Pernikahan adalah perjalanan pembuktian cinta dan juga perjalanan spiritual yang penuh makna dan tanggung jawab.
Perjalanan pernikahan Kalaya dan Renggana tidaklah mulus. Banyak aral melintang juga tikungan tajam namun tidak menyurutkan langkah keduanya mengarungi bahtera pernikahan. Long distance marriage yang keduanya jalani ibarat bahtera kapal yang sedang dinahkodai melewati lautan lepas yang tidak terlihat ujungnya.
Tahun ini bagi Kalaya Putri Mahesa adalah tahun penuh rasa syukurnya atas karunia hidup penuh keberkahan dari Sang Pemilik Kehidupan. Manis getirnya membangun keluarga sudah Kalaya lalui selama bertahun-tahun. Ia kini adalah seorang ibu dengan tiga buah hati yang mulai beranjak remaja. Rasa bangga menyelimuti Kalaya karena ketiga buah hatinya tumbuh dengan baik menjadi pemuda-pemudi yang membanggakan kedua orang tuanya. Membesarkan mereka tidaklah mudah bagi Kalaya mengingat pernikahan yang Kalaya jalani tidak seperti pernikahan pada umumnya.
Pernikahan jarak jauh yang dijalani Kalaya dan Renggana sudah berlangsung belasan tahun lamanya. Pekerjaan Renggana di bidang eksplorasi sumber daya mineral mengharuskan ia bekerja di Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan Kalaya dan ketiga buah hatinya menetap di Jakarta tempat Kalaya lahir dan dibesarkan. Walaupun Kalaya dan ketiga anaknya tidak tinggal serumah dengan Renggana sang Ayah tapi mereka tetap menjadi keluarga harmonis selayaknya keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
Komunikasi mereka tetap terjalin dengan baik. Renggana tetap memantau perkembangan ketiga buah hatinya walaupun tinggal berjauhan. Begitu pula hubungannya dengan Kalaya, sang istri. Hampir setiap hari Renggana akan menghubungi Kalaya untuk menanyakan kabar dan kebutuhan Kalaya. Terpenuhinya segala kebutuhan dan kebahagiaan Kalaya selalu menjadi prioritas bagi Renggana.
Tampaknya, keluarga Kalaya dan Renggana harus bersyukur dengan perkembangan dunia teknologi. Era digitalisasi dan globalisasi saat ini memudahkan mereka mengkomunikasikan kehidupan keseharian mereka secara real time.
Jikalau dahulu sebelum berkembangnya teknologi dan digitalisasi maka kesempatan untuk berkomunikasi secara terbuka dan luas membutuhkan perangkat dan ongkos yang mahal. Namun, kini semua dapat diakses dengan mudah dan murah. Tak jarang Kalaya dan Renggana bercakap berjam-jam dengan biaya yang sangat terjangkau. Akses jaringan juga sangat memadai di era digitalisasi ini.
Sosial media juga menjadi alat mengeratkan harmonisasi hubungan keluarga mereka. Setiap bentuk kegiatan dapat segera di posting sehingga perbedaan jarak dan waktu hampir tidak terasa sama sekali. Seringkali apapun kejadian yang dialami sang buah hati dapat langsung Renggana ketahui secara real time tanpa kendala sama sekali. Begitu juga sebaliknya, kesibukan dan kegiatan Renggana dapat terpantau 24/7. Hidup terasa dekat walau secara fisik pada kenyataannya berjauhan.
Dua bulan yang lalu, bertambahlah usia Kalaya memasuki angka ke-43 tahun. Melalui pesan WhatsApp, Renggana menyematkan ucapan selamat atas bertambahnya usia sang istri tercinta juga ucapan terima kasih sudah mendampingi dirinya selama 18 tahun dalam suka dan duka. Renggana berjanji untuk pulang secepatnya agar bisa merayakan ulang tahun Kalaya yang sudah terlewat. Bagi Kalaya, perayaan ulang tahun tidaklah menjadi sumber kebahagiaan yang utama. Baginya, keselamatan dan kesehatan Renggana jauh lebih penting dari segala hal di dunia ini.
Boleh jadi inilah kunci harmonisasi keluarga Kalaya dan Renggana yang walaupun menjalani pernikahan jarak jauh namun tetap penuh cinta dan kasih sayang. Apa saja resep ketangguhan pernikahan Kalaya dan Renggana. Faktor perekat hubungan antara Kalaya dan Renggana antara lain; pertama, kesamaan pemikiran tentang pernikahan yang akan di bangun. Kedua adalah kesetiaan dan kesepakatan atau konsensus bahwa hubungan intim hanya boleh dilakukan oleh pasangan satu-satunya istri atau suami yang sah dinikahi secara agama dan negara. Dan faktor ketiga adalah sikap dewasa dalam mengelola konflik. Kalaya dan Renggana juga meminimalisir rusaknya hubungan pernikahan mereka dengan cara berkomunikasi yang baik dan sopan, merajut keintiman secara intens dan memaksimalkan tanggung jawab secara penuh. Walaupun berjauhan, Renggana tidak melakukan tindakan pengabaian terhadap Kalaya dan ketiga buah hatinya begitu pun sebaliknya. Kalaya dan ketiga buah hati mereka tidak pernah abaikan kondisi Renggana, sang Ayah tercinta.
Bagi Kalaya dan Renggana, faktor utama dalam membangun keluarga harmonis dengan pernikahan jarak jauh seperti mereka adalah timbulnya keinsafan dari setiap individu di dalam keluarga bahwa mereka hidup atas nama cinta dari Sang Maha Cinta. Allah Ta’ala, Sang Penggenggam Jiwa Manusia.
Cinta tertinggi bukan milik Kalaya dan Renggana atau cinta kepada anak-anaknya saja. Tapi, rasa cinta ditempatkan pada posisi yang paling mulia di sanubari setiap insan kepada Sang Maha Cinta. Keluarga Kalaya dan Renggana memahami betul kehidupan dunia yang sementara sedangkan kehidupan akhirat akan selamanya. Hal ini menyadarkan seluruh anggota keluarga bahwa mereka menghendaki menjadi keluarga tidak hanya di dunia, tapi sampai di surga nanti.
Tujuan akhir yang sangat mulia inilah menghadirkan rasa tanggung jawab tidak hanya bagi Renggana sang kepala keluarga tapi juga bagi Kalaya dan anak-anak mereka. Muncul kesadaran autopilot dari setiap anggota keluarga untuk menjalin harmonisasi dalam bentuk cinta yang tak terbatas. Dalam hal ini tidak hanya saat ini di dunia, tapi akan terjalin sampai di pintu surga. Doa senantiasa dilangitkan oleh Kalaya dan Renggana agar keluarga mereka mencapai cita-cita yang diharapkan.
Hikmah dari ini semua adalah bahwa perjalanan pernikahan adalah perjalanan pembuktian cinta dan perjalanan spiritual karena pernikahan adalah rangkaian ibadah terpanjang yang dijalani setiap insan yang mengatasnamakan cinta di atas cinta.
Kreator : Yulita Pratiwi Dewi
Comment Closed: Cinta Tanpa Batas : Mengarungi Pernikahan Jarak Jauh Selama 18 Tahun
Sorry, comment are closed for this post.