Saat kemeriahan reuni akbar lintas angkatan sekolah Cahaya Kasih, kesempatan itu menjadi arena perjumpaan alumni dengan guru dari berbagai lintas angkatan. Senior-senior angkatan lama saling bersenda gurau menumpahkan segala perasaan rindu bertemu karena terpisahkan dalam waktu yang lama, oleh pekerjaan , dan keluarga.
Dengan berseragam kaos aneka rupa, tapi satu bertuliskan, Reuni Akbar Lintas angkatan, Sekolah Cahaya Kasih. Mereka bergerombol-gerombol sambil menikmati sajian kuliner masa lalu saat mereka masih duduk di bangku SD,SMP,dan SMA.
Pedagang-pedagang makanan kecil yang dulu melayani mereka jajan di saat istirahat, di hari itu sengaja dihadirkan oleh panitia dengan tujuan bernostalgia makanan legen. Dan ternyata itu dapat menggugah kembali kenangan masa lalu alumni. Tak terkecuali. Dengan jajanan kalau sekarang mungkin sudah ditinggalkan, ada kue cubit, tahu isi, tempe goreng, dan aneka makanan kecil lainnya.
Hingar bingar musik di pojok sekolah yang membawakan lagu-lagu lawas adalah pojok yang yang dicari para alumni dan mereka nyawer istilah kampungnya sebagai tanda kegembiraan. Hampir satu jutaan rupiah uang terkumpul saweran dari para pengunjung yang datang rindu masa lalu.
Arena reuni yang menyajikan berbagai sajian makanan, produk-produk industri, dan barang-barang ya sekiranya diminati alumni menjadi benar-benar mengundang kehadiran alumni membuat semarak seperti lautan manusia berkumpul.
“Pak Syukur, ada seseorang mencari”, kata Supri, karyawan sekolah, saat Pak Syukur sibuk di ruang meeting panitia.
“ Di mana? “Tanya Pak Syukur.
“Mereka berdua menunggu di ruang tamu sekolah,” ujar Supri lanjut.
Pak Syukur segera menuju ruang tamu sekolah. “Hai ! , kamu, Bal. Apa kabar?” sapa Pak Syukur sambil berpelukan hangat karena kerinduan mendalam, setelah sekian tahun tidak berjumpa. Maklum saat ini Baly bermukim di kota besar, Jakarta.
Pak Syukur mengajak ngobrol-ngobrol, bersenda gurau sambil melepas kerinduan bersama Baly, ditemani lemon tea dingin di sebuah tenda minuman, di terik matahari sekitar pukul 12-an. Ditingkahi suara-suara musik dan vokal di panggung hiburan di tengah halaman anak-anak SMP dan SMA Cahaya Kasih, yang kadang membuat suara Baly tidak jelas terdengar sehingga kadang-kadang saya minta ulang perkataan. Perjumpaan itu membawa ke kenangan masa lalu.
Di saat istirahat jam belajar, Baly sering dikerubungi teman-temannya. Laki perempuan bergabung mengerumi Baly. Seperti biasa, di saat istirahat yang hanya lima belas menit itu, Baly mengeluarkan gitar kesayangannya memainkan lagu-lagu yang sedang hit di antaranya, Tak Akan Pernah Ada yang dibawakan oleh Geisha. Pergilah Kasih yang dibawakan oleh D’Masiv Dentingan petikan gitarnya melarutkan perasaan dan membawa suasana emosi jiwa. “ Petikannya, Bro, tiada duanya. Bening, lincah, lembut, dan harmoni, “ seru teman-temannya.
Kalau Baly sudah memetik gitar intro lagu Rod stewart, I Don’t Want to Talk A Bout it. Langsung anak-anak riuh menyanyi . Anak-anak sambil bergembira bersama sambil berpegangan tangan dan dilambai-lambaikan di atas, dalam paduan suara mereka menyanyikan lagu itu. Di bagian refreinnya seakan di gedung pertunjukkan yang sangat besar dan megah. Mereka hanyut dalam keharuan lagu. Setelah itu biasanya disambung lagu berikut yang tidak kalah meriah, Sailing.
Walaupun ada kedatangan bapak ibu guru yang bertugas piket, mereka tidak terganggu, malah mengajak para guru bernyanyi bersama. Akan tetapi para guru cukup mengontrol saja jangan sampai ada hal-hal yang terjadi. Terutama mengontrol anak yang membuang sampah sembarangan, atau bertingkah macam-macam seperti melompat keluar masuk kelas lewat jendela sambil berkejaran, kucing-kucingan atau lempar-lemparan kerikil sambil cekikikan itu adalah tingkah anak-anak remaja SMP di saat istirahat.
Setelah bel tanda masuk istirahat kembali berbunyi, seperti memanggil-manggil anak-anak untuk kembali melanjutkan pelajaran di kelas, emper kelas dan halaman kelas kembali sepi. Kebersamaan anak beralih ke kelas. Tinggal para pekarya mengontrol sampah yang berserakan di sekitar halaman atau dekat kantin.
Sekolah beruntung memiliki siswa seperti Baly karena event yang melibatkan dia ada banyak. Sebutlah lomba vocal grup. Tidak ada yang lain yang diandalkan untuk menjadi pengiring, bahkan melatih teman-temannya bervokal grup untuk lomba. Salah tempo, salah fasering, salah dinamika, Baly bisa sewaktu-waktu mengoreksi dan memberi contoh yang benar dalam bernyanyi sehingga penampilan lagu menjadi lebih baik dan bagus. Bahkan seringkali Baly membuat variasi lagu, membongkar pasang lagu untuk dibuat variasi-variasi, mulai dari introduksi, masuknya lagu inti, sampai di bagian akhir lagu sehingga lagu menjadi lebih cantik. Saat itu Baly dapat diandalkan bahkan jagonya di antara sebayanya. Kemenangan-kemenangan dalam lomba adalah hal biasa dalam lomba –lomba vocal group di tingkat kota. Tropi-tropi dari lomba vokal grup atau menyanyi solo berderet menghiasi rak ruang guru hasil peran serta Baly.
Di rumahnya, sebuah piano merk Yamaha berdiri di pojok ruang tamu. Ternyata Baly paiawai juga bermain piano membawakan berbagai lagu yang sedang hit atau lagu-lagu biasa yang disukai anak-anak remaja. Memetik senar gitar, atau menekan tut-tut piano, jari-jari tangannya amat lincah seperti tangan bermata, yang tahu harus memetic, mengetuk atau menekan tut dan menghasilkan lagu yang indah.
Sepanjang saya menjadi guru di SMP Cahaya Kasih, saya baru menjumpai murid yang memiliki kemampuan ekstra atau lebih seperti Baly. Padahal, cerita orang tuanya, Baly tidak pernah kursus musik atau belajar atau berguru music secara khusus ke guru tertentu. Keterampilan bermusiknya, benar-benar diperoleh sendiri secara otodidak. Tapi sempurna permainannya. Memang mengherankan. Bahkan cerita orang tuanya, Baly mulai menyukai permainan gitar dan piano sejak dia duduk di SD.
Suatu kali acara perpisahan kelas tiga, guru kesenian membentuk grup band. Ya, koordinator nya dia. Dan terbentuk grup yang bisa menghibur kalangan sekolah, orang tua, dan para tamu undangan. Nama Bandnya, PaduAna yang artinya asal ada. Tapi permainannya, kata beberapa tamu, seperti band umumnya, maksudnya bukan band sekolahan.
Mengagumkan sekali memang, Baly sudah sangat jago bermain dua alat music itu. Insting control nadanya tinggi. Dia bisa merasakan cord-cord yang pas atau tidak. Bunyi senar yang sumbang atau salah benar stelannya. Akan tetapi kalau ulangan mata pelajaran Kesenian, hasilnya tidak maksimal, paling banter dapat nilai cukup.
Kadangkala guru kesenian dibuat bingung. Buat Baly sepertinya angka-angka nilai tidak terlalu menjadi permasalahan. Tetapi bagi guru menjadi Permasalahan. Memberikan nilai apa adanya berdasarkan hasil tes-tes tertulis, pastinya tidak mewakili kondisi nyata kemampuan siswa di bidangnya. Dinaikkan tiba-tiba tanpa ada usaha atau proses bisa jadi menyalahi sistem penilaian.
Dalam suatu rapat guru, pro kontra terjadi. Sebagian guru ada yang menolak Baly diberi nilai yang tinggi, “ Saya tidak setuju anak itu diberi nilai katrolan. Tes adalah gambaran informasi tentang anak itu, “ tegas guru Matematika.
“ Boleh tidak setuju, Pak Jun. Akan tetapi, kiranya pendapat itu kurang pas, “ tukas saya. Kebetulan saya sehari-hari mendampingi dia, saya sebagai wali kelas, saya tahu sebagian besar kenyataan dia di sekolah dan di rumah. Tapi bukan itu semata saya berada di kelompok guru mendukung memberikan nilai lebih, minimal memenuhi syarat kenaikan kelas. Bahkan, jika perlu beri nilai maksimal.
“Mohon jelaskan argumentasinya,” ujar kepala sekolah dan beberapa orang guru pada suatu rapat akhir tahun pelajaran.
“ Yang pasti model penilaian kita harus berubah. Potret kemampuan anak tidak cukup diperoleh dengan tes tertulis saja, apalagi dengan alat tes multiple choice . Sebaiknya kita mulai mengembangkan berbagai model penilaian yang holistik dan berbasis kompetensi, yaitu Wawancara – Pengukuran Kemampuan. Observasi – Memantau Perilaku. Tes (Lisan dan Tulis) – Mengukur Pemahaman. Unjuk Kerja – Mengukur Keterampilan Praktis. Portofolio – Mengevaluasi Perkembangan. Dan, Penilaian Proyek – Menilai Kreativitas, “ paparku panjang lebar menjelaskan teknik-teknik penilaian.
“ Penilaian juga harus memberi motivasi buat si anak untuk semakin berusaha keras untuk meraih yang terbaik, “ ujar salah seorang guru yang setuju memberi nilai lebih. “
“ Mengapa hasil tidak maksimal, acapkali kondisi si anak sedang dalam situasi-situasi tertentu yang mengganggu proses dan hasil tes. Apalagi kalau tesnya berupa hafalan teori. Pasti sulit diharapkan hasilnya, “ ujar Bu Ana guru Bimbingan Penyuluhan.
“ Saya yakin penilaian yang kita berikan tidak menjamin serta merta mengubah nasib anak. Akan tetapi jika kita berikan nilai terbaik sesuai skill yang dimiliki, jauh lebih baik yaitu ada keyakinan akan memberi motivasi untuk si anak,” ujar Pak Iman, guru Biologi. Lanjutnya, “ Anak remaja, sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Suatu hari akan berubah. “
“ Izin saya ikut bicara, Pak, “ tukas Pak Broto guru olah raga. “ Sepertinya, proses penilaian tidak hanya mengukur tentang penguasaan suatu ilmu pengetahuan saja. Penilaian juga harus bisa memotret apa yang ada, berkembang dan dimiliki anak. Dan persis seperti dalam pembelajaran olahraga. Misalnya, pengetahuan bermain sepak bola hanya sedikit. Tetapi anak mampu bermain sepak bola dengan sangat baik. Buat saya, kemampuan itu harus dipertimbangkan, “ tugasnya.
“ Mohon izin bicara , Pak Syukur, “ potong Bu Susan. Apa yang kita bicarakan untuk mata pelajaran seni musik memungkinkan. Tapi bagaimana dengan mata pelajaran yang lain, misalnya matematika,” sanggah Bu Susan, guru matematika.
“ Sejauh saya tahu, bahwa Howard Gardener, telah menyatakan pendapatnya bahwa kecerdasan itu berganda atau disebut multiple Intelligence. Ada Sembilan macam kecerdasan. Salah satunya kecerdasan musikal. “ tanggapan Pak Syukur. “ Seorang anak di masa sekarang disebut cerdas tidak karena mampu matematika. “ Lanjut Pak Syukur. “ Ada lagi yang lebih menarik. Christian Ronaldo yang terkenal dengan sebutan CR7 Apakah pandai matematika untuk dapat menghasilkan uang berlimpah. Dia memiliki kecerdasan kinestetik. Kecerdasannya terletak di kaki, “ papar Pak Syukur panjang lebar. Jadi untuk sukses tidak harus jago matematika akan tetapi apa yang menjadi potensi dirinya yang sangat tinggi, di situlah ada potensi kesuksesan, “ Pak Syukur mengakhiri paparannya argumentasinya. “ Selanjutnya, kami serahkan kepada sekolah untuk keputusan yang terbaik, “ ujar saya.
Dan, hari itu, sebelum meninggalkan acara reuni akbar lintas angkatan, yang megah meriah menuju stasiun kereta, Baly berpesan, “ Kalau ada anak SMP Cahaya Kasih ingin saya diorbitkan menjadi artis penyanyi, silakan Bapak hubungi saya. “ Sambil menyodorkan selembar kartu nama. Ini studio saya di Jakarta. Pekerjaan saya saat ini, menulis lagu, aransemen lagu dan mengorbitkan penyanyi-penyanyi pendatang baru. Ujarnya sambil bersalaman hangat mengakhiri pertemuan sore itu.
“ Inilah fakta masa depan anak ketika kita melihat pengetahuan, keterampilan, dan sikap si anak secara holistik, “ gumam saya, sambil melepas kepergian Baly dan beberapa teman yang akan mengantar ke stasiun kereta. Sore itu dia harus segera kembali ke Jakarta, karena banyak pekerjaan musik yang harus segera diselesaikan, dan ditunggu para produser, katanya.
Suatu hari secara kebetulan, dengan mata kepala sendiri, saya menonton, Baly bersama grup musiknya tampil live di sebuah stasiun televisi nasional dalam acara Nusantara Menyanyi, sebuah acara music di TV yang menampilkan penyanyi-penyanyi muda berbakat. Baly berdiri di belakang keyboard, bermain dengan sangat piawai, mengiringi artis-artis pendatang baru yang membawakan lagu ciptaan Baly. Juga ada artis yang membawakan lagu ciptaannya. “ Wah, kamu memang keren , Baly, kataku dalam hati.”
Memang beberapa tahun lalu, di akhir jenjang kelas tiga, setelah rangkaian acara perpisahan, orang tua Baly dan Baly datang menemui para guru dan kepala sekolah. Orang tua Baly berterima kasih atas bimbingan sekolah sehingga Baly bisa belajar dengan baik di SMP Cahaya Kasih. Sementara sebelumnya, Baly bandel, nakal, dan sempat tidak naik kelas. Kepindahannya ke SMP Cahaya Kasih beberapa tahun lalu, adalah salah satu cara mencari suasana sekolah yang baru dengan harapan akan memperbaiki sikap , perilaku, dan motivasi untuk belajar dengan baik. Dan, terbukti!.
Orang tua Baly, sekaligus pamit, akan membawa Baly melanjutkan pendidikannya di Jakarta sembari mengembangkan bakat musiknya dengan Om-nya, artis penyanyi terkenal kembar group. “ Pantas , Baly pintar bermain musik karena memang darah seninya yang turun dari keluarganya. Tidak salah prediksi saya saat masih di SMP.
Kreator : HanYa
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Denting Suara Gitarmu Mengalunkan Senandung Rindu
Sorry, comment are closed for this post.