Nanti malam tabligh akbar akan diadakan di pendopo alon2 Kabupaten.Semua warga akan tumplek blek ke alon2.Tua muda, laki perempuan,anak2 dan para pedagang asong.
“Bu, Muid nanti ikut ya” rengek anakku yang no 10, ketika dia mendengar aku di ajak yu Amin untuk ikut rombongan.
“Ikut kemana toh, le” tanyaku
“Perayaan orang banyak Bu” aku tertawa mendengar penuturan anakku. Lucu sekali.
Perayaan orang banyak itu ya Tabligh Akbar yang dimaksud anakku.
Nanti malam di alon2 kota akan diadakan pameran dan tabligh Akbar yang dihadiri oleh poro Kyai ‘alim dan pejabat pemerintah Kabupaten.
Muid, anakku yang no 10 kuajak ikut rombongan menghadiri acara tersebut.Tentu saja aku cukup membawa satu anak saja, walau Muid juga masih punya dua adik lagi yg masih kecil, tapi biarlah 2 adiknya cukup dirumah saja bersama dengan kakak2nya yg sudah pandai momong.Dan lagi mana mungkin ditempat keramaian aku harus bawa anak kecil banyak..
Masih sore rombongan dialon2 sudah mulai berdatangan memenuhi alon2. Ada yang berkendaraan mobil pick up, ada yang ngebis, ada naik becak bahkan banyak rombongan yang menggunakan kendaraan truk. Seperti rombongan dari desaku juga menggunakan kendaraan truk.
Alon2 sudah penuh pengunjung. Rombongan kami mulai turun dan berjalan kaki menuju arah pameran terlebih dahulu.
Muid, anak lanangku yang baru berumur 8 tahun, ku genggam terus tanganya dengan erat, meski langkah kakinya tergopoh gopoh mengikuti langkah orang dewasa. Dia tak pernah mengeluh, bahkan sepertinya lebih menikmati pemandangan di depan mata.
Kesempatan bagi penjual mainan untuk menawarkan dagangan yang beraneka macam.
“Bu,…Ibu” tanganku ditarik anakku , namun aku tidak menghiraukan karena pasti anakku akan minta balon udara yang kebetulan kami lewati.
“Ibu,….” kembali Dia mulai merengek dan merajuk.
“Iya, nanti saja ya nak” segera kugendong Muid, anakku, berharap bisa mengerti. Kugendong dan segera mengejar ketinggalan rombongan . Alhamdulillah Muid mau diam, rupanya mengerti Ibunya sedang panik.
Dalam gendongan mata Muid masih mengarah terus pada penjual balon .
“Biarlah, nanti juga akan lupa” harapku, yang penting aku jangan sampai lepas dari rombongan yang berjubel, saking banyaknya.
Para pengunjung mulai mengambil tempat, posisi menghadap panggung besar, lesehan di rerumputan.
Panitia memberi peringatan agar hadirin segera mengambil tempat , karena acara akan segera dimulai.Walau demikian masih banyak yang berseliweran menikmati pemandangan para penjaja dagangan.
Rombongan kami mengambil tempat , tepat di samping panggung, hanya berjarak 5 m dari panggung , acara akan segera dimulai.
“Hadirin sekalian,para jamaah Tablig Akbar yang dirahmati Allah “Pra acara” akan segera dimulai. Dimohon para hadirin segera menempati tempat yang telah kami sediakan “suara MC bergema di salon.
“Hadirin sekalian,para jamaah Tablig Akbar yang dirahmati Allah “Pra acara” akan segera dimulai. Dimohon para hadirin segera menempati tempat yang telah kami sediakan “suara MC bergema v
Nanti malam tabligh akbar akan diadakan di pendopo alon2 Kabupaten.Semua warga akan tumplek blek ke alon2.Tua muda, laki perempuan,anak2 dan para pedagang asong.
“Bu, Muid nanti ikut ya” rengek anakku yang no 10, ketika dia mendengar aku di ajak yu Amin untuk ikut rombongan.
“Ikut kemana toh, le” tanyaku
“Perayaan orang banyak Bu” aku tertawa mendengar penuturan anakku. Lucu sekali.
Perayaan orang banyak itu ya Tabligh Akbar yang dimaksud anakku.
Nanti malam di alon2 kota akan diadakan pameran dan tabligh Akbar yang dihadiri oleh poro Kyai ‘alim dan pejabat pemerintah Kabupaten.
Muid, anakku yang no 10 kuajak ikut rombongan menghadiri acara tersebut.Tentu saja aku cukup membawa satu anak saja, walau Muid juga masih punya dua adik lagi yg masih kecil, tapi biarlah 2 adiknya cukup dirumah saja bersama dengan kakak2nya yg sudah pandai momong.Dan lagi mana mungkin ditempat keramaian aku harus bawa anak kecil banyak..
Masih sore rombongan dialon2 sudah mulai berdatangan memenuhi alon2. Ada yang berkendaraan mobil pick up, ada yang ngebis, ada naik becak bahkan banyak rombongan yang menggunakan kendaraan truk. Seperti rombongan dari desaku juga menggunakan kendaraan truk.
Alon2 sudah penuh pengunjung. Rombongan kami mulai turun dan berjalan kaki menuju arah pameran terlebih dahulu.
Muid, anak lanangku yang baru berumur 8 tahun, ku genggam terus tanganya dengan erat, meski langkah kakinya tergopoh gopoh mengikuti langkah orang dewasa. Dia tak pernah mengeluh, bahkan sepertinya lebih menikmati pemandangan di depan mata.
Kesempatan bagi penjual mainan untuk menawarkan dagangan yang beraneka macam.
“Bu,…Ibu” tanganku ditarik anakku , namun aku tidak menghiraukan karena pasti anakku akan minta balon udara yang kebetulan kami lewati.
“Ibu,….” kembali Dia mulai merengek dan merajuk.
“Iya, nanti saja ya nak” segera kugendong Muid, anakku, berharap bisa mengerti. Kugendong dan segera mengejar ketinggalan rombongan . Alhamdulillah Muid mau diam, rupanya mengerti Ibunya sedang panik.
Dalam gendongan mata Muid masih mengarah terus pada penjual balon .
“Biarlah, nanti juga akan lupa” harapku, yang penting aku jangan sampai lepas dari rombongan yang berjubel, saking banyaknya.
Para pengunjung mulai mengambil tempat, posisi menghadap panggung besar, lesehan di rerumputan.
Panitia memberi peringatan agar hadirin segera mengambil tempat , karena acara akan segera dimulai.Walau demikian masih banyak yang berseliweran menikmati pemandangan para penjaja dagangan.
Rombongan kami mengambil tempat , tepat di samping panggung, hanya berjarak 5 m dari panggung , acara akan segera dimulai.
“Hadirin sekalian,para jamaah Tablig Akbar yang dirahmati Allah “Pra acara” akan segera dimulai. Dimohon para hadirin segera menempati tempat yang telah kami sediakan “suara MC bergema di salon.
“Hadirin sekalian,para jamaah Tablig Akbar yang dirahmati Allah “Pra acara” akan segera dimulai. Dimohon para hadirin segera menempati tempat yang telah kami sediakan “suara MC bergema di salon.
3 menit kemudian terlihat di panggung 20 remaja putra memainkan rebana, saling bersahutan .
Tak dung dung tak,dung dung tak,dung dung tak tak tak, bunyi rebana memulai pembukaan main.
“Thola’al badru ‘alaina minstani ya tilwada’….”irama qasidah ini memang sangat melegenda, sehingga para hadirin tua atau muda dengan senang hati bibirnya ikut bersama sama melantunkan.
Dilanjutkan dengan lagu “Bismillah” yang tak kalah seru sambutan hadirin.
Dua lagu ini yang menjadi favoritku ketika masih remaja dulu,kini dilantunkan disini dan aku yakin penggemar qasidah lagu ini masih membludak.10 lagu qasidah kuikuti dengan senang sampai pra acara selesai.
“Hadirin dipersilahkan duduk kembali” kami semua kembali duduk lesehan di rerumputan.
Ku Tengok kanan kiri, mencari keberadaan anakku.Kok tidak ada ?.
Kreator : Umi Nadhifah
Comment Closed: CERITA MASA KECIL ANAK NO 10. PART 1
Sorry, comment are closed for this post.