KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Cherry Blossom in the Sky Bab 1

    Cherry Blossom in the Sky Bab 1

    BY 14 Jan 2025 Dilihat: 170 kali
    Cherry Blossom in the Sky_alineaku

    Lantunan lagu terus berputar dari sound radio tua yang ada di sebuah ruangan berukuran 65X40 m² yang hanya dibatasi menuju ruangan kafe. Ruangan ini menyatu dengan tempat tinggal pemiliknya. 

               

    Semerbak aroma kopi begitu memekakkan hidung memenuhi ruangan itu. Terlihat Daniel, Melody, dan Gavin sedang asyik membereskan meja serta kursi. Tentu saja sudah menjadi tugas mereka sebagai pegawai. 

                 

    Mereka bertiga sudah sedari lulus SMA bekerja di kafe Love Story. Selain buat tambahan biaya kuliah, juga buat cari pengalaman. Serta mereka merasa pemilik kafe itu sangat baik dan sangat perhatian terhadap karyawannya sendiri. Juga memperbolehkan mereka kerja sambil kuliah. Apalagi kepada Daniel yang notabene adalah keponakan dari sang pemilik kafe. Makanya mereka merasa nyaman bekerja di tempat itu.

                     

    Walau Gavin terlahir dari keluarga yang berada, tapi ia sama sekali tidak pernah merasa malu bekerja sebagai pelayan kafe. Malah ia merasa bangga pada dirinya sendiri, bisa mandiri tanpa embel-embel nama keluarga besarnya. Juga ia ingin membuktikan kepada kedua orang tuanya bahwa ia juga manusia berguna serta bisa diandalkan, tidak seperti apa yang mereka katakan.

                  

    Waktu baru menunjukkan pukul sembilan lewat dua puluh tujuh, di mana masih belum ada satupun pelanggan yang datang sekedar membeli makanan, minuman, atau bersantai. Kebetulan memang jam segini kafe baru buka dan masih beres-beres. Jadi, wajar saja kalau masih terlihat sepi pengunjung.

                   

    Biasanya, sekitar jam makan siang atau jam istirahat sekolah. Banyak sekali orang-orang yang nongkrong di sini. Menikmati kopi atau memesan makanan ringan, bercanda, serta ber-selfie ria.

                   

    Apalagi anak-anak SMA yang letak sekolahnya berseberangan dengan kafe. Sudah pasti mereka yang  paling sering nongkrong di kafe itu. Juga itu SMA di mana dulu Daniel dan kedua sahabatnya bersekolah.

     

    ***

    “Permisi, Kak.”

                     

    Terdengar nyaring suara sapaan dari balik pintu bersekat kaca. Terlihat berdiri seorang anak laki-laki berseragam putih abu-abu, dia sangat unyu-unyu, berkulit putih, berbadan tinggi, dan terlihat sangat menggemaskan. Anak itu mengembangkan senyum tipisnya, yang membuat meleleh siapapun yang melihatnya. Termasuk mata Melody yang tak berkedip beberapa detik melihat keberadaannya.

                     

    Melody merasa bingung, entah apa yang sedang dilakukannya berdiri di depan toko seperti itu. Apa mungkin dia mau memesan kopi latte atau sepotong roti bakar mozarella. Menu yang menjadi andalan di kafe Love Story. Dua menu yang sangat bersejarah dalam hidup sang pemilik. Cerita masa lalu yang sangat indah dan takkan bisa terulang kembali.

                  

    Awalnya Melody mendengus kesal, seperti karyawan pada umumnya. Tapi, apa boleh buat. Namanya juga pelanggan ia harus melayani dengan baik dan ramah. Serta harus memberikan senyuman, agar pelanggan merasa nyaman nongkrong di sini. Tapi, kini kekesalannya berubah menjadi rasa penasaran. Melody perlahan meninggalkan aktivitasnya, lalu ia melangkah ke arah pintu depan.

                 

    Gadis itu segera membuka pintu kafe, meski dari dalam juga terlihat namun hanya samar-samar. Makanya ia buru-buru membuka pintu serta menyapa balik anak laki-laki yang merupakan siswa  SMA itu.

                    

    “Hai,” sapa Melody setengah terpaksa. 

     

    Sembari melambaikan tangan dan  mengulas senyum tipis. Melody menatap wajah anak SMA itu dengan heran, karena anak SMA itu tubuhnya terlihat gemetar serta pipinya pun mulai dihiasi kemerahan.

                   

    Anak SMA yang sedang berdiri di hadapan Melody hanya senyum-senyum malu sembari memainkan jari-jemarinya. Tak ada kata sedikitpun yang keluar dari mulutnya. Hal ini membuat Melody menghembuskan napas gusar. Tak lama setelahnya, anak SMA itu memberanikan diri untuk meminta sesuatu kepada wanita yang ada di hadapannya. Masih dengan senyuman malunya, juga masih dengan jari-jemarinya yang dimainkan.

               

    “Hai, Kak, aku nge-fans banget loh sama Kakak. Aku boleh minta foto nggak?” pinta si anak SMA itu.

                   

    Mendengar ucapannya yang tanpa basa-basi,  Melody tersentak kaget. Bisa-bisanya anak SMA itu meminta berfoto bersamanya, padahal ia bukan seorang artis atau pun selebgram. Melody belum mengeluarkan suara sedikitpun, tapi anak SMA itu sudah mengulurkan ponsel miliknya, yang dia ambil dari saku celananya. Lagi-lagi hal itu membuat Melody tersentak. 

    “Arghhhhh … gue, kan belum ngomong apa-apa, masa dia udah main nyodorin hp aja!” batin Melody merasa tak mengerti.

     

    Baru aja mau membuka mulutnya, tiba-tiba datang Gavin kayak jelangkung yang tak diundang kehadirannya. Laki-laki itu dengan cepat menyambar benda pipih dari genggaman anak laki-laki berseragam putih abu-abu itu. Sampai-sampai sang pemilik ponsel dan Melody terkejut secara bersamaan. Lalu menoleh kompak ke arah laki-laki yang baru saja datang di tengah percakapan mereka.

                  

    “Boleh, boleh banget. Asal, dengan satu syarat?” ucap Gavin.

     

    “Kamu boleh berfoto dengan Kak Melody,” matanya melirik wanita di sebelahnya. 

     

    “Asal, kamu beli salah satu minuman atau apapun yang kamu suka di sini. Sebagai tiket untuk berfoto sama idola kamu. Gimana, mau?”

                 

    Ucapan Gavin membuat Melody kesal. Terlihat beberapa kali mengangkat bahunya dan memainkan bola matanya. Menunjukkan kalau gadis itu tidak suka atas apa yang dilakukan Gavin. Hal ini yang selalu Melody hindari. Berkali-kali Melody menghembuskan napas dengan kasar. Tapi hal itu tak membuat Gavin mengurungkan niatnya. Walaupun ia tahu setelahnya akan terjadi sesuatu.

                  

    “Dih, apa-apaan sih, lo!” ringis Melody. Seraya meletakkan tanganya di depan dada dengan menunjukkan mimik muka kesal. Setelah diam saja kali ini Melody bersuara.

                    

    Sangat antusias dan tidak pikir panjang, anak SMA itu segera mengambil uang yang ada di saku celananya dengan penuh semangat.

     

    “Nih, kopi latte dingin satu.” 

                   

    Terlihat uang berwarna biru disodorkan ke arah barista laki-laki yang berdiri di sebelah Melody.  Dengan sigap, Gavin langsung mencomot uang itu tanpa basa-basi lagi. 

               

    “Lumayan, penglaris di pagi hari ini.” Gavin berseru pelan namun masih bisa terdengar oleh Melody.

                  

    Laki-laki berperawakan tinggi itu bergegas masuk ke dalam kafe dan segera membuat satu gelas kopi pesanan pembuka pagi ini. Bagi Gavin ini penglaris, tapi bagi Melody ini hal yang konyol. Dan, hal ini tentu saja mengundang amarah Melody membuncah.

                   

    “Lihat aja. Tunggu setelah bocah ini pergi dari hadapan gue!” Suara batin Melody bernada sebuah ancaman.

                    

    Anak SMA itu berdehem, menarik napas, lalu menghembuskannya secara perlahan. Ingin bersuara, tapi ada kecanggungan yang menguasai. Jadinya ia hanya bisa menunduk, serta sesekali tersenyum ke arah wanita di hadapannya. Tapi, detik berikutnya anak laki-laki SMA itu memberanikan diri untuk bersuara.

     

    “Makasih, ya, Kak.”

          

    “Iya, sama-sama,” balas Melody sekenanya. Tanpa menatap anak SMA yang ada di hadapannya.

     

     

    Kreator : Suryana

    Bagikan ke

    Comment Closed: Cherry Blossom in the Sky Bab 1

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021