KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Cinta di Puncak Sumbing

    Cinta di Puncak Sumbing

    BY 21 Agu 2024 Dilihat: 130 kali
    Pendakian melepas kegalauan hati di Rinjani_alineaku

    Andy dan Indina telah merencanakan pendakian ini selama berminggu-minggu. Jalur pendakian Gunung Sumbing yang baru dibuka dari Basecamp Batursari, dekat Kledung, Wonosobo, begitu menggoda. Jalur ini lebih sepi, lebih alami, dan kata orang-orang, melewati hutan yang magis. Tapi bagi Andy dan Indina, itu justru menambah tantangan dan keseruan. Mereka berdua memang pecinta petualangan, dan kali ini, pendakian ini juga menjadi momen yang akan mendekatkan mereka lebih dari sekadar teman mendaki.

     

    Andy: “Din, katanya hutan di sini magis. Kalau tiba-tiba kita ketemu peri hutan atau jin, apa yang bakal kamu lakukan?”

     

    Indina (tertawa): “Ah, aku bakal minta nomor WhatsApp mereka dulu. Kan, siapa tahu bisa kita undang pas acara kumpul-kumpul di basecamp nanti.”

     

    Andy: “Boleh juga, ya! Nanti kita ajak mereka nyanyi bareng di puncak. Tapi serius, nih, Din, aku deg-degan juga sama cerita mistis di sini. Jangan-jangan kamu yang magis, bisa bikin orang klepek-klepek di gunung.”

     

    Indina (menggoda): “Oh, jadi kamu yang klepek-klepek sekarang? Baru juga naik gunung sekali ini sama aku.”

     

    Mereka berdua tertawa sambil terus mendaki. Hutan yang mereka lewati memang terasa berbeda—terdengar suara-suara aneh di kejauhan, mungkin binatang, mungkin angin. Namun, suasana ceria di antara mereka membuat segala kekhawatiran terasa jauh.

     

    Andy: “Din, sebenarnya aku tuh suka filosofi hidup yang ringan. Kalau ada masalah, ya, selesaikan dengan santai. Kalau berat, lempar aja ke semesta. Seperti mendaki ini, yang penting dinikmati. Kalau ketemu jalan terjal, ya, pelan-pelan. Kalau capek, ya, istirahat. Nggak usah dipaksain.”

     

    Indina: “Iya, setuju banget! Aku juga percaya kalau hidup ini nggak perlu terlalu serius. Kadang kita sibuk ngejar hal-hal yang nggak penting sampai lupa menikmati momen. Kayak sekarang, kita di sini, jauh dari hiruk pikuk kota, cuma ada kita, alam, dan canda tawa. Kalau kamu pikir-pikir, ada yang lebih indah dari ini?”

     

    Andy: “Nggak ada, Din. Dan tahu nggak, kadang aku mikir, cinta itu juga kayak mendaki gunung. Butuh perjuangan, kadang bikin capek, tapi kalau kita nikmati prosesnya, puncaknya bakal terasa lebih indah. Tapi aku yakin, di pendakian kali ini, aku nggak cuma bakal nemuin puncak gunung, tapi juga sesuatu yang lebih.”

     

    Indina (tersenyum): “Wah, mulai serius, nih. Awas, loh, jangan sampai jatuh di sini, apalagi kalau jatuh cinta. Susah bangunnya.”

     

    Mereka terus mendaki, menikmati setiap langkah yang membawa mereka semakin tinggi. Sampai di Pos 3 Sipetung, jalur mulai semakin menantang. Tiba-tiba, langkah Indina terpeleset, dan dia terjatuh dengan keras. Sebenarnya mereka memang berniat mendirikan tenda di pos 3 dan bermalam menikmati awan yang berarak di ketinggian ini, sekaligus menatap puncak Sumbing dan Sindoro.

     

    Andy (khawatir): “Din, kamu nggak apa-apa? Sakit nggak?”

     

    Indina (menggigit bibir menahan sakit): “Aduh, sakit juga sih. Tapi kayaknya nggak parah. Cuma kaget aja. Untung ada kamu yang bisa nolongin, ya.”

     

    Andy: “Jangan takut, aku di sini. Lagian, kita ini tim. Kalau satu cedera, yang lain bantu. Nih, coba duduk dulu, aku periksa kakinya.”

     

    Andy dengan cekatan memeriksa pergelangan kaki Indina. Meski ada sedikit bengkak, ia mencoba tidak menunjukkan kekhawatirannya.

     

    Andy: “Kelihatannya sih nggak parah, Din. Tapi kamu harus hati-hati. Kalau mau, kita bisa istirahat dulu sampai kamu merasa lebih baik.”

     

    Indina: “Beneran, aku bisa jalan lagi, kok. Lagian, siapa yang bakal nolongin kamu kalau aku nggak bisa jalan? Masa cowok segagah kamu butuh bantuan?”

     

    Andy (tertawa): “Hey, aku nggak malu minta bantuan. Toh, kalau kamu yang nolong, lebih seneng lagi. Lagian, siapa tahu, di puncak nanti, kita bisa saling bantu, bukan cuma soal fisik.”

     

    Indina (menggodanya): “Hmmm, kayaknya di puncak nanti bakal ada momen spesial, ya? Oke deh, besok kita jalan lagi, tapi kamu harus janji kalau kita bakal pelan-pelan aja.”

     

    Andy: “Deal! Kita nikmati saja perjalanannya, nggak usah buru-buru. Toh, yang penting bukan puncaknya, tapi kebersamaan kita, kan?”

     

    Keesokan paginya saat embun masih membasahi perkemahan Pos 3, mereka melanjutkan perjalanan dengan langkah yang lebih hati-hati. Sesekali, mereka berhenti untuk menikmati pemandangan atau bercanda, membicarakan hal-hal yang ringan tapi penuh makna. Semakin mendekati puncak, semakin terasa keakraban di antara mereka.

    Berkata Andy dalam hatinya: “Sepertinya, saat ini aku baru menyadari karena, sang mentari yang muncul di ufuk timur itu masih kalah sinarnya dengan ucapan selamat pagi darimu tadi pagi.”

    Andy: “Din, lihat deh, itu puncaknya. Nggak nyangka ya, kita sampai juga di perjalanan panjang ini dan menjadi lebih bermakna karena kamu ada di sini.”

    Indina: “Iya, Andy. Aku juga ngerasa, pendakian ini bukan cuma soal sampai di puncak, tapi soal perjalanan bareng kamu. Aku senang bisa punya teman kayak kamu, yang selalu bikin aku tertawa meski di saat sulit.”

     

    Di Puncak Sejati dan Puncak Rajawali, mereka berdua berdiri bersebelahan, menatap keindahan alam yang terbentang di depan mata mereka. Di saat itu, tanpa banyak kata-kata, mereka tahu bahwa perasaan di “Sepertinya, saat ini aku baru menyadari karena, sang mentari yang muncul di ufuk timur itu masih kalah sinarnya dengan ucapan selamat pagi darimu yang akan selalu kau perdengarkan di telingaku setiap hari.”

     

    Andy: “Din, kalau cinta itu adalah perjalanan, aku senang bisa menjalani perjalanan ini sama kamu. Mungkin kita nggak tahu apa yang ada di depan, tapi yang pasti, selama kita bareng-bareng, semua akan terasa lebih ringan.”

     

    Indina (tersenyum lembut): “Aku juga ngerasa hal yang sama, Andy. Mungkin kita nggak selalu ada di jalan yang mulus, tapi selama kita saling mendukung, aku yakin kita bisa sampai di puncak yang lebih tinggi.”

     

    Mereka saling tersenyum, merasakan kehangatan yang melingkupi hati mereka di tengah dinginnya udara puncak Sumbing. Perjalanan ini, dengan segala tawa dan cedera kecilnya, telah mengajarkan mereka bahwa cinta bisa ditemukan di tempat-tempat yang tak terduga, dan bahwa kebahagiaan sering kali datang dari hal-hal sederhana—seperti perjalanan menuju puncak bersama seseorang yang kita cintai.

    Andy perlahan menyanyikan rasa hatinya: “Jangan khawatir, ketika mendaki, bukan puncak tertinggi yang menjadi tujuan utamaku. Pendakianku kulakukan untuk pulang, untuk kembali kepada pelukan hangatmu, Indina pujaan hatiku”. Uhuuyy…

     

     

    Kreator : Mariza

    Bagikan ke

    Comment Closed: Cinta di Puncak Sumbing

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021