KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Disapa oleh hantu Gunung Kinabalu

    Disapa oleh hantu Gunung Kinabalu

    BY 21 Agu 2024 Dilihat: 34 kali
    Pendakian melepas kegalauan hati di Rinjani_alineaku

    Alhamdulillah akhirnya berkesempatan mendaki Gunung Kinabalu 8-10 Desember 2016. Sebuah impian mencapai 4.095,2 m di atas permukaan laut (m dpl).

     

    Aku menginap semalam di desa Kundasang untuk penyesuaian suhu. Berjarak 1½ jam dari Kota Kinabalu. Pukul 8 pagi aku mendaftar di kantor Heritage Park. Pukul 10 memulai pendakian dari Timpohon. Jarak lokasi pendaftaran ke Timpohon (1,866m), 10 menit berkendara. Aku sempat power nap di mobil pengantar. Menurut info untuk sampai ke Laban Rata, waktu tempuh minimum 6 jam. Sepanjang trek tersedia 6 pondok air minum dan jamban sangat bersih.

     

    Tiba di Timpohon disodori pemandangan Carson Waterfall yang sungguh menyegarkan. Pondok Istirahat tersedia di antaranya di: Kandis (1,981m); Ubah (2,081m); Lowii (2,267m); Mempening (2,516m); Layang-layang (2,674m); Vilosa (2,961m); Paka (3,080m); Waras Hut (3,244m); Laban Rata (3,273m). Aku mendaki dengan tas berisi keperluan minimal, sehingga tidak memerlukan porter, juga tidak memakai jasa pemandu, meskipun merupakan persyaratan di gunung Kinabalu. Hal itu karena aku bergabung bersama pendaki lokal yang kebetulan mereka setuju aku diselipkan berada dalam kelompok mereka. Kenyataannya, aku tetap solo hiking.

     

    Timpohon – Laban Rata kutempuh dalam waktu 8 jam. Hujan deras mengairi jalan bebatuan, menyungai. Tiba di Laban Rata seluruh tubuhku basah kuyup. Para pendaki lainnya sedang menikmati makan malamnya di hotel resto di ketinggian 3200 m. Aku segera mandi dengan air sedingin es karena pemanas air tidak bekerja. Pukul 8 malam restoran tutup dan semua pendaki disarankan tidur. Pukul 24.00 kami dibangunkan. Pukul  24.30 lanjut menikmati supper (makan larut malam). Pukul 1 dini hari kami semua berangkat dengan gairah luar biasa menuju puncak, walaupun masih terasa mengantuk.

     

    Medan pendakian ke puncak cukup berat bagiku, berupa trek tangga-tangga kayu dan batu. Di titik 6,5 km aku terserang kantuk luar biasa. Untuk keamanan, sepanjang trek disarankan berpegangan tali. Dengan sisa tenaga, aku berhasil mencapai 7,5 km saat tiba di pos terakhir, 3,700 m dpl. Aku melapor saat menjelang waktu tenggat. Petugas menanyakan, “mengapa ibu tiba lambat?” Aku menjawab, “mengantuk pak, karena solo hiking”. “Ibu sebaiknya rehat sejenak di sebuah bilik di depan pos”.

     

    Bilik itu sederhana, ukuran 2×3 meter. Petugas membuka pintu bilik dengan kunci. Bunyi kunci membuka: “Cekrek cekrek”. Aku dipersilakan masuk, sambil mengatakan, “kunci pintu dari dalam bu, karena angin di luar sangat kencang!”. Aku mengangguk, sambil masuk menuju ranjang susun yang terdiri 2 set. Bilik sungguh gelap dan aku mengantuk berat, kurebahkan tubuhku di ranjang tanpa membuka sepatu. Baru sebentar tertidur, terdengar teguran keras: “Mengapa kamu tidak pergi muncak?” Aku terkaget-kaget membuka mata. Dihadapanku berdiri 2 orang pria dewasa. Pria sebelah kiri bertubuh pendek, berwajah India dengan kulit gelap. Sementara yang di sebelah kanan, bertubuh tinggi kurus, berwajah Cina dengan kulit kuning pucat. Mereka berdua mengenakan lampu di dahi mereka, head-lamp. Aku melihat wajah mereka dalam bentuk agak siluet karena cahaya lampu datang dari kepala mereka. Namun aku mampu mengenali sosok mereka. 

     

    Mereka bertanya dengan suara keras pertanyaan yang sama sebanyak 2x lagi, “mengapa kamu tidak pergi muncak?”. Aku menjawab dengan kalimat yang sama: “Masih belum diijinkan petugas!”. Lalu aku jatuh tertidur kembali. Tidak lama kemudian pintu bilik digedor keras dari luar. Petugas memanggilku: “Ibu buka pintu, ada perempuan Korea terserang hipotermia”. Aku segera membuka pintu, “Cekrek cekrek”. Kemudian 2 orang masuk ke dalam bilik. Yang pertama pemandu, disusul perempuan Korea tersebut. Aku keluar dari bilik dan menunggu di luar pintu. Aku bertanya kepada pemandu: “Pak apakah tadi di dalam berjumpa 2 orang pria?”. Si pemandu menjawab: “Tidak ada orang lain bu, hanya ada ibu.” Aku menjelaskan kepadanya bahwa tadi ada 2 orang pria menegurku. Si pemandu mengatakan: “Tanyakan saja kepada petugas”. Aku bertanya, dan jawabannya sama, bahwa hanya aku seorang di dalam bilik. Lalu aku bertanya lagi, “jadi siapa yang menegurku di dalam tadi?”

     

    Terlalu lama menanti jawaban mereka, aku lanjut mendaki, menyapa Selamat Datang ke puncak Tunku Abdur Rahman. Summit attacked. Saat kembali dari puncak, aku melihat si pemandu yang sama, masih di pos menunggu kelompok pendaki Korea turun puncak. Aku mengulang pertanyaan yang sama tentang 2 pria di dalam bilik kepada pemandu dan petugas pos. Mereka diam acuh tidak menjawab. Ketika aku sudah harus turun gunung, si pemandu mengejarku dan bertanya, “ibu penasaran ya ingin tahu?” Aku menjawab “ya”. 

     

    Lalu dia menjelaskan: “Ibu, kedua orang tersebut sudah tewas saat gempa bumi melanda gunung di tahun 2015.” “Mereka tewas di lokasi bilik ini!” Aku melongo, dan bingung. Dilanjutkannya, “silahkan ibu membuka website di kota Kinabalu, dan lihat wajah-wajah korban tewas yang mungkin ibu temui tadi di dalam bilik”.

     

    Setiba di kota, aku mengunduh berita internet dan melihat potret puluhan wajah-wajah korban pendaki dan diantaranya dari sebuah sekolah di Singapura, menampilkan 2 wajah yang kukenal menegurku di bilik. Potret mereka cukup jelas dan aku merasa ditatap mereka untuk kedua kalinya.

     

     

    Kreator : Mariza

    Bagikan ke

    Comment Closed: Disapa oleh hantu Gunung Kinabalu

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021