KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Cherry Blossom in the Sky Bab 2

    Cherry Blossom in the Sky Bab 2

    BY 14 Jan 2025 Dilihat: 145 kali
    Cherry Blossom in the Sky_alineaku

    Beberapa menit kemudian. 

                   

    “Kopi latte dingin untuk pembeli pertama di hari yang cerah ini segera datang, untuk orang yang spesial!” seru Gavin sembari membawa segelas kopi pesanan pelanggan pertamanya. 

     

    “Nih, Tuan, silahkan dinikmati.” lanjutnya kembali, sembari menyodorkan gelas kopi dingin yang ada di tangannya.

     

    “Eh, sumpah ya, Gav! Lo alay banget tau! Jijik gue liatnya!” keluh Melody melihat tingkah Gavin yang menurut gadis itu sangat-sangat lebay.

     

    “Huuusstt … Berisik, lo!” balas Gavin tak mau kalah, sembari menutup mulut Melody yang sedang cemberut. 

     

    “Yang penting dia mau beli di sini, kan lumayan. Penglaris hari ini,” lanjutnya lagi.

     

    Setelah berucap seperti itu kepada Melody, barista laki-laki itu segera membuka kamera ponsel yang sedari tadi sudah berada di genggaman tangannya.

     

    “Iya, gitu. Deketan dikit napa, Mel! Iya, cakep tuh.” satu jempol teracung ke udara. Menandakan kamera siap membidik objek di depannya.

                

    “Satu, dua, tiga!” instruksi Gavin kepada dua orang yang ada di hadapannya.

                  

    Masih saja raut wajah Melody sama sekali tak berubah sedikitpun, masih seperti awal. Tapi tidak dengan anak SMA itu, dia tetap masih tersenyum. Suara dari hp yang dipegang Gavin begitu nyaring terdengar beberapa kali. Seraya anak laki-laki itu menginstruksikan model yang sedang berpose. Mirip seperti fotografer profesional.

                       

    Gavin merasa senang membidiknya, tapi tidak dengan Melody. Padahal terlihat jelas raut wajah Melody menunjukkan kekesalannya. Tangan Melody mulai mengepal, seakan ingin menghantam wajah barista laki-laki yang ada di hadapannya detik itu juga. Mungkin kalau tidak ada hukum, sudah pasti kepalan tangan itu sudah melayang ke area wajah Gavin. Bisa-bisa, dijadikan samsak tinju oleh Melody.

     

    ***

     

    Setelah selesai, laki-laki berseragam putih abu-abu itu langsung pergi dengan muka merah merona yang sangat kesenangan. Mungkin ia merasa bahagia bisa berfoto sama idolanya, Melody.

                

    Lelaki mana yang tidak tertarik dan jatuh hati akan kecantikan seorang Melody. Kulit putih, rambut hitam sedikit bergelombang. Dengan postur tubuh yang ramping dan sedikit agak tinggi. Siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh cinta.

                   

    “Cie yang abis foto sama fans. Fans apa calon pacar?” goda Gavin dengan nada mengejek, sembari mencolek bahu Melody. 

                 

    Dengan sigap Melody menghempaskan jauh-jauh tangan lelaki yang telah membuat darah di kepalanya naik secara drastis.

                    

    Terlihat sekali dari raut wajah Melody yang memerah, bibir yang menyungging, mata melotot. Pertanda ia sangat geram atas apa yang Gavin lakukan tadi. Melody mencoba mengoptimalkan pernapasannya yang sedikit tersendat gegara bocah tengik satu ini yang membuat pagi hari Leora kali ini begitu menyebalkan.

                     

    “Ini semua gara-gara, lo!” Melody mengalihkan pandangannya ke arah Gavin, serta jari telunjuknya lurus menunjuk dada bidang laki-laki di hadapannya. Melody sedikit kesal kepada Gavin, ia melampiaskan kekesalannya dengan cara marah-marah tepat di depan matanya Gavin. 

                      

    Kedua bola mata Melody membulat kemerahan, lalu maju beberapa langkah sehingga mereka  berdua jadi lebih dekat. Detik berikutnya, Melody mengangkat kedua tangannya dan meremas kerah baju laki-laki di hadapannya. Sehingga Gavin sedikit tertarik ke depan. Alhasil membuat mereka semakin dekat dan mata mereka saling tatap. Bagi Melody tatapan penuh kebencian, tapi tidak dengan Gavin yang mengartikannya ini semua sebuah keindahan. Momen langka yang jarang banget terjadi.

                    

    Napas keduanya memburu, lalu Melody memberikan bibir sinisnya, sedangkan Gavin mengulas senyum bahagia.

                         

    “Mel, lo kalau lagi marah, jadi makin cantik aja,” puji Gavin.

                         

    “Cih, modus banget lo!”

              

    Melody melepaskan cengkramannya dengan kasar, sehingga Gavin sedikit terhuyung. Setelahnya ia berkacak pinggang, lalu berucap kembali masih tepat di hadapan Gavin yang menunjukkan muka tanpa dosa. 

                      

    “Pokoknya, ini peringatan terakhir! Sampe lo kaya tadi lagi? Nggak segan gue … gue bakalan jadiin lo adonan donat.” Melody mempertegas ucapannya.

                   

    “Ihhh … atut!” Gavin memundurkan tubuhnya berapa langkah. 

     

    “Buset dah! kejam amat lo ama gue, Mel,” tambahnya setelah sedikit jauh dari gadis yang saat ini menjadi list yang akan ia kejar cintanya.

                    

    Gavin benar-benar terkejut dengan ancaman Melody. Tapi ia menyikapinya dengan santai serta terus mengukir senyum di bibirnya. Alih-alih takut, Gavin malah merasa senang. Meskipun tiap bertemu dengan Melody harus berdebat, itu tidak masalah baginya. Yang penting bisa bercanda dengan orang yang ia suka.

     

     

    Kreator : Suryana

    Bagikan ke

    Comment Closed: Cherry Blossom in the Sky Bab 2

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021