Anton seorang anak tunggal. Dia baru kelas 1 SD. Dia lahir dan dibesarkan di sebuah desa yang sejuk, nyaman, dan tenang. Saat orang tuanya bekerja, dia ditemani oleh neneknya. Mereka satu rumah, sejak kakeknya meninggal.
Anton lebih dekat dengan neneknya daripada dengan orang tuanya. Karena sehariannya lebih lama bersama neneknya. Belajar, mengerjakan PR, bahkan tidur pun sama neneknya pula. Kadang membuat iri dan ejekan cucu-cucu yang lainnya.
“Ton…ini uang jajannya. Belajar yang baik, ya! Mama berangkat kerja dulu,”kata mamanya.
“Ya, Ma. Terimakasih,”jawabnya. Lalu dia menyalami mama dan bapaknya yang akan berangkat kerja.
Ibu dan bapak Anton bekerja di sebuah perusahaan, letaknya agak jauh, beda kecamatan. Maka mereka berangkat lebih pagi, sebelum Anton berangkat sekolah.
“Nek…Anton mau sekolah. Minta uang, Nek,” katanya.
“Kan sudah dikasih mamanya,” jawab nenek.
” Hanya Rp. 5.000,00. Takut kurang …. Nanti kalau lebih, dikembalikan Nenek lagi,” jawab Anton.
Kemudian nenek memberi lagi uang jajan, sama besarnya dari mamanya. Anton senang sekali menerimanya. “Terimakasih, Nek. Anton berangkat sekolah dulu.”
Anton ke sekolah bersama tetangga sebelah. Dia sudah kelas 3. Mereka berjalan kaki. Karena jaraknya dekat sekitar 400 meter. Sepanjang jalan mereka bercanda, tertawa, dan tak terasa sudah sampai ke sekolah.
Sesampainya di sekolah Anton langsung jajan. Jajanan lebih banyak dari temannya. Melihat jajanan temannya habis , dia memberikan sebagian jajanannya.
Bel berbunyi, semua siswa berbaris di depan kelasnya masing-masing. Ibu dan bapak guru sudah siap menyambut kedatangan siswa. Anton memasuki kelasnya. Anton mengikuti pembelajaran dengan tekun. Kelas 1 dan 2 pulangnya lebih awal, karena hanya 4 jam pelajaran setiap harinya.
Anton dengan riang gembira pulang bersama temannya. Sesampai dirumah dia langsung main, dengan mainan yang baru dibelinya. Neneknya ngomel-ngomel karena Anton belum ganti pakaian.
Jajan di sekolah tidak cukup. Di rumah pun memintanya pula. Karena nenek sayang cucunya, segala permintaan Anton hampir selalu dipenuhi. Ini semua, tanpa sepengetahuan ibu bapaknya.
Saat Anton kelas 4, neneknya ingin nengok cucunya di Jambi. Nenek dijemput omnya, adik mamanya. Dia minta uang ke omnya kalau neneknya dibawa pergi. Omnya pun menyanggupinya, walaupun tidak sesuai yang dimintanya.
Selama neneknya pergi, Anton berkurang uang jajannya. Dia minta tambahan pada mamanya. Mamanya memberi tidak sesuai dengan keinginannya. “Mama pelit… Kalau ada nenek, aku selalu dikasih apa yang aku mau,” kata Anton.
Mamanya sangat kaget. Jadi selama ini, neneknya memanjakan anaknya dengan uang. Anton tidak pernah bercerita dan neneknya pun tidak pernah memberitahunya. Dia kira Anton jajan dari uang yang diberikannya.
Selama neneknya di Jambi. Mama dan Bapak Anton lebih dekat dan lebih perhatian. Sebelum tidur mamanya suka bercerita. Anton mendengarkannya, walau kadang protes tidak seseru cerita neneknya. Mamanya dengan sabar dan sayang, meninabobokan anaknya dengan cerita sarat pesan moral yang baik. Perlahan-lahan Anton menyukai cerita-cerita dari mamanya.
Setelah 3 bulan, neneknya datang. Anton sangat senang sekali. Anton banyak bercerita selama ditinggal neneknya. “Nek…sekarang Anton berani tidur sendiri,. Anton tidak tidur dengan nenek lagi, “ Anton mengakhiri ceritanya. Nenek memeluk Anto dengan erat. Nenek tersenyum bahagia mendengar cerita Anton.
Pancaran cahaya mentari menyambut datangnya pagi nan cerah. Anton sudah sarapan dan berpakaian rapi, siap sekolah. “Nek, Anton berangkat sekolah,” katanya.
“Wow.. gantengnya cucu nenek. Belajar yang rajin, ya! Ini uang jajannya,’’ jawab nenek sambil memberikan uang pada Anton.
“Gak, Nek. Sudah dikasih mama,” jawabnya.
“Gak apa-apa. Ini tambahin sama nenek,” kata neneknya.
“Sudah dikasih Rp. 12.000,00, yang Rp 5.000,00 ditabung sisanya untuk jajan. Cukup sampai sore. Sampai mama pulang,” jawab Anton.
Anton menyalami neneknya. Nenek memandang penuh haru dan bangga. Banyak perubahan pada Anton selama ditinggalkannya. Dia menyadari selama ini terlalu memanjakan Anton.
Kreator : N. Ai Kusumawati
Comment Closed: Cucu Tersayang
Sorry, comment are closed for this post.