KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Aksi » Cahaya dan Kegelapan

    Cahaya dan Kegelapan

    BY 09 Jul 2024 Dilihat: 62 kali
    Cahaya dan Kegelapan_alineaku

    Ilta dan Svetlana berdiri di taman, menikmati suasana sore yang berlangsung. Matahari mulai terbenam, menyelimuti langit dengan nuansa orange dan ungu yang memukau. Mereka tahu bahwa waktu untuk kembali ke alam Nadvore sudah tiba, namun persiapan yang mereka lakukan sudah matang daripada sebelumnya.

     

    Ilta dan Svetlana melangkah melalui gerbang yang memisahkan alam Zivotu dengan alam Nadvore. Mereka disambut oleh pemandangan yang menakjubkan namun menakutkan sekaligus. Alam Nadvore kali ini terasa berbeda dari apa yang pernah mereka lihat sebelumnya, penuh dengan energi yang bertabrakan dan atmosfer terisi dengan tegangan.

     

    Di sebelah kanan mereka, terhampar ribuan para Angeluc yang dipimpin oleh Skazati, dengan tiga pasang sayap yang memancarkan cahaya ilahi. Skazati, dengan kehadirannya yang bijaksana dan penuh kekuatan, memandu pasukannya dengan sikap yang teguh dan siap untuk melawan kegelapan.

     

    Di sisi kiri, terlihat banyak sekali Deniluc dan makhluk kegelapan yang dipimpin oleh Koschei, musuh bebuyutan Ilta. Spico kuat dari mitologi seperti Chernobog, Morana, dan Veles bersiap-siap untuk menghadang kedatangan Ilta dan Svetlana. Koschei, dengan kekuatan kegelapannya, mengintip dari balik barisannya yang mengerikan.

     

    Spico adalah manusia yang dulunya merupakan seorang pahlawan. Namun, saat berada di alam Nadvore, mereka terkontaminasi oleh energi kegelapan yang merubah mereka menjadi entitas yang hampir mendekati Deniluc.

     

    “Ini… akan menjadi pertempuran yang sengit,” ucap Ilta kepada Svetlana, suaranya dipenuhi dengan keinginan untuk memenangkan pertempuran yang akan datang.

     

    Svetlana mengangguk, matanya yang penuh dengan tekad. “Kita harus bekerja sama dengan pasukan Angeluc dan merencanakan serangan yang terkoordinasi.”

     

    “Selamat datang Ilta Jedlikca, Svetlana Jedlicka.” Skazati menyambut kedatangan mereka, “Ini adalah pertempuran yang akan menjadi penentu kalian untuk memurnikan energi kegelapan. Kami para Angeluc, datang membantu karena Koschei yang sebelumnya bersembunyi telah mengumpulkan banyak makhluk-makhluk kegelapan dan para entitas kuat.”

     

    Ilta menggaguk, “Kami akan menyelesaikan tugas ini dengan baik,” ia langsung memasuki mode Fatum Nivis dan Zorya Altair mulai terbagi menjadi beberapa bagian: zirah pelindung yang menutupi seluruh tubuhnya, pelindung untuk kedua sayapnya, dan senjata dari kristal es yang dikendalikan oleh kemampuan indigo.

     

    Svetlana langsung merubah dirinya menjadi Archangeluc, membentangkan kedua sayapnya yang indah. Memberikan cahaya ilahi yang murni, kekuatan mengalir dari dalam dirinya. Alis Lucis berubah menjadi zirah pelindung yang melindungi seluruh dirinya, dan menjadi busur cahaya.

     

    Pertempuran dimulai dengan serangan mendadak dari kedua belah pihak. Di udara, Skazati dan pasukannya menyerang dari atas dengan panah cahaya dan serangan energi ilahi. Mereka bergerak dengan kecepatan tinggi, mengelilingi dan membingkai musuh mereka dengan kekuatan melingkar yang kuat.

     

    Sementara itu, dari tanah, makhluk-makhluk kegelapan dan para Spico yang dikendalikan Koschei merespons dengan serangan balik yang ganas. Chernobog melemparkan cahaya kegelapan yang menggelapkan langit, sementara Morana menciptakan angin dingin yang membekukan tanah di sekitarnya.

     

    Ilta dan Svetlana bergerak bersama-sama, menghindari serangan yang mematikan sambil mencari celah di pertahanan musuh. Mereka menggunakan kekuatannya secara bergantian, menciptakan kombinasi serangan es dan cahaya yang menghantam musuh dengan kekuatan penuh.

     

    “Kalian harus fokus pada Chernobog! Dia adalah ancaman terbesar disini,” ucap Ilta dengan serius, matanya terus memantau setiap gerakan musuh. “Aku akan langsung menghadapi Koschei.”

     

    Svetlana mengangguk, berdiri di pasukan Angeluc dengan sikap yang teguh. “Aku akan mengurus yang lain. Berhati-hatilah saat melawan Koschei.”

     

    Namun, di tengah pertempuran yang sengit, terjadi peristiwa tak terduga. Beberapa Spico yang masih menyimpan ingatannya mulai membelot dari barisan Koschei dan bergabung dengan pasukan Ilta dan Svetlana. Perubahan ini mengubah dinamika pertempuran secara dramatis, memberikan keuntungan bagi pasukan cahaya.

     

    “Koschei tidak bisa dipercaya. Kami lebih baik berdiri bersama dalam menghadapi kekuatannya yang gelap,” ucap Veles dengan tegas, menyatukan dukungan mereka pada pasukan cahaya.

     

    “Mari kita lawan keabadian yang merusak alam ini!” tambah Mokosh, membangkitkan semangat perlawanan.

     

    Dengan bergabungnya beberapa Spico, pasukan cahaya mendapatkan kekuatan tambahan yang signifikan. Skazati menyesuaikan strategi mereka, memanfaatkan pengetahuan dan kekuatan gabungan mereka untuk mengepung dan mengalahkan musuh-musuh mereka satu per satu.

     

    Pertempuran antara Ilta dan Koschei akhirnya dimulai. Mereka berdua terlibat dalam duel epik yang mempertaruhkan segalanya.

     

    Koschei, dengan tatapan penuh kebencian, meluncurkan serangan-serangannya dengan kecepatan dan kekuatan yang menakutkan. “Kematianku di alam Zivotu tidak akan terlupakan, Ilta! Aku akan membalaskan dendamku sekarang!”

     

    Ilta, wajahnya terlukis dengan keteduhan yang mendalam, menanggapi dengan nada yang tenang namun tajam, “Koschei, kematianmu adalah akibat dari tindakanmu sendiri. Namun, jika ini adalah yang kau inginkan, aku akan mempertemukanmu dengan kebenaran yang tidak dapat dihindari.”

     

    Koschei dan Ilta bergerak dengan kecepatan dan kelincahan yang luar biasa. Ilta memanfaatkan kemampuan uniknya: Indra Ketujuh untuk mengendalikan dimensi ruang dan waktu, kemampuan Indigo untuk memanipulasi elemen alam, dan Zorya Altair yang berubah menjadi senjata-senjata canggih yang bergerak secara intuisi.

     

    Koschei, tidak mau kalah, melontarkan serangan-serangannya dengan rantai sayap gelap yang membelah angkasa, memberinya kecepatan dan manuverabilitas yang sulit untuk ditandingi. Dia mengeluarkan energi gelap yang mengubah medan pertempuran menjadi kacau.

     

    “Kau banyak berubah sejak terakhir kita bertemu, Ilta.” kata Koschei dengan nada kesal, menyerang dengan kilatan energi gelap yang mematikan.

     

    Ilta menjawab dengan tatapan tajam, “Apa yang membawamu hingga ke titik ini, Koschei. Seberapa jauh kau akan pergi untuk memuaskan menyebabkan kehancuran!?”

     

    “Kau tidak akan tahu apa yang aku rasakan! Jatuh dari pemimpin Angeluc lalu menjadi musuh utama dari seluruh rasku sendiri.” jawab Koschei, merasa jengkel pada kenyataan yang menimpanya. “Aku menyimpan demam bukan keinginanku sendiri, tapi inilah takdir yang harus aku alami.”

     

    Pertarungan mereka semakin intens. Ilta menggunakan Indra Ketujuh untuk menciptakan gangguan di ruang-waktu, mencoba menjerat Koschei dalam jaringan dimensi yang berubah-ubah. Namun, Koschei dengan gesitnya mengelak dan membalas serangan dengan kekuatan yang mematikan.

     

    Rantai sayap Koschei memecah langit, membalas setiap serangan Ilta dengan serangan-serangan yang tak terduga. Ilta terus bergerak dengan lincah, memanfaatkan Zorya Altair untuk melancarkan serangan-serangan akurat yang menguji kekuatan pertahanan Koschei.

     

    Koschei menyerang dengan kecepatan yang mematikan, melayang melintasi medan pertempuran dengan rantai sayapnya yang mengelilingi Ilta. Ilta menghindar dengan ketangkasan yang luar biasa, melemparkan serangan-serangan balasan yang memaksa Koschei bergerak mundur.

     

    “Kau kuat, Ilta, tapi aku tidak akan menyerah begitu saja,” desis Koschei sambil mengubah taktiknya. Dia melepaskan gelombang energi gelap yang melingkupi Ilta, mencoba menghentikan gerakannya.

     

    Ilta menjawab dengan ketenangan, “Kebencianmu buta, Koschei. Namun, kekuatan yang sesungguhnya datang dari hati yang tenang.”

     

    Pertempuran bertambah sengit saat Ilta dan Koschei saling menyerang dengan gigih dan tanpa kenal lelah. Ilta, meski menguasai berbagai kemampuan yang luar biasa, merasa tertekan oleh adaptasi dan kekuatan fisik Koschei yang terus meningkat.

     

    Koschei mengubah strateginya, menggunakan rantai sayapnya untuk menciptakan serangan-serangan udara yang cepat dan mematikan. Ilta berusaha menghindari setiap serangan dengan ketangkasan yang luar biasa, mencari celah di pertahanan Koschei.

     

    Ilta dan Koschei bertarung di langit yang dibanjiri cahaya dan gelap. Mereka saling menyerang dengan kecepatan yang mencengangkan, menciptakan dentuman energi yang mengguncang alam Nadvore. Ilta terus menghindari serangan-serangan Koschei, sementara Koschei mencoba menembus pertahanan Ilta dengan kekuatan gelap yang semakin ganas.

     

    “Kau takkan pernah bisa mengalahkanku, Ilta!” teriak Koschei dengan kebencian yang membara.

     

    Ilta, wajahnya terpancar dengan tekad yang teguh, menjawab, “Aku tidak akan mundur, Koschei. Kekuatan sejati datang dari kesempurnaan yang sesungguhnya.”

     

    Ketegangan mencapai puncaknya saat Ilta dan Koschei berdiri menghadapi satu sama lain, energi mereka berpusat pada satu tujuan: mengalahkan lawan mereka. Serangan-serangan terakhir dilontarkan dengan kecepatan dan kekuatan penuh, menciptakan cahaya dan gelap yang memenuhi medan pertempuran.

     

    Dari sisi pasukan cahaya, Svetlana terbang di atas medan perang, matanya memandang luasnya Nadvore yang dipenuhi dengan pertempuran antara cahaya dan kegelapan sejauh mata memandang. Di sekelilingnya, para Angeluc terus berperang, siap untuk mengakhiri tirani yang telah lama membelenggu alam ini.

     

    “Kita tidak boleh mundur, saudara-saudariku!” serunya, suaranya menggema di antara para Angeluc yang bersiap. “Hari ini, kita berdiri bersama untuk mengakhiri tirani kegelapan di Nadvore!”

     

    Para Angeluc bersorak memberi semangat, sayap-sayap mereka berdenyut dengan energi yang menggelegak. Di sebelahnya, beberapa Spoci yang telah membelot dari Koschei juga berdiri siap, siap untuk mengamankan masa depan alam ini.

     

    Skazati, sebagai salah satu pemimpin Angeluc, mengangguk pada Svetlana. “Mari kita tunjukkan kekuatan cahaya yang kita miliki!”

     

    Svetlana menatap ke kejauhan, di mana gelombang musuh yang tak terhitung jumlahnya mulai mendekat dengan cepat. “Jangan biarkan mereka menyebarkan energi kegelapan lebih jauh! Pertahankan garis depan kita!”

     

    Pertempuran meletus dengan kekuatan penuh. Gelombang Angeluc menyerbu dengan serangan energi cahaya yang memotong jalur mereka melalui pasukan Deniluc yang mendekat. Skazati memimpin dari garis depan, menggunakan kemampuan sayapnya untuk membagi pasukan musuh dan menciptakan celah bagi pasukan cahaya.

     

    Di sisi lain medan perang, para Spico menunjukkan kekuatan mereka masing-masing. Perum, pahlawan petir, melemparkan kilat yang membelah langit, memporak-porandakan barisan musuh. Veles memanggil angin dan tanah untuk melindungi pasukan dari serangan musuh, sementara Dazbog memancarkan sinar terang yang membutakan mata musuh mereka.

     

    Svetlana bergerak lincah di tengah pertempuran, memberikan instruksi dan membangkitkan semangat para prajuritnya. “Kita bisa melakukannya! Jangan biarkan kegelapan menguasai! Bersatu sebagai satu, kita akan mengakhiri ini!”

     

    Dia menggunakan kemampuannya untuk menghadapi setiap ancaman dengan keberanian dan kekuatan surgawi. Setiap serangannya dipimpin dengan tekad yang tak tergoyahkan, menciptakan gelombang energi yang menghancurkan musuh-musuhnya.

     

    Pertempuran mencapai puncaknya saat Svetlana dan Skazati menghadapi pasukan pilihan Koschei yang dipimpin oleh keturunannya sendiri, Tenebris. Mereka bertempur dengan sengit, berusaha menembus barisan musuh yang bertahan dengan gigih. Svetlana menggunakan semua kekuatannya untuk mengimbangi serangan-serangan yang terus menghujani mereka.

     

    Namun, meskipun kemajuan yang mereka capai, pertempuran masih jauh dari selesai. Tenebris masih merupakan ancaman yang tak terduga, dan pasukan kegelapan masih menyusun strategi balasan. Langit di atas mereka mulai diterangi oleh cahaya merah menyala.

     

    Svetlana dengan tekadnya tetap kuat, napasnya terengah-engah, dia menatap Skazati, yang juga tampak kelelahan namun tetap penuh semangat.

     

    “Kita belum selesai di sini,” kata Svetlana dengan tegas. “Kita harus bersiap untuk apa pun yang akan datang. Ini baru awal dari perjuangan kita.”

     

    Skazati mengangguk, matanya masih memancarkan tekad yang sama seperti sebelumnya. “Kita akan terus maju bersama, melawan kegelapan hingga titik terakhir. Kita akan membawa kebebasan kembali ke Nadvore.”

     

    Mereka berdua, bersama pasukan cahaya mereka, bersiap untuk pertempuran selanjutnya yang akan menentukan nasib Nadvore. Dalam kegelapan yang menyelimuti medan perang, cahaya mereka bersinar terang, menjadi harapan bagi mereka yang berjuang untuk kebebasan.

     

    Svetlana, meskipun kelelahan, tetap menjaga pandangan yang tajam. Dia melihat ke atas, di mana duel sengit sedang berlangsung antara dua kekuatan utama dari tiap pasukan: Ilta, yang mewakili cahaya, dan Koschei, yang mewakili kegelapan.

     

    Ilta dan Koschei berdiri di puncak pertempuran, di antara hantaman yang keras dan serangan yang saling bertubi-tubi. Ilta mengayunkan Zorya Altair, memanifestasikan senjata-senjata bergerak dari cahaya, sementara Koschei memutar rantai sayapnya dengan cepat, menciptakan serangan yang ganas.

     

    “Sudah cukup, Ilta!” desis Koschei, melemparkan serangan energi yang membuyarkan serangan-serangan Ilta.

     

    Ilta menangkis dengan pedang cahaya yang dipanggil dari Zorya Altair. “Kamu tidak akan pernah belajar, Koschei. Melampiaskan kebencianmu hanya membawa malapetaka.”

     

    “Malam yang panjang akan menghukummu, Ilta. Aku akan memastikan bahwa kau merasakannya,” jawab Koschei sambil melancarkan serangan kedua dengan kekuatan yang lebih meningkat.

     

    Ilta mengelak dengan cepat, memanfaatkan kemampuan Indra Ketujuh untuk memperlambat waktu sebentar dan menemukan celah. “Kau lupa, Koschei, aku tidak sendirian.” Dia menatap ke arah Svetlana yang bertempur gigih bersama pasukan cahaya, melawan gelombang kegelapan yang terus menerus datang.

     

    Svetlana mengetuk senjatanya, memberi isyarat kepada pasukannya. “Kita harus mengakhiri ini sekarang juga, untuk kebaikan alam Nadvore!”

     

    Para Angeluc dan Spico yang bergabung dengan mereka maju dengan semangat yang membara, menghadapi Deniluc yang semakin tak terhitung jumlahnya. Mereka bertempur sambil berusaha mengungkapkan kekuatan sejati mereka.

     

    Kembali ke pertempuran puncak, Ilta dan Koschei berada dalam siklus serangan dan pertahanan yang tanpa henti. Ilta merasakan tekanan dari Koschei yang semakin kuat, namun dia tidak mau menyerah. Dia memusatkan energinya dan menggabungkan kemampuan Indigo untuk mengontrol angin, air, dan api dalam serangan balik yang spektakuler.

     

    Koschei tersentak oleh serangan Ilta, namun tetap kukuh. “Kau mungkin berubah, Ilta, tapi kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku!” Dia melepaskan kekuatan penuh dari rantai sayapnya, menciptakan badai energi kegelapan yang melingkupi pertempuran.

     

    Ilta tersudut, namun segera dia mendapatkan kekuatan tambahan dari Zorya Altair. “Ini sudah berakhir, Koschei,” ucapnya dengan tegas, sambil mengumpulkan semua energinya untuk serangan terakhir.

     

    Koschei menatap Ilta dengan tatapan penuh penolakan, “Kau… tidak bisa melakukan ini,” namun Ilta sudah tidak mempedulikannya. Dengan gerakan cepat dan presisi, dia meluncurkan serangan yang memancarkan cahaya ilahi ke arah Koschei, mengakhiri pertempuran dengan penyelesaian yang dramatis.

     

    Svetlana dan pasukannya melihat cahaya terang dari kejauhan, menyadari bahwa pertempuran telah berakhir. Mereka merayakan kemenangan mereka sambil mempersiapkan langkah-langkah berikutnya untuk memulihkan alam Nadvore dari bekas luka pertempuran.

     

    Ilta, yang sedang berdiri di depan Koschei yang terluka parah, melihat mata Koschei yang kini penuh dengan penyesalan dan kelelahan. “Kenapa, Koschei? Mengapa kau melakukan ini semua?” tanya Ilta, suaranya terengah-engah karena kelelahan dan emosi yang memenuhinya.

     

    Koschei tersenyum getir, merasa beban masa lalu yang begitu berat di pundaknya. “Kau tidak tahu apa yang telah aku lakukan, Ilta. Hidupku adalah bayangan dari kesalahan-kesalahan yang tidak bisa kugantikan,” ucapnya dengan suara yang hampir teredam oleh bunyi pertempuran di sekitar mereka.

     

    Ilta terdiam, merenungkan kata-kata Koschei yang seolah membuka luka lama. Namun, dia tidak punya waktu untuk memikirkan lebih jauh. Energinya menipis, dan dia tahu dia harus mengakhiri ini sekarang.

     

    Dengan perasaan yang campur aduk, Ilta mengangkat Zorya Altair sekali lagi. “Maafkan aku, Koschei,” katanya dengan suara bergetar, sebelum mengirimkan serangan terakhirnya.

     

    Cahaya terang memenuhi langit, dan Koschei jatuh tak berdaya. Di saat yang sama, kekuatan kegelapan yang menyelimutinya memudar, meninggalkan tubuhnya yang hampir tidak bergerak di tanah yang telah dicemari oleh pertempuran.

     

    Svetlana dan pasukan cahaya melihat momen itu dari kejauhan, tak percaya dengan apa yang mereka saksikan. Para Spico yang bergabung dengan mereka, seiring dengan pasukan kegelapan, mulai menghilang satu per satu, menyisakan keheningan yang memenuhi medan perang yang sebelumnya riuh. Mereka merayakan kemenangan, meskipun di hati mereka masih terasa kehilangan atas para pejuang yang gugur dalam pertempuran tersebut.

     

    Ilta menatap tubuh Koschei yang tergeletak, merasa bahwa pertempuran ini bukan sekadar kemenangan, tetapi juga akhir dari sebuah kisah panjang yang penuh dengan tragedi dan pengorbanan.

     

    Tiba-tiba, di tengah hening yang memenuhi medan perang, cahaya yang bersinar terang mulai memenuhi langit. Semua pandangan tertuju pada sosok yang muncul di depan mereka: Sang Ilahi. Dia datang dengan kehadiran yang memancarkan kedamaian dan kebijaksanaan, memberikan penyembuhan bagi para pejuang yang gugur dan mengabarkan bahwa mereka akan mengalami reinkarnasi untuk melanjutkan perjalanan roh mereka.

     

    “Kalian semua telah berjuang dengan hebat,” ucap Sang Ilahi dengan suara yang lembut namun penuh kekuatan, “Kalian telah menjalani perjuangan yang luar biasa. Semua pengorbanan dan keberanian kalian tidak akan terlupakan. Kini, mari kita rayakan kemenangan ini, karena alam Nadvore akan kembali pulih.”

     

    Para Spico yang hadir merasa lega dan bersyukur atas berita ini. Mereka menatap satu sama lain dengan senyuman hangat, merayakan kehidupan baru yang akan mereka jalani dalam reinkarnasi mereka berikutnya.

     

    Namun, perjalanan Ilta belum selesai. Sang Ilahi memandangnya dengan penuh kepercayaan. “Ilta Jedlikca,” lanjutnya, “Tugas berikutnya menanti kalian. Alam Zivotu masih dihadapkan pada beberapa energi kegelapan yang tersisa, tersembunyi di benua Zemloy dan Ogni. Tugas ini kini aku serahkan kepada engkau, yang memiliki kekuatan untuk menghadapi segalanya.”

     

    Ilta menatap Sang Ilahi dengan tekad di matanya. Bersama Svetlana, ia siap untuk menghadapi tantangan baru ini, demi kebaikan dan harmoni di alam Svetu Razvitie.

     

    Perang cahaya dan kegelapan berakhir. Meskipun ada duka yang mendalam atas kehilangan, namun juga ada kebahagiaan karena kemenangan yang mereka raih. Ilta dan Svetlana, bersama dengan rekan-rekan mereka, bersiap untuk menghadapi masa depan yang baru dan mengemban misi baru yang diberikan oleh Sang Ilahi.

     

     

    Kreator : Ry Intco

    Bagikan ke

    Comment Closed: Cahaya dan Kegelapan

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021