Tampak fajar di atas pasir putih
Ombak kecil mencium karang
Angin berhembus menjemput pagi
Pantai kelam penuh cerita getir
Di sana para calo jabatan berbisik lirih
Berjalan ringan di sela licinnya bebatuan
“Pilkada usai, saatnya peluang terbuka.”
Bisik mereka sambil menimbang janji
Mencari celah di sela kepentingan
Terik mentari memantul di air asin
Ombak bergulung membawa debu
Langit biru berarak awan kelabu
Di bawah pohon kelapa yang mulai meranggas
Seorang ASN mengusap dahi penuh peluh
menimbang mimpi di tengah badai amanat.
“Ini saatnya naik derajat,” pikirnya
Namun, jalan yang lurus semakin gelap
karena lintah laut bersembunyi di bayang gelap
Perahu kecil melaju ke tengah laut
Layarnya sobek diterpa badai
Laut berbisik memanggil suram
Para calo berbincang di balik layar
Mereka menawarkan harapan palsu
Dengan harga yang tak masuk akal
“Titipkan namamu, biar kami yang urus,”
Kata mereka sambil menghitung emas,
Menggadaikan integritas di tepi pantai
Langit sore berubah jingga muram
Angin menyapu daun nyiur
Ombak tinggi mencium dermaga
Di sudut pantai seorang pemimpin baru
Terlihat ragu di tengah lautan janji
Menghindar dari para pelobi berselubung
“Tak mudah berjalan diatas pasir ini,”
Bisiknya sambil memandang jauh
Menakar langkah di hamparan keruh.
Gulungan ombak membawa sampah,
Ikan kecil terjebak di sela plastik,
Matahari redup menunggu senja.
ASN yang jujur terombang-ambing,
Di antara pilihan moral dan ambisi
Terpaut dalam arus deras pragmatisme
“Jika aku bertahan, akankah tenggelam?”
Hatinya bertanya di tengah deburan
Menghadapi badai yang tak kunjung reda
Malam tiba, bintang sembunyi malu
Bulan purnama terhalang awan hitam
Pantai sunyi ditemani suara jangkrik
Para calo kembali menebar jala
Menangkap mimpi mereka yang lemah
Mengisi kantong dari kebijakan semu
“Mau naik pangkat? Serahkan mahar,”
Bisikan itu menggema di angkasa
Menyelimuti malam dengan kepalsuan
Debur ombak memukul karang retak
Pantai kelam semakin menakutkan
Air surut membawa aroma amis
Pemimpin daerah kini di persimpangan
Memilih berpihak pada kebenaran,
atau hanyut dalam permainan kotor
“Keadilan dimana ketika pantai ini kumuh?”
Tanyanya sambil menatap gelap
Berdoa agar pagi membawa terang
Fajar baru, namun pantai tetap muram
Ombak kecil membawa janji basi
Angin dingin menusuk tulang rapuh
ASN jujur mengayuh dayung kecil
Menjauh dari godaan calo licik
Menggapai dermaga di ujung harapan
“Integritas adalah perahu kecilku,”
Bisiknya di tengah perjalanan
Menghadapi arus demi cahaya
Di ufuk timur, matahari mulai malu
Ombak kecil menyambut pagi baru
Burung camar terbang dengan riang
Pemimpin sadar akan janji suci
Memutus rantai calo jabatan kotor
Membersihkan pantai dari tangan kotor
“Demi rakyat, pantai ini harus bersih,”
Ujarnya di hadapan samudra luas
Mengakhiri cerita kelam pantai kelam.
Kreator : abu khalid
Comment Closed: Calo Jabatan di Pantai Kelam
Sorry, comment are closed for this post.