Aku bekerja di tempat yang mungkin tidak banyak orang ingin kerjakan: rumah duka. Namun, pekerjaan ini telah memberiku pengalaman berharga dan mengajarkanku tentang arti kehidupan.
Di rumah duka ini, setiap hari, aku bertemu dengan orang-orang yang sedang berduka, ditinggalkan orang tercinta. Entah itu orangtua sendiri atau mertua, saudara kandung atau saudara sepupu, tetangga rumah, teman di waktu sekolah dan kuliah, atau mungkin mantan kekasih yang mendahului pergi selamanya.
Bicara soal kematian yang memisahkan kita dari yang tercinta, aku teringat dialog di drama teromantis di sepanjang zaman, karya sastrawan Inggris William Shakespeare, yaitu Romeo and Juliet. Dalam suatu adegan, di depan pusara Juliet putrinya, Bunda Ratu mengatakan, “Sweet to the sweet farewell.” (terjemahan W.S. Rendra: yang cantik dan yang molek, pergilah!). sebuah ungkapan kesedihan juga keikhlasan seorang ibu yang ditinggal putri tercinta untuk selamanya.
Kepada keluarga-keluarga berduka yang bertemu denganku, aku harus membantu mereka melewati masa-masa sulit itu. Tapi, di balik kesedihan dan kehilangan, aku menemukan makna dan tujuan dalam pekerjaan ini.
Setelah seharian bekerja di rumah duka, aku memiliki kegiatan lain yang mungkin tidak banyak orang tahu: aku menjadi driver taksi online.
Setiap sore, setelah pulang kerja pukul 16, aku balik ke kost di dekat tempat kerja untuk beristirahat sejenak. Setelah rebahan, tidur sebentar, aku bangun lalu mandi. Usai mandi aku mengambil mobil yang aku parkir di tempat kerja. Tempat kerjaku ini mempunyai lahan parkir yang luas, sehingga aku leluasa dan aman meninggalkan mobil di parkiran sampai berhari-hari.
Aku siap di belakang kemudi. Menghidupkan aplikasi taksi online, menunggu orderan masuk. Biasanya tidak sampai 15 menit, orderan masuk. Oke, siap, aku bergerak menjemput penumpang. Ke luar area tempat kerjaku berbelok ke kiri atau ke kanan, masuk Jalan nasional yang selalu macet pada setiap sore. Maklum jalan ini merupakan jalur padat lalu lintas, karena berada di kawasan industri. Banyak truk besar melewati jalan trans Jawa untuk masuk tol melalui pintu tol Bitung, mengarah ke pelabuhan Tanjung Priok atau luar kota untuk mengantar barang untuk diekspor.
Aku mencari orderan di wilayah Ibukota, sedari pukul 17.00 hingga pukul 21.00 mengaspal di jalanan. Yang paling sering aku memutar Karawaci mall yang banyak penumpang. Sekali narik, cukup dua atau tiga orderan, aku kembali ke kost untuk istirahat. Dan besoknya berangkat dengan berjalan kaki, pagi pagi ke tempat kerja.
Kesepian
Aku melakukan ini (jadi driver taksi online) bukan hanya untuk mendapatkan penghasilan tambahan, tapi juga untuk mengisi waktu kosong dan mengatasi kesepian di tempat kost.
Menjadi driver taksi online telah membawaku bertemu dengan banyak orang dari berbagai kalangan. Aku bertemu dengan mahasiswa yang sedang bersemangat mengejar cita-cita, karyawan yang sedang pulang kerja, pegawai negeri yang sedang menjalankan tugas, ibu-ibu yang pulang belanja dengan senyum lebar, dan bahkan perempuan yang menjajakan diri dengan harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Mereka semua memiliki cerita dan pengalaman yang berbeda-beda, dan aku senang mendengarkan dan berbagi cerita dengan mereka.
Pernah aku mengantar penumpang seorang perempuan tua yang barusan sembuh dari sakit. Aku menjemputnya di sebuah rumah sakit di kawasan Jatiuwung, mengantarkannya ke daerah Pasar Kemis di Tangerang Utara. Di dalam mobil nenek itu tampak ngab, dibantu alat pernapasan di mulutnya. Duuh, si nenek ini batuk batuk sepanjang jalan, aku khawatir dengan kondisinya.
Setelah melewati jalan kampung yang sempit dan gelap, sampailah di rumah si nenek. Beberapa orang sigap menggendong nenek turun dari mobil, membawanya masuk ke dalam rumah. Aku pun pamit. Di tengah perjalanan, aku menemukan sebungkus serbuk, yang ternyata itu adalah obat si nenek, tertinggal di jok mobil. Duuh, bagaimana mengembalikan obat ini ke nenek, jarak yang sudah kulewati terlalu jauh dan sudah larut malam. Serbuk obat itu masih kusimpan di dashboard mobil hingga kini.
Menjadi driver taksi online juga memiliki sisi-sisi yang tidak mudah. Kadang, aku harus berputar-putar di jalan yang sama selama berjam-jam tanpa mendapat seorang penumpang pun. Aku rela bersabar dan tidak putus asa. Aku tahu bahwa penumpang akan datang jika aku terus berusaha. Saat hampir putus asa karena sudah berjam-jam berputar tak jua ada orderan masuk, aku berdoa mohon penumpang pada Tuhan. “Ya. Tuhan, aku minta penumpang,” ujarku sambal memandang ke depan. Selalu terjadi mukjizat, saat doa selesai kuucapkan seringkali orderan masuk, dan long trip. Puji Tuhan.
Aku juga harus siap untuk mengantar penumpang ke tempat-tempat yang jauh dan sulit dijangkau, seperti kampung-kampung yang terletak di jalan-jalan sempit dan gelap, seperti tempat tinggal nenek tadi itu. Aku harus berhati-hati dan fokus saat mengemudi, karena keselamatan penumpang adalah prioritas utama.
Kadang, aku harus pulang larut malam setelah mengantar penumpang ke tempat yang jauh. Aku merasa lelah dan lapar, karena tidak sempat makan di saat mengantar penumpang. Sebelum kembali ke kost aku mampir dulu di warung tenda sekadar makan pecel lele supaya perut kenyang dan bisa tidur lelap. Aku tidak menyesali keputusan aku untuk menjadi driver taksi online, karena aku tahu bahwa ini adalah pilihan yang tepat untuk aku.
Aku sering mendapat tips dari penumpang yang baik hati. Walau sudah membayar dengan opo, ada saja yang memberikan aku uang tambahan. Puji Tuhan mereka berkenan atas pelayananku. Aku merasa senang dan bersyukur ketika mendapat tips, karena itu membuat aku merasa bahwa usaha aku dihargai.
Bagi aku, menjadi driver taksi online bukan hanya tentang mendapatkan penghasilan tambahan, tapi juga tentang membangun hubungan dengan orang lain. Aku bertemu dengan banyak orang yang memiliki cerita dan pengalaman yang berbeda-beda, dan aku senang mendengarkan dan berbagi cerita dengan mereka. Dari pengalaman ini, aku belajar bahwa kehidupan adalah tentang hubungan dan interaksi dengan orang lain, dan kita harus siap untuk membuka diri dan menerima orang lain.
Dalam perjalanan hidupku, aku telah belajar bahwa kesuksesan tidak hanya tentang mencapai tujuan, tapi juga tentang proses dan pengalaman yang kita dapatkan sepanjang jalan. Menjadi driver taksi online telah membawaku ke berbagai tempat dan pengalaman. Selama setahun menjalani profesi ini aku jadi mengenal jalan-jalan dan tempat-tempat di Ibukota. Aku merasa semakin kaya dengan pengalaman hidup. Aku percaya bahwa Tuhan senantiasa membuka pintu rezeki jika kita mau berusaha dan tidak diam di rumah.
Kreator : Breska Dirgantara
Comment Closed: Dari Rumah Duka ke Taksi Online
Sorry, comment are closed for this post.