KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • basedonmyrealitylife
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Bungsu Yang Mandiri

    Bungsu Yang Mandiri

    BY 03 Okt 2025 Dilihat: 19 kali
    Bungsu Yang Mandiri_alineaku

    Annisa, gadis kecil berkulit hitam manis dengan sepasang mata yang berbinar, sejak dini menunjukkan ketertarikannya pada dunia Islam. Pilihannya untuk bersekolah di TK dan SD Islam, meski sempat diwarnai oleh ketakutan akan hantu di toilet sekolah negeri, membuktikan keteguhan hatinya. Kejadian lucu saat ia menolak masuk SD negeri karena alasan hantu di toilet sekolah itu kini menjadi cerita menarik yang seringkali ia ceritakan pada teman-temannya.

    Hari pertama sekolah di SD Islam, Annisa telah menunjukkan kemandirian yang luar biasa. Ia dengan mantap meyakinkan orang tuanya bahwa ia bisa mengurus dirinya sendiri, termasuk masalah jilbab yang belum sempat dibelikan, karena Annisa sudah didaftarkan ke Sekolah Dasar Negeri yang ada di dekat rumah. Kepercayaan diri yang tinggi pada anak sekecil itu membuat hati orang tuanya terharu. Annisa  sangat maklum kalau mama papanya adalah orangtua yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Namun adalah  hal yang wajar bila kedua orang tuanya sangat memperhatikannya karena Annisa adalah si kecil bungsu dari lima bersaudara. Adalah kedua orangtua Annisa tercatat sebagai ASN yang sebagian waktunya dihabiskan di kantor. 

    Seiring bertambahnya usia, semangat belajar Annisa semakin membara. Ia sangat menyukai suasana belajar yang menanamkan nilai-nilai keagamaan dengan cara yang menyenangkan. Keinginannya untuk mondok di lembaga yang sama, meski harus terpisah dari keluarga, menunjukkan betapa besar kecintaannya pada ilmu agama. Suatu hari Annisa menemui orangtuanya dan berkata: “Ma, Pa, bolehkah aku mondok? Aku ingin sekali menghafal Al-Qur’an dan belajar lebih banyak tentang agama.” 

    Sambil mengelus rambut Annisa, mamanya menjawab, “Annisa sayang, keinginanmu sangat mulia. Tapi, kamu tahu kan, kakak-kakakmu semua kini merantau. Kami khawatir kalau kamu sendirian di sana. Apalagi jika kamu harus mondok.”

    Hal senada juga diucapkan Papanya. “Iya nak, siapa yang akan menemani kami nanti. Pasti  rumah akan terasa sepi.”

     Dalam hati ayahnya berfikir bagaimana akan membiayai pendidikan jika semua mondok, karena pasti perlu biaya yang tidak sedikit. Annisa terdiam. Matanya berkaca- kaca.

    “Iya, Pa. Aku mengerti. Tapi, aku benar-benar ingin sekali.” Terlihat kesedihan di wajah Annisa. 

    “Jadi, aku tidak bisa mondok ya, Ma, Pa?” Annisa mengulangi pertanyaannya kembali.

    Mamanya Memeluk Annisa erat. “Maafkan Mama, sayang. Bukan Mama tidak mendukung cita-citamu. Tapi, kita harus realistis dengan kondisi kita saat ini. Kamu tetap bisa belajar agama di sini. Nggak mesti ke pesantren, nak. Banyak cara untuk mendekatkan diri pada Allah.” Sahut Papa.

    Annisa Mengangguk pelan. “Aku akan berusaha, Pa. Tapi, aku tetap ingin bisa menghafal Al-Qur’an.”

    Namun, impian Annisa untuk menghafal Al-Qur’an di pesantren harus tertunda. Kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan untuk membiayai Annisa dan keempat saudaranya merantau menjadi kendala utama. Meski kecewa, Annisa menerima keputusan orang tuanya dengan lapang dada. Ia memilih untuk melanjutkan sekolah di MAN 1 Lubuk Linggau, sebuah sekolah yang memiliki reputasi dengan segudang prestasi, baik bidang umum maupun keagamaan. Meskipun tidak bisa mewujudkan impiannya untuk menghafal Al-Qur’an di pesantren, Annisa tidak pernah menyerah. Ia tetap rajin belajar agama dan aktif mengikuti berbagai kegiatan keagamaan di sekolah. Ia juga menjadi panutan bagi teman-temannya karena sikapnya yang sopan, santun, dan rajin. 

    Suatu hari, Annisa  menelepon ibunya. “Ma, hari ini di sekolah ada lomba baca Al-Qur’an. Aku ikut, ya.” Ucap Annisa di ujung telepon. 

    “Tentu saja, Nak. Mama selalu mendukungmu. Jangan lupa berdoa sebelum lomba ya, “suara mamanya di seberang telepon. 

    “Insya Allah, Ma. Doakan aku ya, Ma. Assalamu’alaikum.” Annisa menutup telponnya.

    Kedua orang tua Annisa berstatus ASN. Annisa tahu banyak guru-guru di sekolahnya yang mengenal bahkan sebagai bersahabat baik dengan Mama. Annisa tidak ingin dirinya dikenali oleh guru-gurunya di sekolah sebagai anak dari orang yang mereka kenal, sebab ia merasa itu sebagai privasinya. Annisa sangat menjaga jangan sampai gurunya tahu kalau ia adalah anak seseorang yang dikenal sesama ASN Kemenag oleh gurunya. Hal itu pernah ia utarakan sendiri pada Mama saat akan mendaftarkan diri pada sekolah tiga tahun lalu dan ibunya sangat menghargai hal itu.  

    Waktu seolah berjalan begitu cepat, sekarang Annisa sudah di kelas XII kelas akhir. Pelajaran di sekolah nampak semakin padat, begitu juga dengan kegiatan di tempat les Annisa.  Untuk kelas XII jadwal les lebih banyak dibandingkan kelas sebelumnya. Sekarang jadwal les full dari Senin sampai Kamis. Mengingat mereka nantinya akan menghadapi ujian UTBK di perguruan tinggi, maka persiapannya betul-betul diperhatikan oleh pihak penyelenggara les. Saat ini Annisa sepertinya benar-benar fokus pada pelajaran di sekolahnya. Tak ada lagi hura-hura, selalu saja tentang pelajaran antara sekolah dan les, selebihnya ia habiskan waktunya untuk bermain HP sebentar selanjutnya ia memilih istirahat dan tidur. 

    Begitulah keseharian Annisa, selalu menyibukkan diri dengan banyak hal di sekolah. Kegiatan Rohis, Art, Pramuka, Tahfidz entah apa lagi namanya. Ketika pulang sekolah kadang ia sempatkan untuk  pergi berenang selain  ada pula jadwal les tambahan belajar yang sudah menanti. Sejauh ini Annisa tak pernah minta di antar ke sekolah apalagi minta dijemput oleh Papa ataupun Mama. Ia tak mau merepotkan orang tuanya karena itu ia selalu pergi dan pulang naik Go-jek saja. Untungnya orang tuanya sangat memahami hal ini. Apabila  ada sesuatu hal mendesak saja baru ia mau diantar mamanya. 

    Kisah Annisa mengajarkan kita banyak hal, terutama tentang pentingnya keteguhan iman dan semangat belajar serta kemandirian. Meskipun dilahirkan di lingkungan keluarga yang mampu dan terlahir sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, Annisa selalu optimis dan berusaha menunjukkan bahwa dirinya mampu untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan mandiri, tidak bergantung pada keadaan apalagi pada orang lain. Dalam keluarga ia adalah si-bungsu, namun bukan berarti harus bermanja-manja sebagaimana ada sebutan “anak mama”, justru sebaliknya Annisa selalu berupaya menunjukkan bahwa dirinya mampu  melakukan apapun sendiri,  ia hanya butuh dimengerti dan dihargai, itulah Annisa.  Dengan keteguhan dan kemandirian  disertai do’a dari kedua orang tuanya Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan dan kemudahan dalam setiap aktivitas dan segala urusan Annisa. Semoga tiba saatnya nanti Annisa akan menjadi sosok wanita mandiri yang disegani.  Aamiin YRA.

     

    Sahabat Sejati

     

    Madrasah Al-Hikmah menjadi saksi bisu perjalanan karier empat insan yang memiliki dedikasi tinggi dalam mendidik anak-anak tunas bangsa. Mereka adalah Hehaz, Bu Liza, Zuri, dan Dina; empat guru dengan latar belakang dan pengalaman yang berbeda namun memiliki satu kesamaan yaitu kecintaan pada dunia pendidikan. Dari sinilah cerita ini dimulai.

    Hehaz, pria paruh baya dengan kacamata tebal, adalah guru tercatat paling lama mengabdi di madrasah ini dibandingkan ke-3 temannya yaitu buk Liza, buk Zuri dan buk Dina. Sejak masih jejaka ia sudah menjadi honorer di madrasah sampai saat ini ia sudah beristri dengan 3 orang anak. Anak sulungnya di duduk kelas X Sekolah menengah Atas.  Pengalamannya yang luas membuatnya menjadi sosok yang dihormati oleh rekan-rekan sejawatnya, terutama para guru muda.

    Adalah Buk Liza, wanita enerjik dengan senyum ramah, guru senior karena usia dan golongan pangkatnya tertinggi dibandingkan dengan guru-guru lain, yang sudah malang melintang di dunia pendidikan. Dengan pengalaman mengajar selama 24 tahun, Bu Liza memiliki segudang cerita menarik yang selalu ia bagikan kepada para rekan dan  guru muda. Kehadirannya di Madrasah Al-Hikmah selalu memberikan semangat dan motivasi di setiap pertemuan guru. Meskipun ada saja guru yang seolah tidak menyukai kehadirannya.

    Zuri dan Dina, guru muda yang baru saja di lantik  dan ditugaskan di Madrasah ini.  Guru muda tampil energik dan penuh semangat, adalah guru-guru baru yang bergabung di madrasah ini setelah lulus menjadi PNS. Meskipun masih tergolong baru, keduanya memiliki semangat juang yang tinggi dan selalu ingin belajar lebih banyak. Mereka sering bertanya kepada pak Hehaz dan Bu Liza tentang apa saja bahkan tips dan trik mengajar yang efektif.

    Keempat guru ini sering menghabiskan waktu bersama di ruang guru. Mereka saling berbagi cerita, pengalaman, dan kesulitan yang mereka hadapi dalam mengajar. Hehaz seringkali menjadi tempat bertanya bagi Zuri dan Dina. Ia dengan sabar menjelaskan materi pelajaran yang sulit, memberikan saran, dan membimbing mereka dalam mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif. Sesekali mereka tampak tertawa lepas ditengah keseriusan, yah…mereka juga senang bercanda dan saling menggoda satu sama lain. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat padahal mereka masih ingin berdiskusi bersama, tapi waktu jua yang memisahkan mereka untuk kembali melaksanakan tugas mengajar di kelas bersama dengan anak didiknya.

    Bu Liza, dengan segudang pengalamannya, selalu memberikan motivasi kepada Zuri dan Dina. Ia sering mengingatkan mereka tentang pentingnya kesabaran dan keteladanan dalam mengajar. “Menjadi guru itu bukan hanya sekadar menyampaikan materi, tapi lebih dari itu guru harus mampu memposisikan diri  menjadi sahabat bagi siswa,” ujar Bu Liza suatu ketika.  Bagaimana membuat anak didik merasa di hargai dan  di sayangi oleh gurunya.

    Zuri dan Dina sangat bersyukur memiliki mentor seperti Hehaz dan Bu Liza. Mereka merasa sangat beruntung bisa bekerja sama dengan orang-orang yang begitu peduli dengan kehadiran mereka sebagai guru baru di Madrasah ini. Kehadiran Hehaz dan Bu Liza membuat mereka merasa tidak sendiri dalam menghadapi kesulitan dan tantangan-tantangan yang mereka temui.

    Suatu hari, madrasah mengadakan lomba karya tulis ilmiah untuk siswa. Zuri dan Dina terpilih sebagai guru pembimbing siswa   kebingungan mencari ide untuk membimbing siswa-siswinya. Tanpa ragu, mereka langsung meminta bantuan kepada pak Hehaz dan Bu Liza. Dengan senang hati, Hehaz dan Bu Liza membantu mereka menyusun rencana kegiatan dan memberikan masukan-masukan yang sangat berharga.

    Berkat kerja sama yang baik, siswa-siswa binaan Zuri dan Dina berhasil meraih juara dalam lomba tersebut. Zuri dan Dina merasa sangat bangga dan berterima kasih kepada Hehaz dan Bu Liza. Mereka menyadari bahwa keberhasilan mereka tidak lepas dari dukungan dan bimbingan para seniornya.

    Persahabatan yang terjalin di antara keempat guru ini semakin erat seiring berjalannya waktu. Mereka saling melengkapi dan mendukung satu sama lain. Hehaz, Bu Liza, Zuri, dan Dina telah membuktikan bahwa perbedaan usia dan pengalaman tidak menjadi penghalang untuk menjalin persahabatan yang erat. Mereka adalah contoh nyata bahwa kolaborasi dan kerja sama tim dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa.

     

     

    Kreator : Aliyah Manaf

    Bagikan ke

    Comment Closed: Bungsu Yang Mandiri

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak lahir begitu saja. Di balik perumusan lima sila yang menjadi pondasi bangsa ini, ada pemikiran mendalam dari para tokoh pendiri bangsa, salah satunya adalah Soekarno. Pemikiran Soekarno dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Lalu, apa saja pemikiran Soekarno tentang dasar negara […]

      Des 02, 2024
    • Rumusan dasar negara yang dikemukakan oleh Mr. Soepomo memiliki peran sangat penting dalam pembentukan dasar negara Indonesia. Dalam sidang BPUPKI, Mr. Soepomo menjelaskan gagasan ini dengan jelas, menekankan pentingnya persatuan dan keadilan sosial. Dengan demikian, fokusnya pada teori negara integralistik membantu menyatukan pemerintah dan rakyat dalam satu kesatuan. Lebih lanjut, gagasan ini tidak hanya membentuk […]

      Okt 21, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021