KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Dia Pergi Mengubur Mimpi Kami

    Dia Pergi Mengubur Mimpi Kami

    BY 18 Okt 2024 Dilihat: 140 kali
    Dia Pergi Mengubur Mimpi Kami_alineaku

    Inilah siang terpanjang dalam hidup Haris. Sejak pulang dari rumah sakit, ia rindu akan keajaiban yang mustahil. Ia tahu sang pencipta tak pernah salah bertitah, mungkinkah masih ada jalan pulang untuknya.

    Setiap kali melihat teman dan tetangga merasakan kehilangan yang mendalam, ia hanya bisa merasa iba. Namun, kini, ia menghadapi kenyataan yang jauh lebih menyakitkan. 

    Kehilangan itu menyakitkan apalagi kehilangan untuk selamanya. Keberanian untuk menerima kenyataan dan ketidakberdayaan berpadu dalam dirinya.

    Tapi dalam sunyi ia harus melepaskannya yang telah pergi. 

     

    Tuhan lah pemilik jangka waktu. Ketika saat itu diambil Pemiliknya, hanya satu kata boleh terucap, “Tuhan yang memberi, Tuhan pula yang mengambil. Terpujilah nama Tuhan.’’

    Matanya masih tertutup seperti tadi malam sepulang dari rumah sakit. Haris sejak kemarin  berharap ada yang luar biasa, walau dalam hukum  normal  itu mustahil.

    Tentu saja ia berharap ada yang salah tempat. Memang tidak ada yang mustahil, tapi ia menjadi sadar Gusti Allah belum pernah, setidaknya dalam hidupnya, berbuat aneh-aneh dalam ukuran manusia. Semua makhluk yang hidup dan mati tunduk pada hukum alam.

    Haris hanyalah sedang kalut. Ia pernah menyaksikan teman maupun tetangga yang anak satu-satunya harus meninggalkan selamanya. Pada saat seperti itu, ia merasa kasihan, tapi ia tak terlibat lebih dalam betapa seperti apa terkoyaknya hati ketika berhadapan dengan situasi seperti itu.

    Tapi, yang ia hadapi sekarang bukanlah orang lain tapi darah dagingnya. Ia masih belum bisa menerima bahwa Valentina telah pergi untuk selamanya. Usianya terlalu muda untuk pergi. Dan lagipula, mengapa ia harus pergi secepat itu.

    Valentina, bukanlah hasil dari perkawinan dia dan istrinya. Melainkan, anaknya hasil hubungan di luar perkawinan dengan wanita lain. Tapi, istrinya merestui, karena setelah lima tahun  mereka menikah tak kunjung dikaruniai anak. 

    Haris telah melakukan perbuatan terlarang, karena dalam agama yang ia anut tidak ada aktivitas seksual kecuali dan hanya dalam perkawinan kudus. Ia telah melanggar hukum Tuhan. Ia menghamili, saudaranya. Dan, lahirlah Valentina ini.

    Valentina terus tumbuh menjadi seorang gadis cantik. Haris menjaga rahasia pada Valentina dan menutup rapat sampai ia besar, sehingga Valentina merasa Haris dan istrinya adalah Bapak dan Ibu biologisnya. 

    Valentina pun tumbuh dalam kasih sayang mereka. Kebetulan, Valentina anak yang cerdas. Mereka bertiga tumbuh sebagai keluarga yang bahagia. Karena tumbuh sebagai kelurga yang bahagia itulah, walau pada akhirnya Valentina tahu bahwa ia bukan anak kandung ibunya, kasihnya tak bergeser seinci pun.

    Sehingga, sama seperti keluarga yang lain, Valentina pun melanjutkan studi setamat SMA, di sebuah Universitas ternama di Semarang. Setelah lulus, ia segera mencari kerja dan jadi guru di Yogyakarta

    Haris dan istrinya bangga, tentu saja. Walau pada awalnya istri Haris tentu saja merasakan betapa getirnya diduakan. 

                Kebahagiaan mereka nyaris lengkap karena Valentina memutuskan untuk menikah tahun depan dengan rekan sekerjanya.

    Tapi akhir-akhir ini, Valentina ternyata sering pergi ke rumah sakit. Valentina sempat khawatir dengan kesehatannya, tapi dokter meyakinkan bahwa dia akan baik-baik saja, asal memperhatikan pola makan dan disiplin minum obat.

    Tapi, jarak Temanggung dan tempat kerjanya di Yogyakarta membuat terforsir fisiknya. Dan, ia pun sering lupa makan.

    Sepuluh hari yang lalu, ia masuk rumah sakit lagi karena maag-nya kambuh.

    Satu hari di rumah sakit ia pun diizinkan pulang.

    Akan tetapi, seminggu kemudian ia masuk rumah sakit lagi. Dan, setelah tiga hari di rumah sakit nyawanya tak tertolong.

    Bagi Haris dan istrinya, ini sungguh  menghancurkan mimpi mereka satu-satunya.

    Haris jadi kehilangan semangat. Tidak ada lagi masa depan. Walau secara ekonomi ia tak kekurangan. Penghasilan sebagai guru cukup untuk ia dan istrinya. Apalagi, istrinya punya bisnis kecil kecilan, jadi cukup untuk kebutuhan mereka, dan gaji gurunya ia tabung. 

               Tapi, hidup bukan soal materi belaka. Manusia butuh juga sisi kebahagiaan yang lain. Dan, Valentina adalah masa depan itu. Valentina adalah bagian dari kebahagiaan itu. Tapi, kini kebahagiaan itu sudah terampas maut.

    “Ikut berduka cita, Pak. Yang sabar, ya.”

    Entah berapa kali ucapan para sahabat dan handai taulan yang mencoba menghiburnya. Tapi, hiburan itu takkan mengembalikan yang telah pergi.

    “Bapak makan dulu saja, nanti sakit.” Istrinya menyapa Haris karena sejak malam di rumah sakit, istrinya tak melihat suaminya makan. Haris murung tanpa berkesudahan.

    Istrinya tak hendak menghiburnya. Ia dapat merasakan Valentina adalah  darah dagingnya. Tapi bagi istri Haris, walau Valentina bukan darah dagingnya, ia memperlakukannya seperti anak yang ia lahirkan sendiri. Tentu Valentina sudah  menempati salah satu ruang di hatinya, bahkan dalam hal tertentu melebihi kasihnya kepada suaminya.

    Istri Haris juga merasa kehilangan karena ia anak yang menyenangkan hatinya dan suaminya. Ia juga kebanggaan keluarga ketika bertemu teman-teman yang jarang ketemu, sehingga mereka dapat bercerita bahwa Valentina  adalah anak yang baik.

    Kini, ia tidak akan dapat mengisahkan lagi seperti masa masa lalu.

    Dan, rencana pernikahan yang sudah jadi tema pembicaraan mereka bertiga pada waktu-waktu senggang tidak akan pernah ada lagi. Ruang kesayangan Valentina yang setiap kali ia rubah suasananya, akan jadi ruang sunyi penuh kenangan bagi Haris dan istrinya, yang juga akan membuat luka di setiap mereka memasukinya. Valentina sudah tidak ada di sana lagi. Yang tertinggal hanya mimpi-mimpi mereka bertiga akan kemegahan pesta pernikahan. Tapi rupanya, Tuhan telah menyiapkan pesta yang lain.

    Istri Haris lebih punya harapan. Tuhan yang belas kasih-Nya tak terbatas akan menyambut kepulangannya. 

    Valentina, selamat jalan, ya. Biarlah kami masih harus melewati jalan-jalan sunyi, melewati lorong waktu, tanpa hadirmu. Istri Haris jatuh dalam kesunyian yang sangat dalam, tapi ia yakin Tuhan tidak akan membiarkan dia berjalan sendirian.

     

     

    Kreator : goris prasanto

    Bagikan ke

    Comment Closed: Dia Pergi Mengubur Mimpi Kami

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021