Berawal dari kisah persahabatan sebagai abdi negara. Saya ditugaskan sebagai guru madrasah Ibditaiyah swasta desa terpencil yang jauh dari keramai kota. Malam-malam selalu dihiasi dengan suara jangkrik. Didesa itu belum ada PLN, jaringan internet. Walaupun begitu, suasana itu sangat menyenangkan bagaikan dialam surgawi. Hari-hari ku lalui penuh suka cita laksana mentari dipagi hari. Betapa indah nya hari ini, desah ku dalam hati. Rutinitas berjalan dengan baik, anak-anak antusias dan gembira dengan penuh semangat menyambut materi yang disampaikan. Inilah pengalaman terindah ku.
Pagi itu, suasana begitu menyenangkan, bagaikan berada di alam kayangan berjumpa dengan bidadari-bidadari. Mentari tersenyum dengan manis diufuk timur seakan menyambut pasangan yang dirindukan. Waktu terus berjalan, tanpa terasa sudah satu tahun mengabdi didesa itu.
Sepeeti biasa, pagi itu aku pergi kesekolah. Setelah berapa langkah dari rumah, aku melihat cewek begitu cantik, jalannya sangan gemulai, kulit putih bagaikan embun pagi. Dalam hati bertanya-tanya siapa gerangan cewek ini. Apakah bidadari dari langit turut malam tadi ? pertanyan itu muncul dalam sanubari. Sehingga membuat langkah sempoyongan seperti langkah dewa mabuk. setiap langkah kulalui muncul rasa penasaran yang teramat sangat. Bayang-bayang cewek itu melintas di pelupuk mata, membuat konsentrasi untuk mengajar tidak terarah. Karena penarasan, setelah pulang sekolahg, aku langsung ke rumah Pak Kades untuk menanyakan siapa gerangan cewek itu. Setelah sampai di rumah Pak Kades, tidak sabar untuk bertanya, “ Pak Kades, tanya ku, sewaktu mau ke sekolah, aku bertemu cewek, selama ini belum pernah aku lihat” siapa itu ? Pak Kades senyum-senyum, oooo itu bidan desa kita, ,jawab Pak Kades dengan tenang. “ Dia sore kamaren sampai di desa kita, namanya Mefri, jelas Pak Kades.
Sejak pertemuaan tanpa sengaja itu, hari-hari ku begitu bergairah. Akhir nya aku memberanikan diri untuk berjumpa dan mengenalkan diri. “ Bu, panggil ku dengan lembut, tugas disini ya ? “ ya, jawab bidan Mefri, jangan panggil bu yo! kan masih muda ! jawab nya dengan senyum, panggil saja Mefri. Bagaikan disambar petir, ternyata Bidan Mefri suka bercanda, membuat perasaan berbunga-bunga.
Setelah saling kenal, persahabatan kami berjalan dengan baik. Setiap ada kegiatan atau hal- hal yang ditidak bisa dikerjakan, tidak segang-segang Bidan Mefri minta tolong, begitu juga sebaliknya. Jika ada rapat di kabupaten, tak segang-segang Bidan Mefri minta tolong dibelikan obat untuk pasien. Disamping itu, persahabatan kami terjalin karena merasa adanya persamaan yaitu bahwa kami anak rantau yang perlu untuk saling melindungi dan saling berbagi. Tidak jarang setiap ada kegiatan polindes, Bidan Mefri minta bantuan.
Hari terus berganti, senja terus mengundang malam, suara jangkirik bersautan seakan memanggil untuk saling mencurahkan isi hati, angin sepoi-sepoi membuat dedaunan bergoyang seakan menikmati indahnya purnama. Tanpa terasa persahabatan kami sudah berjalan 5 bulan. Banyak hal-hal yang indah kami lalui, setiap tanggal awal bulan, kami berdua pergi ke kabupaten bersama-sama untuk mengambil gaji, makan bersama, jalan-jalan.
Setelah kebersamaan kami berjalan 7 bulan, mucul lah rasa aneh dalam sanubari ini, muncul rasa rindu, rasa sayang. Setiap saat ingin bertemu, bayang-bayang wajah nya selalu melintas di pelupuk mata. seakan sudah tertulis namanya di kalbu ini.. Tanpa tersara benih-benih cinta mulai mekar, bagaikan bunga mawah dipagi hari.
Tanpa aku sadari, ternyata Bidan Mefri menaruh rasa simpati, dan cinta. Dayung bersambut lalu kami saling jatuh cinta. Hari-hari yang kami lalui terasa begitu indah. Walaupun saling jatuh cinta, kami tetap menjaga etika dan norma karena sebagai guru madrasah aku menjadi panutan bagi masyarakat. Oleh karena itu, kami menjaga aturan dan tindakan sesuai dengan norma agama dan adat istiadat yang ada di desa itu.
Setelah saling jatuh cinta, kami mempunyai rencana itu membina bahtera rumah tangga yang bahagia, yang harmonis sesuai tuntunan Nabi-Mu, Setelah rencana kami sudah mantap, kami mohon restu dari orang tua. Kedua orang tua merestui rencana kami untuk melaksanakan Sunnah Rasul-Nya. Cita-cita suci kami mendapat ridho Allah SWT. Sampai saat ini kami dikarunia 3 orang anak, dua laki-laki dan satu perempuan. Semoga perjalanan rumah tangga kami sampai akhir hayat.
1 Komentar Pada Dia Jodoh Ku
Cerpen yang menarik. Kisah cinta seorang guru dengan seorang bidan desa.