Penulis : Yasir Hadibroto (Member KMO Alineaku)
Pada suatu hari di sebuah sekolah, proses pembelajaran sedang berlangsung. Seorang guru berdiri di depan kelas memberikan pelajaran dan para siswa menyimak dengan seksama. Siswa di kelas itu sangat heterogen, ada ikan, burung, monyet dan beberapa jenis hewan lainnya.
Mata Pelajaran hari itu adalah berenang. Guru menjelaskan dengan penuh semangat bagaimana cara berenang. “Bagaimana anak anak, paham ?” “Paham Pak Guru” jawab siswa serentak. “Baik kalau sudah paham, kita lanjutkan dengan praktik di kolam renang, mari kta ke menuju kolam renang!” Para siswa pun segera beranjak dari tempat duduknya dan mengikuti guru mereka ke kolam renang.
Satu persatu siswa diminta untuk masuk ke kolam renang dan mepraktikkan teori yang mereka dapatkan di kelas sebelumnya. Ikan mendapat giliran pertama, dengan cepat ikan melompat dan berenang lincah seperti yang diinginkan oleh gurunya. Sang guru pun senang dan puas karena berhasil memberikan pelajaran dengan baik kepad anak didiknya “ kamu hebat ikan” kata guru.
Giliran kedua adalah monyet. “ayo monyet coba kamu sekarang!” “baik Pak Guru” kata monyet. Sang monyet sedikit ragu masuk ke dalam kolam renang, lalu langsung menggerak gerakkan kaki dan tangan seperti teori dan contoh dari gurunya. Percobaan pertama si monyet gagal, dia tidak berhasil berenang, nafasnya ngos ngosan dan banyak air yang terminum olehnya, begitupun percobaan ke dua dan ke tiga serta selanjutnya. “Bagaimana sih kamu ini monyet masa sih nggak bisa ?” sang guru tampak tidak puas dengan yang dilakukan monyet. Si monyet pun diberi sanksi berupa PR untuk belajar mandiri berenang di luar sekolah. Nasib yang lebih tragis dialami oleh burung. Saat berusaha berenang seluruh bulunyapun menjadi basah dan itu membuatnya susah begerak, dia tetap berusaha untuk mengerakkan sayapnya mengikuti gerakan renang seperti diajarkan gurunya. Bukannya berhasil, semakin dia berusaha maka semakin menderitalah dia karena dua sayapnya patah menyebabkan dia bahkan tidak lagi bisa terbang.
Apa yang ditulis di atas adalah sebuah ilustrasi. Kita selama ini terlalu banyak menuntut kepada siswa kita untuk menguasai semua mata pelajaran dengan batas nilai tertentu. Siswa lalu dihadapkan pada ketentuan penilaian, bahwa bila terdapat tiga mata pelajaran tidak tuntas, nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM) maka siswa kita tidak dapat naik ke jenjang kelas berikutnya. Kita lupa bahwa setiap anak itu unik dan memiliki minat dan bakatnya sendiri yang dibawa dari lahir. Ada anak yang memiliki bakat di bidang science, ada yang berbakat di bidang olah raga dan ada yang berbakat di bidang seni. Sangat jarang ada anak yang multi talenta, yang menguasai semua bidang.
Sistem pendidikan kita hendaknya mengakomodir keberagaman dan keunikan yang ada. Pendidikan yang mampu menemukan dan menumbuhkembangkan potensi dan bakat siswa, sehingga semakin tajam dan hebatlah dia di bidangnya. Iabarat seekor burung, maka cukuplah ia cemerlang pada pelajaran terbang, didiklah ia supaya bisa terbang dengan lebih hebat dari apa yang ia bisa lakukan saat ini. Jangan mengharapkan nilainya juga cemerlang pada pejaran berenang. Jangan paksakan ia praktik berenang karena itu akan mematahkan sayap sayapnya dan membuat dia pun tidak bisa terbang layaknya seekor burung. Itu !
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
1 Komentar Pada Burung yang Tidak Punya Bakat Berenang
Barakallahu, semangat Pak Yasir, terus berkarya