KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Dalam Himpitan kehidupan

    Dalam Himpitan kehidupan

    BY 25 Okt 2024 Dilihat: 243 kali
    Dalam Himpitan kehidupan_alineaku

    “Bu Darmi … Bu Darmi …” Aku memanggil pemilik rumah sambil mengetuk pintu rumah.

    “Iya, Bu Kasim?” tanya Bu Darmi ketika pintu sudah dibuka.

    “Saya ada perlu, Bu. Boleh saya masuk?”

    “Oh … Silahkan, Bu Kasim.”

    “Bu Darmi, maaf sebelumnya saya mengganggu. Bu Darmi, saya boleh meminta sedikit daun kelor yang ada di pekarangan samping Ibu?”

    “Boleh Bu Kasim, silahkan ambil. Untuk sayur ya?”

    “Iya, Bu Darmi.”

    “Bapaknya anak-anak minta disayurkan, katanya seret makan kering-kering. Tadi siang mau beli ikan dan sayur tapi uang kami menipis.” jelas Bu Kasim tertunduk sedih.

    Sudah sebulan beberapa tetangga di sekitar kami yang berprofesi sebagai nelayan tak bisa turun ke laut. Cuaca pada malam hari tak begitu bersahabat, hujan lebat turun, tiupan angin kencang di kegelapan malam, seolah-olah memberi tanda bahwa alam sedang tidak baik-baik saja. 

    Suamiku, Pak Hasan, dan beberapa tetangga yang lain bekerja sebagai nelayan yang menggantungkan rezekinya pada laut. Sebulan bukan waktu yang singkat untuk menghidupi keluarga kami. Berbagai upaya dilakukan agar asap dapur terus mengepul. 

    “Tunggu sebentar ya, Bu Kasim.” kata Bu Darmi berlalu masuk ke kamar.

    “Ini pakai dulu, Bu Kasim.”

    “Tidak, Bu. Kami hanya minta beberapa batang sayur kelor, Bu Darmi.”

    “Sudah tidak apa, Bu Kasim. Pakai saja dulu,” kataku lagi.

    “Terima kasih, Bu Darmi. Insya Allah, saya akan segera mengembalikannya jika Bapaknya sudah melaut lagi.”

    “Jangan dipikirkan, Bu Kasim. Pakai saja untuk kebutuhan yang lain.”

    Bu Darmi adalah seorang guru yang menjadi tetangga kami. Orangnya ramah dan murah hati. Di setiap Hari Raya, baik Hari Raya Idul Adha maupun Hari Raya Idul Fitri, ada saja yang kami dapatkan dari Bu Darmi. Baik berupa makanan ataupun minuman.

    “Saya permisi, Bu Darmi.”

    Bu Darmi membalasnya dengan senyuman dan menunjukkan tempat pohon kelor yang akan Aku petik.

    ***

    Gelap membungkus heningnya malam. Rembulan muncul dengan sempurna dan gemintang bertaburan. Rumah-rumah di sekitar kami sudah nampak sepi. Cuaca malam ini sedikit membaik dibanding malam-malam sebelumnya. 

    Pak Kasim memulai obrolan denganku, “ Bu, sepertinya angin masih belum begitu bagus. Bapak perlu menunggu beberapa hari lagi untuk melaut.”

    Sambil tersenyum dan mengelus tangan suamiku, “Iya Pak. Terlalu beresiko untuk melaut saat ini.”

    Kulihat mata suamiku berkaca-kaca, tak lama lagi tetesan air bening itu jatuh. Pemandangan ini sangat jarang kulihat. Suamiku pasti memikirkan persediaan makanan yang sudah mulai habis satu per satu. 

    “Bu, yang sabar ya,” dengan suara parau suamiku berkata.

    “Iya, Pak. Tak perlu dipikirkan terlalu berat, yakinlah Allah SWT akan memudahkannya.”

    “Ini kali waktu yang terpanjang untuk tidak pergi melaut. Bapak sangat prihatin. Anak-anak butuh biaya sekolah, uang jajan, Ibu juga butuh untuk belanja makanan.”

    “Ibu akan berusaha untuk memenuhinya. Tetangga kita, Bu Darmi, mengulurkan tangannya untuk membantu kita, Pak.”

    “Ibu jangan sering-sering, Bapak malu.”

    “Iya, Pak. Ibu ngerti. Mau bagaimana lagi, Bu Darmi sendiri yang menawarkan kepadaku.”

    “Baiklah, Pak. Ibu tidak akan sering-sering minta ke tetangga. Mari beristirahat dan jangan lupa berdoa semoga hari esok cuaca sudah membaik dan Bapak bisa melaut secepatnya.”

    Aku selalu mengandalkan doa di setiap kondisi apapun. Bagiku, doa adalah saat aku berkomunikasi kepada Sang Maha Pemberi rezeki. 

    ***

    Hari ini hari ke-32 suamiku tak melaut. Aku ke luar rumah dan mengarahkan pandanganku ke langit. Cukup cerah, angin bertiup sepoi-sepoi dan daun pohon kelapa di belakang rumah gemerisik ringan, menjanjikan cuaca mulai membaik.

    “Ya Allah, inikah jawaban atas doa yang kami panjatkan di setiap pagi dan malam?”

    Cuaca membaik sampai siang hari. Malam ini suamiku dan Pak Hasan serta para tetangga yang berprofesi sebagai nelayan pergi melaut. Perahu mereka meninggalkan pantai dengan tenang. 

    Waktu tiga hari mereka habiskan di tengah laut untuk mencari ikan dan hari ini hari keempat. Ketika fajar merekah, perahu-perahu mereka menuju pantai dan dengan wajah ceria mereka mulai menggantang dan menimbang hasil tangkapan mereka yang lumayan banyak, segera mereka membawa untuk dijual ke pasar. Suamiku dan beberapa tetangga pulang dengan membawa keceriaan. Mereka disambut para anggota keluarga dengan gembira begitu pula aku dan anak-anak. Sekali lagi, aku memanjatkan doa syukur di dalam hati.

    ***

    “Hidup indah saat kita bersyukur dalam kondisi apapun.”

     

     

    Kreator : Indarwati Suhariati Ningsi

    Bagikan ke

    Comment Closed: Dalam Himpitan kehidupan

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021