membuat Laura tidak menyukai berlibur secara tiba-tiba.
Nada dering yang berbunyi dari handphone Laura. Laura membukanya dan mendapatkan Dinda yang mengajak jalan-jalan menuju tempat yang indah, tetapi Laura menolaknya dengan halus karena mengalami kesedihan. Laura yang meratapi kesedihannya sehingga tidak memiliki keinginan untuk keluar kamar.
Malam hari ditemani rintikan hujan yang dingin, suasana dingin yang mendukung kesedihan Laura. Air mata yang kembali jatuh membahasi wajah cantiknya. Laura tidak dapat melupakan kata yang sakit tersebut.
Laura memejamkan mata dan berharap keesokan harinya dapat berbahagia di sekolah. Tengah malam tepat pukul 00.00 Laura mendapatkan notifikasi yang dinyatakan tidak lolos naskah cerita pendek. Laura menangis dan memukul tembok.
“Aku gagal”
Kalimat tersebut sering keluar dari ucapan Laura. Laura menangis hingga larut malam. Laura tidak peduli dengan mata bengkak. Laura telah menangis karena ejekan orang lain dan ditambah kegagalan naskah cerita pendek. Laura sejak saat melihat pengumuman tersebut, tidak tidur hingga pagi hari.
Hidup Laura berantakan..
Tepat pukul 06.00 Laura mengalami pusing akibat air mata yang jatuh terus menerus. Laura bergegas bersiap diri untuk menuju kampus. Laura membuka kamar untuk menuju ruang makan dan menemukan Lara, Susanti, dan Joko yang sedang menyiapkan makanan pagi.
“Ibu, aku tidak makan,” Kata Laura dengan menghampiri Lara.
“Mengapa matamu bengkak?” Tanya Lara dengan wajah kekhawatiran. Laura langsung memeluk Lara dengan erat.
BUM! Laura menangis.
Lara, Susanti, dan Joko mengalami kebingungan secara tiba-tiba akibat Laura menangis.
“Aku gagal dan tidak pantas untuk bahagia”
Lara, Susanti, dan Joko mengalami kebingungan.
“Mengapa berkata seperti itu anakku?” Tanya Laura dengan kebingungan.
“Aku tidak lolos lomba cerita pendek”
Lara, Susanti, dan Joko hanya tersenyum.
“Kamu harus berani gagal. Manusia tidak langsung sukses begitu saja, tetapi melewati kegagalan,” Kata Susanti dengan mengelus kepala Laura.
“Benar, tidak usah menangis. Anggap saja kegagalan ini merupakan awal kamu untuk menuju sukses,” Kata Joko juga dengan mengelus kepala Laura.
“Kamu itu sudah hebat, jangan cepat menyerah ya. Semangat anakku,” Kata Laura dengan memeluknya erat.
Kegagalan bukan akhir segalanya, tetapi langkah awal untuk menuju sukses. Apakah Laura akan menyerah akibat kegagalan yang dialami? Apakah Laura akan sembuh dari kesakitan akibat ejekan orang lain dan kegagalan?
Kreator : Maulida Putry Fauziah
Comment Closed: Buktikan dengan Kakiku
Sorry, comment are closed for this post.