Sebagai penulis, alangkah baiknya melakukan pengecekan ulang terhadap naskahnya sendiri setelah selesai. Hal tersebut guna meminimalkan salah ketik (typo) dan memastikan tulisan sesuai dengan kaidah penulisan yang berlaku (PUEBI). Terutama substansi naskah agar apa yang ingin disampaikan penulis lewat naskahnya dapat tersampaikan dan dipahami pembaca.
Penulis tidak harus menguasai skill editing yang sempurna, cukup pahami beberapa hal dasar saja. Dengan memahami hal dasar ini, teman-teman dapat menghasilkan naskah yang layak terbit. Jika teman-teman ingin naskahnya dapat lolos ke media cetak atau media online, maka pahami dan ikuti aturan-aturan dasar ini dalam mengoreksi.
Pastikan kamu mengedit naskah setelah naskahmu benar-benar selesai semuanya. Dengan begitu kamu tidak akan terdistraksi dan tetap bisa fokus menulis sampai akhir. Jangan membiasakan habbit menulis sambil mengoreksi ya. Menulis dan mengoreksi adalah dua pekerjaan yang harus dilakukan secara terpisah. Berikut cara editing naskah yang dapat dilakukan oleh penulis bahkan pemula sekalipun.
Ada beberap aturan dalam penulisan kata majemuk. Tetapi sebagai pemahaman dasar, cukup perhatikan hal-hal berikut ini:
contoh bentuk terikat: antar-, pro-, pasca-, anti-, kontra-, multi-, non-, eka-, dwi-, tri-, panca-, kilo-, mega-, mikro-, giga-, senti-, dll
contoh: nonteknis, proaktif, pascasarjana, antibiotik, dll
contoh: anti-Amerika, pro-Megawati, pro-PBB, pro- kemerdekaan, pasca-Nusantara, non-Jawa
Kata-kata ini harus ditulis serangkai, namun terkadang salah ditulis dan dipisah menjadi dua kata.
Beberapa di antaranya: sering kali, wali kota, orang tua, tata bahasa, juru tulis, kerja sama, tepuk tangan, beri tahu, lipat ganda, tanda tangan, dua puluh lima, tanggung jawab, hancur lebur, sepak bola
Kata majemuk yang mendapatkan imbuhan konfiks (awalan dan akhiran) sekaligus ditulis serangkai, contoh: pemberitahuan, melipatgandakan, menandatangani, dipertanggungjawabkan, menghancurleburkan, dll.
Penulisannya dipisah. Kecuali pada kata: adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun dan walaupun.
Partikel per harus ditulis terpisah jika:
Ø Memiliki arti “tiap”: per meter, per orang;
Ø Memiliki arti “mulai”: per Oktober, per April;
Ø Memiliki arti “demi”: satu per satu.
Selain dari ketiga kasus tersebut, bentuk terikat “per-“ yang berarti pecahan dan tergolong imbuhan ditulis serangkai, misalnya: lima persen, dua pertiga, tujuh persembilan, seperlima, perhatikan, perbaiki, permudahlah, persatukan.
Sebelum kata-kata berikut tidak boleh ada tanda koma
Ø bahwa, karena, agar, sehingga, walaupun, meskipun, kendatipun, apabila, jika, supaya, ketika, sebelum, sesudah, andaikata, sungguhpun, sekalipun, setelah, dan sebagainya.
Ungkapan penghubung antarkalimat diikuti tanda koma
Ø oleh karena itu, padahal, malah, oleh sebab itu, meskipun begitu, lagi pula, kalau begitu, selain itu, bahkan, jadi, lagi pula, namun, meskipun demikian,
Ø se- bertemu kata yang diawali huruf kapital, misalnya: se-Jakarta, se-Jawa Barat
Ø ke- bertemu angka atau huruf kapital, misalnya: ke-25, ke-Allahan
Ø angka dengan -an, misalnya: 2000-an
Ø singkatan huruf kapital dengan imbuhan/kata, misalnya: di-PTUN-kan, mem-PHK
Masih banyak penulis pemula yang salah dalam meletakkan spasi dalam pemakaian tanda baca. berikut aturan penggunaan spasi yang benar:
Ø Sebelum koma/titik/seru/tanya: tanpa spasi.
Ø Setelah koma/titik/seru/tanya: menggunakan spasi.
Tambahan: setelah menggunakan titik (.) maka kata berikutnya harus diawali dengan huruf kapital. Simak beberap contoh di bawah ini:
(Salah) Ayah membeli buku, Ibu membeli sayur. setelah itu mereka pulang bersama.
(Benar) “Andi lihat itu!” Kataku dengan lantang. (Salah) “ Andi lihat itu !” Kataku dengan lantang .
(Salah) Pakaian ini wajib dipakai oleh Amam Mayak ( sebutan Pengantin Laki – laki pada suku Gayo ).
Ø Beberapa kata yang biasa ditulis kecil akan menjadi kapital jika dibarengi dengan kata- kata tertentu. Contoh: Kota Bandung, Kota Kembang, Danau Toba, Asia Tenggara.
Ø Kata yang berarti tempat beribadat (masjid, gereja, pura, dll.) tidak diawali huruf kapital, kecuali ia bagian dari nama lengkap tempat itu. Contoh: – Ia pergi ke Masjid Istiqlal. – Ia pergi ke gereja.
a. Fahmi memelihara harimau Sumatera.
b. Dia membeli pempek Palembang.
c. Tambahan: Jangan tertukar dengan istilah yang tidak sesuai dengan geografis. Contoh: kunci inggris, gula jawa, petai cina.
a. Singkatan yang dibentuk dari huruf pertama setiap kata maka ditulis dengan kapital semua. Contoh: MPR, ITB, PDI.
b. Singkatan yang dibentuk dari suku kata dan merupakan nama badan ditulis kapital hanya di huruf pertama. Contoh: Menkominfo, Bapenas, Pramuka.
c. Singkatan yang dibentuk dari suku kata ditulis dengan huruf kecil semua. Contoh: tilang, pemilu, sosbud.
a. Saya bertemu Presiden Joko Widodo.
b. Setelah lulus S3, dia dipanggil Dr.Risky.
c. Squall berobat ke dr.Kadowaki. -> tanpa spasi
d. Adikku bercita-cita ingin menjadi presiden.
v Penulisan awalan di-/ke- dan kata depan di/ke
Untuk awalan maka ditulis serangkai. Ciri awalan yaitu di bisa diubah menjadi me-. Contoh: dicuriàmencuri. Di kemudian hari tidak bisa diubah menjadi mengemudian hari, berarti dipisah.
Sedangkan ciri kata depan “di” yaitu yang menyatakan tempat atau arah dan merupakan jawaban atas pertanyaan “Di mana?” ditulis terpisah.
Contoh: di antara, di akhir, di dalam, di bagian, di awal, di saat, di seluruh, di tiap, dll.
“Ke” yang menyatakan arah dan dapat menjawab pertanyaan “Ke mana?” ditulis terpisah. Contoh: ke sana, ke belakang, ke mana, ke hadapan, ke dalam, dll.
Untuk penulisan preposisi ke- yang ditulis serangkai hanyalah yang berfungsi sebagai awalan pembentuk kata bilangan tingkat atau kumpulan. Contoh: kelima, ketujuh, kesepuluh, dll.
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Penulisannya juga tidak menggunakan spasi di antara kata dan tanda hubungnya.
Contoh kata pengulangan yang benar: laki-laki. Bukan laki – laki, laki2, laki- laki, lakilaki.
Tambahan: bila bentuk ulang diberi huruf kapital, misalnya pada nama diri (nama lembaga, dokumen, dll.) atau judul
(buku, majalah, dll.), bentuk ulang sempurna diberi huruf kapital pada huruf pertama setiap unsurnya. Contoh :
Ø Ia menyajikan makalah “Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata”.
Ø Undang-Undang mengenai ketenagakerjaan telah diberlakukan sejak zaman Orde Baru.
Ø Buku berjudul “Pesan-Pesan Cinta dari Tuhan” sangat laris di pasaran.
sedangkan bentuk ulang lain hanya diberi huruf kapital pada huruf pertama unsur pertamanya. Contoh:
· Slogan “Terus-menerus Ramah-tamah” dikampanyekan gubernur baru itu.
· Ia menulis puisi berjudul “Tanah airku Porak-poranda”.
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Kata ganti -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Khusus untuk kata ganti -ku, -mu, dan -nya, dapat diberi tanda hubung (-), jika penulisannya digabung dengan singkatan atau yang diawali huruf kapital.
Contoh: “Aku baru saja menemukan SIM-mu di bawah meja.”
Ø Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian. Misalnya:
· Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
· Imam berlari keliling lapangan sebanyak dua belas kali
· Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
· Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.
Ø Bilangan pada awal kalimat di tulis huruf. Contoh:
· Dua orang pria itu terlihat mencurigakan.
· Empat akun FB-ku sudah lama dinonaktifkan.
Note: Ada beberapa aturan lain dalam penulisan angka dan bilangan, namun yang paling banyak dijumpai kesalahannya adalah pada dua aturan di atas.
Kesalahan yang paling sering dijumpai adalah pada penulisan waktu. Kita tidak menulis waktu dengan huruf melainkan angka, dan menggunakan titik (.) bukan titik dua (:), Contoh: Pukul 00.35, pukul 07.30, pukul 21.00, pukul 8.00 pagi, pukul
8.00 malam, pukul 4.00 sore, pukul 1.30.20, dan seterusnya.
v Tambahan: Penggunaan kata-kata baku (cek kata baku atau tidak di KBBI).
Contoh: aktivitas bukan aktifitas, memengaruhi bukan mempengaruhi. Gunakan kata baku. Jika harus menggunakan kata tidak baku (misalnya karena tidak ada kalimat yang menggantikan), maka kata tersebut ditulis miring seperti halnya istilah asing.
Ø Penulisan kalimat petikan diapit oleh tanda baca
(Salah) ‘Aku ingin sekolah!’ Arya berteriak di tengah lapangan.
(Salah) Pak Pono berujar, “jadilah orang yang berbudi pekerti luhur, jangan mau dijadikan budak nafsu”
Namun bila dalam satu kalimat terdapat dua atau lebih kalimat petikan, huruf pertama yang ditulis kapital cukup pada kalimat petikan pertama saja. Untuk kalimat petikan kedua,
huruf pertamanya ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata pertamanya merupakan kata Nama atau sapaan. Contoh:
(Salah) “Ayo cepat!” teriak Akhsan, “Nanti keretanya keburu lewat.”
(Salah) “Ketemu!” teriak Akhsan dari bawah, “pak Joko sudah ketemu!”
· Pola 1: “Kalimat kutipan”, kalimat pengiring, “kalimat kutipan”
o “Tadi saya lihat Neng Aisyah lari,” Pak Ujang berkata, “raut mukanya terlihat seperti habis menangis.” -> Perhatikan peletakan tanda baca koma (,), tanda baca titik (.), dan huruf pertama yang ditulis kapital dan tidak.
· Pola 2: “Kalimat kutipan,” kalimat pengiring
o “Serahkan saja tugas mengintai kepadaku! Aku tak akan menyecewakan kalian,” ucap Sersan Dixa sembari meninggalkan ruangan. -> Perhatikan peletakan tanda baca koma (,), tanda baca titik (.), dan huruf pertama yang ditulis kapital dan tidak.
· Pola 3: Kalimat pengiring, “kalimat kutipan”
o Bung Karno pernah berujar, “Pangan adalah soal hidup dan mati suatu bangsa.”
Kania : “Nampaknya tahun ini akan jadi tahun yang besar untuk bangsa ini.”
Arya : “Aku setuju denganmu, mengingat tahun ini merupakan peringatan kemerdekaan yang ke-100.”
Kania : “Aku mendapat bocoran jika tahun ini pemerintah sudah menyiapkan dana trilyunan untuk mempersiapkan perayaan.”
Arya : “Benarkah? Aku kira terlalu berlebihan anggaran sebanyak itu hanya digunakan untuk sekadar perayaan.”
Kania : “Aku sependapat, alangkah lebih baiknya jika dana sebesar itu digunakan untuk investasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.”
Arya : “Benar, kita semua tahu banyak anak bangsa berbakat yang harus keluar negeri karena merasa kemampuannya tidak terfasilitasi di negeri sendiri.”
Note: Gunakan format justify (rata kanan kiri) agar naskah rapi.
Sebenarnya masih ada beberap aturan dalam penulisan dialog, namun hal yang paling dasar untuk diperhatikan adalah penulisan tanda petik, penggunaan spasi, peletakan tanda baca koma (,), peletakan tanda baca titik (.), serta perhatikan
huruf pertama yang harus ditulis kapital dan tidak. Untuk selengkapnya bisa teman-teman pelajari sendiri.
Ø Kalimat memiliki fungsi-fungsi yang jelas
Teknik menulis subjek, predikat, objek, dan keterangan nya jelas.
Ø Harus ada subjek, dan tidak terdapat subjek ganda
Subjek yang dituliskan dalam kalimat hanya ada satu. Penyebutan subjek untuk kedua kalinya kurang tepat, lebih baik Anda menggunakan kata ganti (ku-mu-nya) agar kalimat lebih sepadan.
· Bangun tidur. Lalu mengambil handuk. Setelah selesai, bergegas berpakaian seragam dan tak lupa makan –> Kalimat-kalimat ini tidak ada subjeknya, jadi membingungkan.
· soal itu saya kurang jelas –> bersubjek ganda, membingungkan.
Tambahan: ciri-ciri subjek adalah kata yang mana jawaban atas pertanyaan “apa” atau “siapa”. Subjek bersifat takrif (definite) biasanya digunakan kata “itu”. Subjek didahului kata “bahwa”, karena pada kalimat pasif, kata tersebut merupakan
penanda kalau kata yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi subjek.
Ø Penggunaan kata hubung yang tepat
Kata hubung atau konjungsi sebaiknya digunakan dengan tepat.
· Budi anak yang sopan tapi pintar. –> dua hal sejenis, seharusnya kata hubungnya “dan”.
Ø Pahami cara menulis paragraf yang benar. Dalam satu paragraf, hanya ada satu pokok pikiran dan beberapa kalimat penjelas.
Ø Kalimat yang klausanya berkedudukan sederajat/tidak saling bergantung, tetapi dapat dihubungkan dengan penghubung intrakalimat. Seperti dan, atau, tetapi, sedangkan, lalu, dan kemudian. Contoh:
– Guru berbicara di depan kelas dan seorang murid bertanya dengan lantang.
– Saya bersedia memaafkannya, tetapi dia tidak mengakui kesalahannya.
– Ceramah yang kedua menarik, sedangkan ceramah yang pertama tidak begitu menarik.
Ø Memiliki anak kalimat (kalimat yang bergantung pada kalimat lainnya) dan induk kalimat (kalimat yang tidak bergantung pada kalimat manapun). Biasanya menggunakan kata penghubung tidak setara. Seperti meskipun, walaupun, supaya, agar, karena, sebab, sehingga, maka, ketika, setelah jika, apabila, bahwa, dan sebagainya. Contoh:
– Guru berbicara di depan kelas dan seorang murid bertanya dengan lantang.
– Saya bersedia memaafkannya, tetapi dia tidak mengakui kesalahannya.
– Ceramah yang kedua menarik, sedangkan ceramah yang pertama tidak begitu menarik.
Ø Gabungan dari kalimat setara dan bertingkat. Kalimat majemuk ini memiliki tiga klausa. Contoh:
– Keinginan itu selalu tertunda karena Dedi lebih berkonsentrasi ke lembaga pendidikan di luar negeri, sedangkan orang tuanya memilih pendidikan di dalam negeri.
– Ketika malam mulai mencekam, kutarik selimut itu dan kupejamkan mata ini, tetapi rasa takut itu tidak juga pergi dari hati dan pikiranku.
Ø Kalimat majemuk yang terdiri dari beberapa kalimat tunggal yang digabungkan menjadi satu, tanpa menyebutkan kata-kata yang sama. Contoh:
– Diah membeli buah. Diah membeli sayur. Diah membeli sembako.
Digabung menjadi kalimat majemuk rapatan: Diah membeli buah, sayur, dan sembako.
– Ani sedang duduk di teras. Ani sampai melamun.
Digabung menjadi: Ani sedang duduk di teras bahkan sampai melamun.
– Pengungsi meninggalkan rumah yang terendam banjir. Pengungsi menuju barak pengungsian dan beristirahat.
Digabung menjadi: Pengungsi meninggalkan rumah yang terendam banjir lalu menuju barak pengungsian dan beristirahat.
Ø Setiap paragraf, seharusnya pembahasannya tidak terputus dan loncat-loncat. Tulisan yang tidak mengalir, biasanya disebabkan karena kurang/tidak tepat dalam memilih kata penghubung. Bisa juga karena kalimat rumpang (tidak lengkap S-P-O-K nya. Tidak semua kalimata harus lengkap S-P-O-K nya, setidaknya terdapat S dan P)
Ø Buat kalimat yang runtut. Bangun hubungan antar kalimat sehingga menjadi sebuah paragraf yang padu. Selanjutnya, bangun pula hubungan antar paragraf.
Ø Satu artikel hanya berisi satu pembahasan pokok.
Istilah “serangan aku” adalah adanya pengulangan kata aku
dalam penulisan buku, umumnya cerpen atau novel. Mislanya:
Ketika aku tiba di rumahku, aku menemukan ibuku di dalam kamarku sedang membersihkan kamarku yang selalu berantakan.
Kalimat di atas memiliki 6 serangan aku. Kalimat ini terlalu banyak kata aku dan ku. Sebaiknya dihilangkan, maksimal cukup mengulangnya tiga kali saja. Sehingga menjadi kalimat berikut:
Ketika aku tiba di rumah, aku menemukan ibu sedang merapikan kamarku yang selalu berantakan. (ada 3 aku atau ku)
Dalam satu kalimat biasanya subyek utamanya satu. Maka semua aktivitas yang dijelaskan dalam sebuah kalimat dengan subyek “aku” tidak perlu ditambahkan “ku” atau “aku” pada setiap aktivitas tersebut.
Cara menghindari “serangan aku” dan penulisan “aku” atau “ku” dalam sebuah tulisan, yaitu:
1) Memastikan bahwa penggunaan “aku” atau “ku” tidak lebih dari tiga kata dalam satu paragraf. Lebih bagus lagi jika hanya menggunakan satu kata “aku” atau “ku” dalam sebuah paragraf.
2) Kata “aku” bisa diganti dengan menambahkan “ter-“
3) Ketika menulis cerpen atau novel, gunakan subyek “aku” dibandingkan “saya”. Karena kata “aku” bisa menjadi “ku”
Ketika aku pergi ke pantai, aku menikmati indahnya pemandangan.
Dua aktivitas pergi dan menikmati dilakukan aku yang sama, tidak masalah jika salah satu aku dihilangkan. Menjadi:
Ketika pergi ke pantai, aku menikmati indahnya pemandangan.
Ketika aku pulang ke rumahku, aku membuka pintu rumahku dan kulihat adikku sedang makan. (memiliki enam serangan aku)
Diubah menjadi:
Ketika pulang ke rumah, kubuka pintu rumah dan terlihat adik sedang makan. (hanya ada satu aku)
SUMBER REFERENSI:
https://puebi.js.org/ https://id.wiktionary.org/wiki/Lampiran:Kata_Indonesi a_yang_sering_salah_dieja#Partikel_’pun‘ https://narabahasa.id/linguistik-umum/bentuk-terikat- contoh-dan-pengecualiannya https://wikiwoh.blogspot.com/2018/09/cara- menentukan-subjek-predikat-objek.html https://www.kompas.com/skola/read/2021/08/09/130 000969/aturan-penulisan-angka-dan-bilangan- dalam-kalimat?page=all https://www.detik.com/edu/detikpedia/d- 5854349/memahami-kalimat-majemuk-pengertian- jenis-jenis-dan-contohnya https://www.kompas.com/skola/read/2022/07/13/153 100969/-serangan-aku-kesalahan-pengulangan-aku- dalam-menulis?page=all
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
1 Komentar Pada BUKU SAKU EDITING UNTUK PEMULA