Yuda dan Yuna telah berjalan berhari-hari menyusuri jalur panjang Gunung Argopuro, yang terkenal sebagai trek terpanjang di Pulau Jawa. Keduanya adalah jurnalis lingkungan, yang sering kali bersama-sama meliput perjalanan di pelosok negeri, mengungkap kekayaan alam yang tersembunyi dan menceritakan kisah-kisah tak terjamah.
Suatu pagi yang dingin di Pos Cikasur, mereka duduk di pinggir tenda, menyaksikan kabut perlahan-lahan naik dari lembah, menyelimuti pemandangan. Percakapan mereka, yang dimulai dengan diskusi ringan tentang perjalanan, perlahan-lahan berubah menjadi pembicaraan yang lebih mendalam tentang cinta, alam, dan sejarah pegunungan yang mereka jelajahi.
Yuda: “Kamu tahu, Yuna, perjalanan ini selalu mengingatkanku pada sesuatu yang lebih besar dari sekadar fisik. Ada semacam keterhubungan antara kita dan alam yang sering terlupakan. Seperti cinta, yang sering kali kita anggap hanya urusan hati, padahal ia juga menyatu dengan alam, dengan cara yang misterius.”
Yuna: “Aku setuju, Yud. Alam ini seakan-akan menuntun kita untuk memahami cinta dalam bentuknya yang paling murni. Lihat saja Argopuro ini. Bukannya hanya tempat mendaki, tapi sebuah rangkaian sejarah dan mitos yang membentuk identitas kita. Gunung ini bukan sekadar batu dan tanah, tapi sebuah kisah panjang, seperti kisah cinta yang tumbuh dan berkembang.”
Mereka terdiam sejenak, meresapi kabut yang semakin pekat. Suara angin yang berbisik seolah menyampaikan rahasia dari puncak-puncak yang menjulang di atas mereka.
Yuda: “Aku pikir kita bisa belajar banyak dari Puncak Rengganis. Legenda Rengganis yang memilih mengasingkan diri di puncak ini karena cintanya yang tak berbalas, menggambarkan betapa cinta itu bisa menjadi pemandu, sekaligus penghancur.”
Yuna: “Rengganis, ya. Seorang putri yang kuat, yang menolak tunduk pada kekuasaan cinta yang tak sejalan dengan hatinya. Dia memilih kesunyian daripada menyerah pada cinta yang tak sesuai dengan prinsipnya. Ini adalah pengingat bahwa cinta sejati harusnya selaras dengan siapa kita sebenarnya, bukan hanya mengikuti apa yang diinginkan oleh orang lain.”
Yuda: “Dan, lihatlah Argopuro sendiri. Gunung yang namanya berarti ‘Kota Sejati’. Puncaknya melambangkan kesempurnaan dan ketenangan. Aku merasa, seperti Argopuro yang tenang namun kokoh, cinta yang sejati juga seharusnya begitu. Tenang, kokoh, tapi juga memberikan kedamaian.”
Yuna memandang Yuda, mata mereka bertemu sejenak sebelum Yuna mengalihkan pandangannya kembali ke kabut yang menari di atas lembah.
Yuna: “Ketenangan dalam cinta… seperti yang kita rasakan di sini, di antara puncak-puncak yang hening. Cinta itu bukan hanya tentang gairah, tapi juga tentang kedamaian, rasa aman, dan saling memahami. Seperti Argopuro yang tenang namun penuh misteri, cinta juga penuh dengan lapisan-lapisan yang butuh waktu untuk dijelajahi.”
Yuda tersenyum, merasa seolah-olah pembicaraan mereka semakin menyatukan mereka dengan alam di sekitar. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan, menuju Puncak Hyang, puncak tertinggi di Argopuro.
Di tengah perjalanan, ketika mereka mendaki menuju puncak, Yuda kembali membuka percakapan.
Yuda: “Yuna, aku pernah membaca bahwa Hyang dalam bahasa Jawa kuno berarti ‘dewa’ atau ‘suci’. Puncak ini bisa saja menjadi simbol dari cinta yang suci, cinta yang berada di atas segalanya, seperti bagaimana puncak ini berdiri di atas seluruh lanskap.”
Yuna: “Iya, cinta yang suci… Cinta yang mengangkat kita ke tempat yang lebih tinggi, mengingatkan kita pada nilai-nilai yang lebih besar. Tapi seperti mendaki Hyang, cinta seperti itu butuh usaha, keberanian, dan kesabaran. Kadang kita harus melewati kabut, jalan berbatu, dan rintangan lain untuk mencapainya.”
Perlahan-lahan, mereka mendekati puncak. Yuda berhenti sejenak, mengambil nafas panjang, sementara Yuna berdiri di sampingnya, memandang ke arah cakrawala yang samar-samar terlihat di kejauhan.
Yuda: “Kadang aku berpikir, apa semua ini hanya kebetulan, Yuna? Perjalanan yang kita lakukan, gunung-gunung yang kita daki, dan sekarang, di sini, kita berbicara tentang cinta dan alam. Mungkin ini cara alam untuk mengajarkan kita tentang kehidupan, tentang bagaimana cinta itu seharusnya—tak pernah memaksakan, selalu berjalan berdampingan dengan alam, dengan tenang, namun penuh makna.”
Yuna: “Aku percaya alam punya caranya sendiri untuk menyampaikan pesan, Yud. Cinta itu seperti alam, tak pernah tergesa-gesa, tak pernah memaksa, dan selalu memberikan ruang bagi kita untuk tumbuh. Seperti puncak-puncak ini, yang menunggu dengan sabar sampai kita siap untuk mencapainya.”
Ketika akhirnya mereka tiba di Puncak Hyang, keduanya terdiam. Hanya ada suara angin yang berhembus pelan, dan kabut yang perlahan-lahan mulai menghilang, memperlihatkan pemandangan yang indah di sekeliling mereka.
Yuda: “Yuna, mungkin di sini, di puncak ini, aku bisa mengerti apa arti cinta yang sesungguhnya. Bukan tentang memiliki, tapi tentang menyatu dengan sesuatu yang lebih besar dari kita, seperti bagaimana kita menyatu dengan alam ini.”
Yuna tersenyum, menatap Yuda dengan lembut.
Yuna: “Cinta yang sejati, Yud, adalah ketika kita bisa berdiri bersama, menikmati keindahan ini tanpa kata, tapi tahu bahwa kita tidak pernah sendirian.”
Mereka berdua duduk di puncak itu, merasakan kehangatan dari kebersamaan yang tak perlu diungkapkan dengan kata-kata. Di atas segalanya, di antara puncak-puncak yang abadi, cinta mereka menyatu dengan alam yang mengelilinginya, mengukir sebuah kisah yang akan selalu mereka kenang.
Di atas puncak gunung yang tinggi, kabut turun perlahan, membelai lembut, menyelimuti lembah dalam pelukan dingin, seakan alam berbisik dalam bahasa cinta.
Embun jatuh dari langit senja, menyentuh dedaunan, membawa pesan pagi, menyatu dengan hati yang penuh cinta, menghidupkan harapan dalam keheningan…
Di bawah naungan awan yang temaram, kabut menyelimuti setiap sudut lembah, seperti kasih yang merengkuh tanpa batas, membawa damai bagi jiwa yang lelah…
Oh, betapa indahnya kabut dan embun ini, seperti cinta yang turun dari ketinggian, mengalir lembut, tanpa suara, tanpa desah, menjelma menjadi keindahan yang abadi.
Perjalanan ke alam dapat menginspirasi pemahaman yang lebih mendalam tentang cinta, melalui filosofi yang diambil dari perjalanan mendaki dan legenda yang terkait dengan puncak-puncak di Gunung Argopuro.
Kreator : Mariza
Comment Closed: Cinta di Antara Puncak dan Kabut
Sorry, comment are closed for this post.