Di suatu minggu pagi di sebuah taman kota yang asri, empat sekawan Alya, Budi, Dewi, dan Arif, sedang duduk di bangku taman di bawah sebuah pohon besar. Burung-burung berkicau dan angin sepoi-sepoi membuat suasana menjadi nyaman. Namun, ada ketegangan terasa di udara.
Alya menghela napas berat,”Kalian, sini aku perlu curhat, aku punya sesuatu yang bikin aku frustasi banget. Please, help me. Serius.”
Sambil membenahi posisi duduknya, Budi,”Apa tuh, serius banget gitu? Kamu lagi ‘dapet’? Sumpek banget muka kamu. Banyak mikir lagi? Soal konten lagi?”
Alya,”Aku lagi ghosting nih, sebel banget. Baru-baru ini, ada cowok yang intens banget komunikasi sama aku. Kita sering ngobrol panjang lebar tiap hari, terus tiba-tiba dia hilang begitu saja tanpa kabar. Aku coba hubungi dia, tapi nggak ada jawaban sama sekali. Rasanya kayak aku ditinggal di tengah jalan.”
“Dia mengambil uang kamu? Minta kamu bikin foto syur atau semacamnya? Ngancam kamu? Minta duit?”Budi melancarkan rangkaian pertanyaan secara menggebu-gebu.
“Ngak, ngak sampai segitunya. Dia temanku waktu di SMP dulu, udah lama banget. Aku tahu sih orangnya, cuma baru ketemu lagi kemarin-kemarin itu, hampir sepuluh tahun baru ketemu lagi di medsos di grup reuni. Bukan orang baru banget sebenernya, tapi ya jadi orang baru lagi karena aku belum kenal-kenal banget sama pribadinya yang sekarang,”jawab Alya menenangkan.
Dewi mengiyakan sembari sedikit kesal ia menumpahkan unek-uneknya,”Aku pernah ngalamin kayak gitu. Rasanya sakit banget, kesel sekaligus bingung. Tega-teganya kayak itu, kurang ajar banget!”
Arif sambil memainkan rumput di dekatnya menimpali,”Aku ya, dari sisi cowok, biasanya mereka itu, yang ghosting itu nggak punya nyali. Pasti kamu tanya dia atau minta apa sama dia atau semacamnya lah yang dirasanya menekan dan memojokkannya, lalu karena merasa terdesak dan nggak berani cara sopan untuk menjauh ya terus pilih kabur begitu saja. Gak mau pamit baik-baik atau ngajak deal untuk berteman atau inisiatif apa lah gitu yang baik-baik. Intinya, tipe orang-orang kayak gitu itu pengecut, gak berani ambil kendali untuk sekedar menghadapi atau memberi penjelasan yang benar-benar jernih gitu lho. Jangan salah paham Alya, itu karakter mereka, bukan berarti kamu juga begitu. Ini dari sudut pandang cowok lho ya.”
Alya,”Iya, tapi tetap aja, Arif. Aku merasa dipermainkan, merasa kalah adu harga diri gitu. Gak rela deh.”
Dewi yang teringat kembali akan memori tak menyenangkan itu terdorong untuk berbagi cerita tentang pengalamannya sendiri terkait breadcrumbing, ujarnya”Kalo ngomongin soal perasaan dipermainkan, aku punya cerita soal breadcrumbing, Ya. Ceritanya ada cowok yang terus kasih perhatian sampai bikin aku ngerasa bahwa dia serius, tapi ternyata dia nggak pernah mau beneran bikin komitmen. Dia cuma kasih perhatian sedemikian rupa, secukupnya, supaya aku terus tertarik sama dia. Aku pikir dia maniak jenis kroco, kelas rendah yang lapar perhatian dan halu bahwa dia itu jadi idola para cewek gitu, atau disanjung minimal oleh cewek se-tipe aku gini.”
Budi terkejut,”Serius kamu? Pernah? Kok bisa? Kenalan on-line juga?”
Dewi menyahut,”Iya, dia bikin aku merasa kita punya hubungan spesial, tapi tiap kali aku ajak ngomong soal masa depan, dia selalu menghindar. Aku ajak ngomong soal mau apa dia ke depan, dia selalu bilang nanti aja. Pada akhirnya, aku sadar dia cuma main-main sama perasaanku. Buang-buang waktu aja aku sama dia, gak ada maju-majunya.”
Alya menimpali,”Itu dia! Nggak ada niat baik, hanya ingin main-main dengan emosi orang lain.”
Arif menyela,”Sama saja, dua-duanya, manipulatif. Yang penting sekarang, harus lebih cerdik lagi mengenali ciri-cirinya.”
Budi yang sejak awal tampak sangat antusias dan bersemangat melancarkan pertanyaan-pertanyaannya, memutuskan memberi pandangan yang lebih optimis serta motivasional kepada teman-temannya.
Budi berkata,”Kalian tau, pengalaman-pengalaman ini sebenarnya bisa jadi pelajaran berharga. Ghosting mengajarkan kita bahwa keterbukaan itu penting, bahwa keberanian itu wajib dalam komunikasi. Orang yang tidak terbuka, efeknya sama dengan orang tidak jujur, dan orang yang tidak berani sama dengan pengacau. Sementara breadcrumbing, ya jelas sama-sama menyakitkan, justru makin memperjelas bahwa tahu ciri-ciri red flags itu penting banget. Jadi jauh lebih smart kan kalian sekarang?”
Alya menyela,”Sekarang kamu gimana Wi? Dia terus menggantung? Atau udah bubar?”
“Ngak, setidaknya masih belum,”cetus Dewi, dan lanjutnya,”Aku setuju, Bud, awalnya memang rumit, panas sampai ubun-ubun, kesal, tapi aku dulu tetap coba ajak dia ngomong dan mungkin karena dia juga makin dewasa, jadi diam mau bicara juga akhirnya kalau dia tuh minder, masih nganggur. Sebetulnya dia sudah berpenghasilan sih gak nganggur-nganggur amat, bisa nabung buat dirinya sendiri dia oke menurutku, tapi dia tidak puas begitu malah sedikit kecewa sama dirinya sendiri karena tidak sama seperti juniornya yang lain yang sudah punya pekerjaan mapan bahkan sebelum di wisuda sekalipun. Ya berat sih, belum kawin tapi pikiran udah megang gitu lho visinya. Orang-orang biasa kan kalau pacaran mikirnya yang enak-enak dan senang-senang melulu kan? Sejak kejadian itu aku jadi tahu bahwa dia bukan tipe cowok yang suka gantung-gantungin ceweknya tapi justru sebaliknya dia itu tipe pemikir sejati gitu lho. Dia ternyata tipe bertanggung jawab. Dia justru mikirin semuanya. Ya, semuanya, termasuk yang gak kepikiran oleh aku sebelumnya. Gak kepikiran lho sebelumnya oleh aku bahwa dia itu ternyata minder dan kepingin lebih dari dirinya yang sekarang buat merasa setara untuk bersanding dengan aku. Kita sekarang jadi lebih kuat, maksudku, sejak dia terus terang itu, aku jadi makin perhatian sekaligus empati sama ambisi positifnya untuk maju dan lebih baik. Aku jadi makin perhatian sama dia, tambah semangat buat kasih dia support tapi aku sengaja gak ikut carikan informasi dan koneksi buat dia supaya ke depan nantinya dia tidak merasa punya hutang budi sama aku, jadi biarkan dia merdeka mencari peluang dan memilih dunia karirnya sendiri. Aku kasih dukunganlah pokoknya biar dia ngak overthinking dan down. Aku malah jadi kok ngerasa makin serius gitu ya justru.”
Alya menimpali,”Tapi aku beda, aku ditinggalin lho. Hilang begitu aja. Aku masih kesal tau? Aku lacak semua di medsos, eh unfollow, di-block. Ngilang bersih gitu aja. Tapi ya masih untung sih aku gak kenapa-kenapa, gak ilang apa-apa atau semacamnya. Masih untung sih.”
Arif ikut menambahkan,”Ya, udah bener kamu bisa melihat sisi positifnya, gak follow emosi marah kamu. Intinya, harus menetapkan batasan yang sehat.”
“Yang penting kita ingat bahwa kita semua ini berharga, jadi layak mendapatkan hubungan yang tulus, dan berkomitmen,”Budi mengutarakan pikiran bijaknya.
“Terima kasih, teman-teman, sudah bikin aku merasa lebih baik,”ujar Alya dengan nada yang tenang.
Dewi membalas,”Kita di sini buat saling mendukung, Alya.”
Arif,”Ya, kita semua pantas mendapatkan yang terbaik. Jangan biarkan pengalaman buruk mengubah pandangan kita tentang diri kita sendiri. Kalaupun sampai detik ini aku belum pernah curhat karena belum ada masalah, bukan berarti aku gak akan pernah punya masalah, sebaliknya bisa jadi itu mungkin karena waktunya saja yang belum tiba buatku untuk punya masalah. Belum tahu kan nanti-nanti, kapan-kapan aku jadi punya masalah? Siapa tahu? Semua orang kan memang punya masalahnya sendiri?”
Budi memberi semangat,”Ayo kita terus jalani hidup dengan optimisme dan kebijaksanaan. Kita pasti bisa menemukan hubungan yang lebih baik. Oke, Bro?”
Empat sahabat pun meninggalkan taman dengan semangat hidup yang diperbarui dan pandangan yang lebih mendalam tentang hubungan serta diri mereka sendiri.
Dengan energi positif yang mengalir, mereka merasa siap menghadapi tantangan dunia dengan keyakinan yang tak tergoyahkan dan optimisme yang cerdas.
Hari itu menjadi tonggak penting dalam perjalanan mereka menuju masa depan yang lebih cerah dan bermakna.
Pesan Moral:
Keterbukaan dan keberanian dalam komunikasi adalah fondasi utama dalam membangun hubungan interpersonal yang sehat. Sikap jujur dan berani dalam menyampaikan perasaan dan pikiran menegaskan sikap transparan sekaligus mengurangi kemungkinan kesalahpahaman. Hal ini sangat penting untuk menciptakan hubungan yang penuh kepercayaan dan saling menghormati.
Selain itu, kepekaan mengenali red flags atau tanda-tanda manipulasi sejak dini adalah keterampilan penting yang harus dimiliki. Tanda-tanda ini bisa berupa perilaku yang merendahkan, manipulatif, atau mengontrol. Dengan mengenali dan memahami red flags, kita dapat menetapkan batasan yang sehat dan melindungi diri dari hubungan yang merugikan.
Penghargaan diri juga merupakan aspek kunci dalam setiap hubungan. Setiap individu berharga dan layak mendapatkan hubungan yang tulus dan penuh komitmen. Jangan biarkan pengalaman negatif mengaburkan pandangan Anda mengenai nilai diri sendiri.
Menghargai diri berarti juga memahami bahwa Anda berhak untuk bahagia dan dihargai dalam setiap interaksi dan hubungan.
Dukungan sosial dari teman dan keluarga sangat penting dalam menghadapi tantangan emosional. Mereka dapat memberikan dukungan moral, motivasi, dan perspektif yang segar.
Jangan ragu untuk berbagi perasaan dan mencari dukungan dari orang-orang terdekat saat Anda membutuhkannya. Dukungan ini bukan hanya membantu mengatasi kesulitan, melainkan juga memperkuat ikatan dan meningkatkan kesehatan mental secara keseluruhan.
Dengan keterbukaan dalam komunikasi, kemampuan mengenali tanda manipulasi, penghargaan diri, dan dukungan sosial, kita dapat menghadapi tantangan dalam hubungan dengan lebih bijak dan optimis.
Setiap pengalaman, baik positif maupun negatif, dapat menjadi pelajaran berharga untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang lebih kuat dan bijaksana.
Kreator : Adwanthi
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Digantung di Antara Janji Kosong: Kisah Ghosting dan Breadcrumbing
Sorry, comment are closed for this post.