KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Dikejar Anjing

    Dikejar Anjing

    BY 29 Mar 2025 Dilihat: 59 kali
    Dikejar Anjing_alineaku

    “Tekaaaaa ….” teriak Sundari dan Ismail bersamaan. 

    Tanpa menunggu waktu lama Teka muncul dari balik pintu melambaikan tangan dan kemudian menyusul teman – temannya yang sudah rapi  lengkap dengan membawa kitab suci Al-Quran.

    “Dadaaaah, Mbak.” teriak Hana dari rumah. Teka melampaikan tangan pada adiknya sembari tersenyum. Hana melambaikan tangannya sampai Teka hilang dari pandangan.

     

    Rumah guru ngaji mereka tidak jauh dari sekolahan. Di samping sekolah ada komplek perumahan, rumah Pak Gusti pas di belakang bangunan sekolah. Ketika kami sampai sudah ada beberapa teman – teman  yang sedang membaca Al-Quran nya masing –  masing sebelum setor bacaan ke Pak Gusti. Setelah selesai sholat Pak Gusti akan mengajar kami bergiliran, melafalkan bacaan dan akan diikuti murid – murid, membenarkan jika ada yang keliru. Pak Gusti sabar mengajari kami mengaji, meskipun kami bebal dan sering bolos ngaji.

     

    Pernah waktu itu selepas pulang sekolah, Teka berlari pulang melempar tas sembarangan, ibu sedang menidurkan Hana, berganti baju, shalat dan makan cepat – cepat, meminta izin pada ibu akan bermain sebentar sebelum berangkat ngaji  langsung berlari ke rumah Ismail, janjian akan pergi  memancing bersama. Masing – masing sudah membawa joran, Ismail yang membawa umpan cacing tanah, berangkat memancing di ujung desa, airnya di sana tenang, dekat dengan persawahan siapa tahu banyak ikan. Teka, Sundari dan Ismail keasyikan memancing hingga sore lupa ada jadwal mengaji.

     

    Hanya tinggal Ismail yang belum selesai setor mengaji, Teka dan Sundari yang sudah selesai merapikan Al – Quran menunggu. 

     

    Antara gedung sekolah dan rumah Pak Gusti ada jalan kecil sebagai jalan tembus antar komplek. Jalannya kecil hanya bisa dilalui satu sepeda motor saja. Untuk mempersingkat waktu biasanya kami pulang melewati jalan ini, kemudian tembus lewat komplek sebelah dan menyeberang jalan raya berjalan sedikit lagi dan berbelok ke kiri ke arah desa kami.

     

    Teka, Sundari dan Ismail berjalan beriringan menyusuri jalan desa. Ismail iseng meraup beberapa kerikil di jalanan yang berbatu sambil  melemparkan ke sembarang arah. 

     

     Ketika tengah bercakap – cakap dari sisi jalan yang ditumbuhi pohon rambutan terdengar suara geraman. Serentak Teka, Sundari dan Ismail terhenti mendengarkan dengan seksama suara apa yang barusan terdengar. Dengan iseng Ismail melempar batu kerikil ke arah asal suara. 

     

    “RRRRR…GUKK..GUKK…GUKK…RRR”

    Tiba – tiba dari balik semak muncul seekor anjing besar berwarna kecoklatan, melangkah waspada wajahnya menyeramkan, matanya besar, gigi taringnya panjang runcing, mengeluarkan air liur dari mulutnya, leher dan telinganya tegak, Teka, Sundari dan Ismail baru pertama kali berhadapan dengan anjing sebesar itu.  Mereka  mundur perlahan,  saling bertatapan satu sama lain berhitung dengan resiko, beberapa kali Teka menelan air liur, anjing besar tidak bergeming dari tempatnya hanya menggeram dan menggonggong. Wajah sundari pias, tanpa sadar meremas kuat –  kuat lengan Teka , terlambat Teka tak sempat menghentikan Sundari yang tiba – tiba gegabah membalik badan dan berlari pontang – panting.

     

    Teka dan Ismail membeku, Anjing kecoklatan itu terlihat marah dan memamerkan giginya yang tajam dan runcing. Anjing itu seperti bisa membaca pikiran Teka dan Ismail. Ia  melangkah maju sambil menggeram jarak mereka hanya terpaut beberapa meter. Tidak ada jalan lain, dengan isyarat mata dan hitungan jari Ismail dan Teka bersiap. Memutar badan dan berlari sekencang – kencangnya. Sekali  lagi anjing itu menyalak nyaring dan mengejar Teka dan Ismail. Teka lari sekuat tenaga, meskipun kesulitan tangan kirinya menggenggam bungkusan kitab suci Al-Quran sedang tangan kanan menyingsingkan rok panjangnya ke atas betis. Keringat dingin mengalir di dahi dan punggung Teka jarak mereka hanya sekitar 3 meter, Ismail tidak kalah panik sarung dan kopiah di gulung serampangan, wajahnya ketakutan berlari ngos – ngosan keringat bercucuran di dahi dan wajahnya.

    “TOLONGGGG… TOLONGGG…” Ismail berteriak kencang sambil terus berlari. Sepi di jalan menuju desa jarang orang berlalu – lalang. Ismail berusaha mengejar Teka yang berlari dua tiga langkah lebih cepat darinya. 

     

    “TOLONGGG!!!” 

     

    Susah payah Teka mengeluarkan teriakan. Ketika sedang panik teriakan pun seperti cicitan. 

     

    “GUKK…GUKK..GUKK!!” 

     

    Anjing itu berlari cepat segera menyusul Teka dan Ismail. Anjing itu sudah memperlihatkan gigi tajamnya bersiap menerkam. Anjing itu berhasil menyusul Ismail yang berada di belakang Teka, udara panas dari moncong anjing sudah dekat sekali, saat anjing itu membuka mulutnya siap menerkam Ismail tiba – tiba terdengar suara berdebum diikuti jeritan suara anjing. Di saat yang sama Ismail terjungkal jatuh terjerembab mengaduh kesakitan.

     

    “Anjing kecoklatan itu tidak sadar kalau ada orang lain yang telah memukulnya dengan sebilah kayu. Sekali lagi pukulan keras menghantam kakinya. Si anjing melolong kesakitan, mencoba berdiri tegak di hadapannya telah berdiri seorang laki – laki berperawakan tegap dengan sebilah kayu dalam genggamannya. Laki – laki itu siap menghantamkan kayunya apabila si anjing menyerang lagi. Namun rasa sakit akibat dua pukulan sebelumnya, membuat nyali si anjing menciut. Dengan lolongan kecil, dan tatapan benci ke arah Ismail dan Teka anjing itu berusaha lari terpincang – pincang menjauh.

     

    “Ismail, kau tidak apa – apa?” tanya laki – laki itu. 

    “Tidak, Paman. Hanya dengkul dan siku yang berdarah.” jawab Ismail kepada laki – laki yang rupanya adalah bapak Teka.

    “Teka, kau tak apa – apa, Nak?”

     

    Teka hanya menggeleng, jantungnya masih berdegup kencang napasnya memburu. Betapa leganya ada bapak  yang datang menolong.

     

    Ternyata dari kejauhan bapak sudah melihat ada yang tidak beres. Bapak langsung melaju kencang dan mencari sesuatu. Ketika kaki Ismail hampir di gigit anjing bapak berhasil menendang badan anjing dengan kakinya sekuat tenaga. Melemparkan sepeda sembarangan dan berhadapan dengan anjing. Berdiri mantap siap melanjutkan perkelahian apabila si anjing tidak mundur. Melihat lawan yang tidak seimbang dengan malu dan penuh benci anjing kecoklatan itu terpincang – pincang menjauh.

    Bapak memeriksa kondisi Ismail yang kepayahan takut ada yang terkilir lalu menaikkannya di stang sepeda. Teka berjalan beriringan dengan bapak dan Ismail yang dituntun dengan sepeda.

    Menurut cerita Bapak, anjing itu adalah anjing liar yang agresif. Jika merasa terganggu atau terancam, dia akan mengejar orang yang mengganggunya. Seorang tetangga kami pernah di gigit dan harus dilarikan ke puskesmas karena kaki bekas gigitannya meradang.

     

     

    Kreator : Lemone tea

    Bagikan ke

    Comment Closed: Dikejar Anjing

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021