Akifah Nailah, mahasiswi semester lima pada salah satu perguruan tinggi di kota Kendari, satu tingkat di bawahku. Cewek dengan tinggi 160 cm ini kerap menggunakan pakaian muslimah dengan jilbab yang menurut aku cukup panjang karena hampir menutupi sebagian badannya, tak bercadar sehingga aku dapat melihat dengan jelas wajahnya.
….
“… Imam Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan, Jilbab berarti kain yang lebih besar ukurannya dari khimar (kerudung), sedang yang benar menurutnya jilbab adalah kain yang menutup semua badan.” Jelasmu pada seorang teman yang duduk di hadapanmu. Ku lirik seraya mencuri pandang. Dia yang selalu hadir dalam bayang, telah mencuri waktu konsentrasi belajarku.
….
Kurapatkan jaket yang membungkus tubuhku, dingin yang kurasakan membuatku malas beranjak untuk mengambil motor di garasi, hujan sedari subuh menyisakan rintik-rintiknya di pagi ini. Terbayang satu wajah yang kerap mengganggu fikirku.
“Ah, dia lagi yang mampu mengalahkan semua yang ingin ku ingat saat ini,” bisikku dalam hati.
Apakah ini yang namanya cinta? Aku tak tahu, yang kutahu setiap bertemu denganya aku nampak gelisah dan detak jantungku tak seirama lagi. Aku merasa ada yang aneh, padahal baru beberapa kali bertemu, tapi perasaan itu sungguh sangat mengganggu. Kulirik jam tanganku, pukul 08.00 pagi, saatnya aku harus ke kampus.
Kulajukan motor menuju kampus, hawa dingin masih terasa. Selang beberapa waktu aku telah tiba di gerbang kampus, segera ku parkir dan melangkah ke ruang kelas.
Perkuliahan Pak Rahman hari ini cukup menguras otak, pasalnya mata kuliah Hidrologi Terapan adalah mata kuliah yang berisi pemahaman, pembelajaran dan analisis mengenai estimasi hujan wilayah, analisis distribusi hujan dan menghitung hujan kala ulang. Di akhir perkuliahan, Pak Rahman memanggilku dan mengingatkan untuk fokus dengan seminar proposal tahap awal dalam penulisan skripsi, di mana mahasiswa mempresentasikan proposal penelitian kepada dosen pembimbing dan penguji. Kebetulan, Pak Rahman adalah dosen pembimbing satu-ku.
“Fokusnya adalah merinci kerangka kerja, tujuan, metodologi, dan gambaran umum penelitian, dengan hasil berupa persetujuan proposal penelitian,” Pak Rahman menjelaskan.
Aku keluar ruang perkuliahan menuju perpustakaan kampus, beberapa buku yang ingin ku pinjam untuk menambah referensi proposal. Setelah aku rasa cukup aku kembali duduk mengambil tempat di pojok kanan.
“Ah, Nailah. Rupanya dia juga ada di sini,” gumamku.
Aku nampak gelisah dan detak jantungku tak seirama lagi. Aku belum berani untuk mendekatinya. Kuambil kursi dan buku memo, ku ungkapkan perasaanku lewat kata-kata tulisan.
“Aku tertarik padamu. Dalam diamku aku merasa mencintaimu, namun aku belum berani berucap kata-kata cinta yang sesungguhnya. Namun, kau hadir selalu dalam anganku, dalam kesendirianku.”
Suatu saat nanti aku akan mengutarakan perasaanku kepadamu. Saat ini aku mengedepankan tugas kuliah untuk menyelesaikan proposal. Aku memilihnya untuk menjadikan prioritasku, ku tetapkan waktu untuk ini dan fokus untuk mencapainya. Satu hal yang dapat kupastikan. Nailah, kamu gadis berhijab yang selalu hadir dalam angan dan aku merasa mencintaimu,” bisikku sambil tersenyum.
****
“Jika kamu ingin memanfaatkan waktu sebaik mungkin, kamu harus mengetahui hal-hal yang menjadi prioritas dan melakukan hal yang terbaik untuk mencapainya.” – Lee Iacocca
Kreator : Indarwati Suhariati Ningsi
Comment Closed: Dia Yang Selalu Dalam Angan
Sorry, comment are closed for this post.