Mengubah nama bukan berarti mengubah semangat yang fundamental: tergerak, bergerak, dan menggerakkan. Ini bukan sebuah penilaian, melainkan bentuk pemahaman untuk saling mengerti.
Secara resmi, nomenklatur BBGP (Balai Besar Guru Penggerak) diubah menjadi Balai Besar Guru dan Tenaga Kependidikan. Sementara itu, BGP (Balai Guru Penggerak) kini menjadi Kantor Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bagi saya, apapun namanya, saya tetap seorang guru yang termotivasi dari dalam diri. Tidaklah berlebihan untuk berharap bahwa ujungnya, sekolah dan murid adalah tujuan utama. Sebuah tujuan yang selalu ada di kepala.
Baik cocok maupun tidak dengan nama baru program ini, gedung sekolah, ruang guru, dan kelas akan selalu menjadi tempat semedi saya yang paling nyaman untuk mencari ide dan inspirasi terbaik menurut versi saya.
Dalam perjalanan panjang sebagai guru, Diklat Guru Penggerak adalah satu-satunya pelatihan yang spektakuler dan berdampak luar biasa. Tidak ada pelatihan lain yang mampu menandingi kehebatan program ini, setidaknya menurut pendapat saya. Jika ada yang berpendapat sebaliknya, silakan.
Banyak yang skeptis terhadap gebrakan program ini, karena sebagian besar guru enggan terlibat dengan berbagai alasan. Mulai dari kesibukan hingga kekhawatiran mengenai pekerjaan yang akan menumpuk.
Alasan lain yang menjadi momok paling menakutkan bagi mereka adalah kurangnya kemampuan dalam bidang teknologi. Padahal, ini bukan syarat utama untuk menjadi Guru Penggerak. Namun, entah mengapa, inilah yang dijadikan alasan berikut.
Sikap skeptis ini pada akhirnya melahirkan guru-guru yang apatis dan enggan keluar dari zona nyaman. Mereka sudah merasa benar berada di posisinya, namun lupa bahwa generasi di dalam kelas telah melaju dengan sangat cepat akibat berbagai perubahan zaman. Ditambah lagi, karakter baru yang terbentuk sejak pandemi memunculkan perilaku-perilaku baru yang lebih kritis dan aktif. Sementara itu, guru masih terpaku merenung di meja, kebingungan menatap ruang kelas dan murid yang semakin dinamis.
Program Guru Penggerak telah menuai banyak kontroversi sejak awal, mulai dari tataran pusat hingga pemda, bahkan sampai ke kalangan pemangku kepentingan di tingkat satuan pendidikan.
Mengapa ini terjadi? Karena banyak dari kita yang selalu menolak perubahan. Perubahan seringkali dianggap sebagai sebuah kecemasan yang berkepanjangan, menciptakan jurang antara guru yang ingin melakukan perubahan untuk meningkatkan kapasitas diri dan guru yang stagnan, berharap pada kenyamanan.
Jika kini jargon penggerak itu dihilangkan, bukan berarti menghapus semangat Guru penggerak yang telah lulus dan menamatkan pendidikan selama 9 dan 6 bulan. Durasi panjang yang menguras energi dan waktu. Selama itu pula mereka tetap terus melaksanakan tugas dengan sepenuh hati menjadi penuntun bagi murid. Terus nyalakan api obor itu, jangan pernah padam. Salam dan Bahagia.
Kreator : Kadek Suprapto
Comment Closed: Diubah Nama, Namun Semangat Tetap Terjaga
Sorry, comment are closed for this post.