Terkadang aku merasa cemas berlebihan akan masa depan. Aku membayangkan hal buruk terjadi kepadaku. Aku tidak bermaksud untuk mendoakan hal tersebut. Aku hanya bersiap diri untuk menghadapi hal terburuk yang akan terjadi kepadaku. Rasa takutku akan kejutan yang tak terduga membuatku bersikeras merencanakan reaksiku. Aku takut aku tidak siap untuk itu.
Aku takut. Aku takut akan hal yang tak kumengerti. Aku takut sekali. Andai aku mempunyai kekuatan untuk menghadapi rasa takut itu. Andai aku bisa mengabaikan ketakutanku sendiri dan bangkit dari belenggu kecemasan.
Akan datang masanya aku menyadari kebutuhanku untuk bergerak. Stagnasi membuat rasa frustasi melebihi rasa cemasku. Aku harus bangkit dari ketakutanku. Muncullah pertanyaan dalam pikiranku. Apa yang sebenarnya aku takutkan? Mengapa aku takut akan hal itu? Apakah ketakutanku nyata?
Kita adalah manusia yang terlahir dengan insting bertahan hidup. Dahulu kita bertahan hidup dari ancaman yang akan merenggut nyawa kita. Insting ini bersemi di dalam diri kita untuk melindungi kita dari mara bahaya. Perkembangan zaman telah melindungi kita dan memastikan kita aman dari ancaman tersebut. Namun kemampuan primitif ini selalu memberi kesan tidak aman kepada kita. Bagaimana jika kita dipandang buruk oleh masyarakat? Bagaimana reputasi kita di mata kerabat? Apakah penampilanku tidak sesuai standar kecantikan? Reputasi, penampilan, dan harga diri menjadi ancaman semu bagi kita. Mereka tidak mengancam nyawa kita, mereka mengancam martabat kita di masyarakat.
Kita makhluk sosial yang hidup berdampingan. Keterlibatan dan ketergantungan di dalam komunitas menjadi kebutuhan sosial yang cukup mendasar. Ketika kita merasa tidak bisa bergantung pada suatu komunitas, entah itu keluarga ataupun kerabat, kita merasa pertahanan hidup kita terancam. Memutar otak untuk memenuhi kebutuhan dasar kita tanpa orang lain menjadi mimpi buruk bagi makhluk sosial.
Aku sadar bahwa insting bertahan hidupku bekerja dengan baik. Rasa terima kasihku kepada tubuh yang selalu menjagaku dari mara bahaya. Untuk sekarang, aku merasa aman dan damai. Tidak ada yang mengancam nyawaku maupun nyawa orang lain. Kalaupun ada, cukup wajar bagiku untuk mencemaskan keselamatan diriku dan orang-orang tercinta. Setidaknya aku tahu rasa takutku akan datang dikala tubuh ini merasa terancam dan mengingatkanku bahwa semua akan baik-baik saja.
Kreator : Dyah Achwatiningrum
Comment Closed: Candramawa Kehidupan: Cemas
Sorry, comment are closed for this post.