Part 2 : Perkenalan
Dengan malu -malu Rani membuka obrolan pada penumpang di sebelahnya dengan senyum yang berkembang.”maaf mas mau tanya yang minta tukeran duduk sama saya apakah ibunya mas ?’’
Si mas tampan sambil tersenyum pun menjawab”Bukan,itu bude saya.”
“ohh,knp mas nggak beli tiket yang kursinya di depan,kasihan kan kalau memang sering merasa pusing dan mual,lagian seusia bude sudah harus duduk di kursi yang paling nyaman.”kata Rani.
Dengan senyum yang menawan si mas tampan menjawab, “semua itu salah saya yang selalu sibuk dan kurang memperhatikan bude ,padahal bude selalu minta jauh -jauh hari untuk membeli tiket ,namun karena kesibukan saya jadi kehabisan tiket yang eksekutifnya.”
Dengan singkat Rani menjawab”oh jadi gitu oke deh,bisa dimaklumi,sepertinya kamu sayang banget sama bude.”
“Tentu saja saya sangat menyayangi bude,karena bude adalah orang tua saya yang masih ada dan saya tidak bisa melakukan apa-apa tanpa campur tangan bude.Ngomong-ngomong kita belum kenalan nih,boleh donk tahu Namanya mba cantik.”kata si mas tampan. Dengan mengulurkan tangannya mas tampan mengatakan dengan lembut “Rama.”
Rasa senang yang menyelimuti diri Rani ,sambil tersenyum menjawab:”Rani.”
Rama:”Rani kuliah apa bekerja di Jogja?”
Rani:”Saya mau menghadiri sepupu yang akan menikah .”
Rama:”Sepupu kamu tinggal Dimana ?”
Rani :”Jl. Kapten Piere Tendean no 22, Wirobrajan.”
Rama:”Masyaallah,kita tetangga kalau gitu.”
Rani :”Alhamdulillah, mas Rama tinggal disitu juga?”
Rama:”Benar,mungkin undangan yang di maksud bude bisa jadi pernikahan sepupu kamu .”
Rani :”Bisa jadi, kalau memang bude mas rama tetangga sama tante saya.”
Obrolan antara Rama dan Rani terhenti sejenak saat telepon genggam Rani berbunyi,Rani pun meminta izin Rama untuk menerima telepon.
Saat Rani sedang menerima telepon, Rama melihat Rani dengan seksama tanpa sadar Rama mengucapkan kata “Cantik” yang membuat Rani tersipu malu mendengarnya,sesat setelah menutup telepon.
Setelah Rama mengajak berkenalan terlebih dahulu, Rama mulai tidak canggung untuk mengobrol bareng Rani menanyakan banyak hal kepada Rani.
Tanpa disadari Rama dan Rani, ibu dan bude mereka selalu memperhatikan mereka dari kejauhan termasuk kakak dan ayahnya.Tergambar seulas senyum yang terpancar ,mereka sangat menginginkan hal ini terjadi karena Rama maupun Rani susah untuk dekat dengan lawan jenis, karena rasa trauma yang membuat mereka berpikir dua kali untuk dekat dengan lawan jenis.
Rama berinisiatif untuk meminta no handphone Rani,dan Rani pun memberinya padahal Rani termasuk Perempuan yang sulit untuk memberikan no pribadinya pada seorang laki-laki,akhirnya mereka tukeran no handphone.
Perjalanan yang seharusnya ditempuh 8 jam,menjadi terasa singkat bagi Rani,karena di temenin ngobrol mas Rama.
Bagi Rani, Rama seorang laki-laki yang sopan dan berwibawa juga lebih dewasa,mudah-mudahan tidak sama dengan laki-laki yang pernah Rani kenal dan membuatnya kecewa.
Begitupun dengan Rama yang mengagumi Rani,sosok Perempuan yang Anggun,tidak begitu cerewet dan agak pendiam,tapi tidak membosankan .Rama berharap mudah-mudahan Rani tidak seperti Perempuan yang pernah dekat dengannya dulu yang tega mengkhianatinya dan membohonginya sampai menyakiti hatinya.
Mereka berdua saling beradu pandang dan diam sesaat ,sampai pada akhirnya Rani memalingkan wajahnya karena merasa malu oleh Rama yang terus memperhatikannya.
Dalam hati Rani bergumam sendiri “Gila laki-laki modelan Rama yang nggak kehitung gantengnya, hidungnya yang mancung bikin saya ngga bisa berpaling
Kreator : Rani.Ramayanti
Comment Closed: Djogjakarta I’M in love (Part II)
Sorry, comment are closed for this post.