KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Cerita tentang Kami

    Cerita tentang Kami

    BY 16 Nov 2024 Dilihat: 107 kali
    Cerita tentang Kami_alineaku

    Tidak terasa, tahun ini adalah tahun ke 40, Papa, Mama juga Dik Erry meninggalkan Aku dan Mas Eko. Serasa baru kemarin, kami masih berbahagia bersama berlima di rumah kami yang tenang dan nyaman di Simomulyo Baru, Ngesong Surabaya. Masih segar dalam ingatan, semua hal yang Papa, Mama dan Dik Erry lakukan dalam kehidupan keluarga kecil kami. Rasanya, tak akan terlupa sampai akhir masa.

              Alhamdulillah, 10 Juni 1993, Aku menikah di rumah Simo yang Papa dan Mama tinggalkan. Qodarullah, Allahu Akbar, aku menikah dengan Mas Ilmi yang ternyata adalah murid Papa di SMA. Mas Ilmi pernah bercerita padaku, kalau dulu, di awal tahun 1980-an, ia pernah silaturahmi ke rumah dalam kapasitas Mas Ilmi sebagai Ketua OSIS yang akan memusyawarahkan kegiatan sekolah bersama Bapak Kepala Sekolahnya. Ternyata, memang hidup ini penuh misteri. Ternyata, mantan murid Papa ini yang menjadi anak menantu lelaki beliau. Alhamdulillah, dariku, Papa dan Mama menjadi Opa dan Oma dari tujuh cucu. Tiga cucu laki-laki, yaitu Kamal, Bilal, dan Alif. Empat cucu perempuan, yakni Mila, Alsa, Lala, dan Khadijah. 

    Kamal, sungguh membawa ‘Ambon Manise’ dari Papa. Wajahnya ganteng, manis, dengan rambut hitam dan tebal seperti rambut Papa. Hidungnya juga mancung seperti beliau. Bibirnya juga belah seperti bibir Papa. Kalau Mila, yang nomor dua, justru lebih mirip wajah Mas Eko. Ia tinggi, besar dan pintar memasak. Walau kadang suka meledak-ledak, tetapi ia adalah gadis yang lembut hati dan nggak tegaan pada orang yang membutuhkan seperti Papa dan Mama juga Umi dan Abi-nya. Nah, si nomor tiga ini, ia lebih condong seperti keluarga Banjarmasin. Kulitnya kuning bersih dengan hidung mancung dan alis mata tebal dan hitam. Ini cucu Papa yang orangnya detail dan rapi. Sekarang ia yang membantu Abi-nya menjalankan roda usaha keluarga di toko bahan bangunan. Pintar juga ia mengelola usaha ini. Tertib dan disiplin dalam urusan hutang dan piutang.

    Menyusul berikutnya, yang nomor empat, namanya Alsa. Ini cucu cewek Papa dan Mama yang ‘pleg’ orang Ambon. Kulitnya cenderung gelap. Namun, wajah dan senyumnya sungguh manis seperti senyum papa yang selalu aku ingat hingga kini. Ia yang paling kalem di antara empat anak cewekku. Saking kalemnya, sampai-sampai di rumah, ia punya julukan keren, Mbak Alsa Si Putri Solo. Hebatnya, Alsa ini baik hati dan nggak gampang sakit hati walau kadang suka dikerjain kakak-kakaknya. Yang nomor lima, cewek lagi. Nama panggilan aslinya adalah Lala. Tetapi, kami lebih terbiasa memanggilnya dengan ‘CAPO’. Gadis cantik yang pemalu padahal ia punya potensi mudah dalam menghafal ayat-ayat Allah. Sampai saat ini, di antara mereka bertujuh, yang paling banyak celengan hafalannya ya Si Capo ini. Capo pula gadis kecilku yang hidupnya penuh drama. Lain waktu saja, aku akan bercerita tentang perjalanan hidup Capo yang penuh derai air mata.

    Cowok terkecilku, Alif namanya. Ia yang kayaknya bawa gen Opa Buyutnya, Teta Haji Baba Abubakar Payapo, kecil mungil tubuhnya. Namun, meski mungil, ia seorang pemain futsal yang lincah dan gesit, lho. Sekarang, ia sudah kelas IX SMP di Pondok Pesantren Al Irsyad, Batu. Alhamdulillah, saat lulus SD, ia sudah menjaga lima juz hafalan Al Quran-nya. Nambah 1 juz saat ia mondok setahun di Al Fitrah Quran School. Ia punya cita-cita besar yang mulia, menjadi ulama dan imam besar di Masjidil Haram. Semoga tercapai cita-citanya. Aamiin ya Rabbal’alamiin.

    Si bungsu kami, gadis kecil nan lucu. Namanya Khadijah Ash Shalihah Ilmi dan sekarang sudah duduk di kelas VIII di SMP Muhammadiyah 9 Gondanglegi Malang. Ia sekalian mondok di Pondok Pesantren Entrepreneur Muhammadiyah Gondanglegi Malang. Ia gadis kecil yang manis dengan wajah lonjongnya dan bibir belahnya. Sekarang, ia sudah setinggi uminya. Ia yang mengikuti jejakku, punya minat di kerajinan tangan (menyulam dan merajut). Ia punya jiwa seni yang tinggi dan kreatif. Ada aja ide yang berkelebat di batok kepalanya. Setelahnya, ia langsung action mewujudkan ide cemerlangnya itu. Ia juga yang mengikuti hobi kita yang lain, menulis. Jika kubaca tulisannya yang bercerita tentang pengalamannya sehari-hari, rasanya pengen ketawa sendiri dalam hati karena seperti melihat diriku dalam dirinya. Gaya menulisnya seperti orang yang sedang bercerita,  runtut dan jelas. Semoga kelak aktivitas menulis ini yang dapat mengantarnya melihat indahnya dunia, bumi Allah yang lainnya. Aamiin ya Rabbal’alamiin.

              Nah, kalau Mas Eko, qodarullah, berjodoh dengan teman kuliahku tetapi lain jurusan. Kalau aku kan kuliahnya di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Fakultas Bahasa dan Seni Indonesia IKIP Surabaya (meneruskan perjuangan Papa dan Mama sebagai pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia). Kalau mbak Ruro, di jurusan Pendidikan Matematika. Orang dari Sungonlegowo Bungah Gresik. Ketemunya, ya waktu Mbak Ruro jadi panitia penerima tamu saat aku menikah. Alhamdulillah, dari Mas Eko, Papa dan Mama punya empat cucu yang semuanya cowok keren. Yang pertama, Bang Yayak percis Opa. Ya badannya, ya mukanya, ya rambut ikalnya. Nomor dua, Bang Razaq. Nomor tiga, Bang Haqqi yang rupanya menjadi penerus Papa, cerdas bahasa. Sering ikut lomba menulis puisi dan membaca puisi. Kalau yang nomor empat, Bang Raka, sudah kelas IX di SMP Pondok Pesantren Al Irsyad 7 Tengaran Batu, bersama anak keenam-ku, si Alif.

    Sekian dulu ya cerita tentangku dan Mas Eko, bersama anak-anak dan cucu-cucu kami. 

     

     

    Kreator : Maryam Damayanti Payapo

    Bagikan ke

    Comment Closed: Cerita tentang Kami

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021