Part 22 : Bencana
Rani sudah merasa tenang dengan perhatian yang Rama berikan, namun ketenangan Rani hanya separuhnya saja yang tenang jauh dilubuk hatinya yang terdalam tetap Rani merasa sangat sedih walau sudah berkali- kali ditepis.
Perjalanan menuju Bogor sudah melaju dengan kecepatan sedang namun Rama merasa sangat tidak nyaman dengan jalur yang kini dia laju. Masalahnya Rama tidak bisa melaju dengan kecepatan yang semestinya dilakukan para pengendara dijalan yang licin dan extrim seperti sekarang dengan cuaca yang sedikit berbahaya bagi pengendara. Setelah keluar tol, Rama melirik kearah Rani dengan perasaan gelisah.
Rama bukannya semakin tenang malah semakin takut dengan adanya angin kencang serta hujan lebat membuat jarak pandang Rama melajukan mobilnya sedikit melambat.
Waktu tidak terasa sudah menjelang tengah malam, Rama melihat banyak kerumunan orang menghalangi kendaraan lewat di jalurnya yang menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Rama penasaran dengan kejadian tersebut dan ingin sekali turun dan melihatnya, namun Rama tidak mau membangunkan Rani yang tertidur di sampingnya dengan air mata yang masih tersisa.
Rama melihat petugas Kesehatan yang berlari melintasi mobilnya terlihat begitu khawatir sambil berlari juga petugas kepolisian dan beberapa anggota tim SAR.
Rama merasa tangannya bergetar secara tiba-tiba saat melihat korban yang diangkat ke mobil ambulance, seperti melihat sosok Ayah, Ibu dan Kakaknya.
Dengan perlahan Rama memindahkan kepala Rani yang bersandar di pundaknya, dan segera keluar dari mobil untuk melihat kejadian dan orang – orang yang posturnya mirip dengan keluarganya.
Sesaat Rama tercengang melihat semua peristiwa naas yang menimpa mobil keluarga Rani, mobil yang tertimpa pohon besar yang tumbang tepat menindih mobil yang di dalamnya adalah Ayah, Ibu dan Kakak serta supir dari keluarga Rani. Rama merasa mual, lututnya lemas membuatnya merasa limbung dan akhirnya tumbang juga.
Orang yang berada di sekitarnya langsung membopong Rama ke tempat yang lebih aman. Rama merasa sakit yang tidak berdarah, serta bingung bagaimana cara menyampaikannya kepada Rani.
Di saat yang tidak tepat orang-orang yang berada di kerumunan langsung berlari melihat seorang perempuan yang berteriak sekencang-kencangnya sampai tidak sadarkan diri, tiada lain adalah Rani.
Rama yang ikut melihat merasa kaget dan panik langsung membawa Rani ke mobilnya dan berusaha menenangkan diri serta menguatkan mentalnya agar bisa membawa Rani ke rumah sakit dengan selamat.
Sambil memegang setir dan rasa gugup yang teramat sangat, Rama melafalkan doa seraya memohon keselamatan pada Allah SWT, agar semua keluarganya bisa selamat dan dalam keadaan baik- baik saja.
Dengan rasa khawatir yang sangat besar terhadap Rani, Rama berusaha fokus agar cepat sampai di Rumah Sakit. Selang beberapa menit Rama sampai di Rumah Sakit dibantu oleh dua orang warga, Rama turun menggendong Rani dibantu warga menuju IGD.
Setelah Rani ditangani Dokter dan juga suster yang merawatnya, Rama langsung melihat keluarga Rani yang tadi dibawa ke Rumah Sakit yang sama.
Tidak lupa Rama mengucapkan terima kasih terhadap warga yang telah membantunya dan mengantarkannya ke rumah Sakit.
Rama segera mengganti ongkos dan memberi sedikit tanda terima kasih terhadap warga tersebut. Sebenarnya warga menolak, namun Rama memaksanya karena Rama ingin membalas semua kebaikan yang warga tersebut lakukan.
Dengan perasaan yang campur aduk, kesedihan yang menyelimuti dirinya kini benar- benar tidak dapat lagi ditutup- tutupi, dengan sisa tenaga yang ada Rama berjalan menghampiri suster untuk bertanya korban kecelakaan yang baru saja terjadi.
Suster menunjuk ke arah jarum jam dimana Rama melihat Dokter yang sedang sibuk memberi pertolongan sekuat tenaga untuk menolong keluarganya.
Rama tidak diizinkan untuk masuk ke ruang tersebut hanya bisa melihat dari jauh terhalang kaca, karena ruang tersebut merupakan ruangan yang khusus menangani pasien yang gawat darurat.
Entah apa yang sebenarnya terjadi sampai keluarganya harus mengalami peristiwa tersebut, di saat Rama hendak berkunjung dan ingin lebih jauh mengenal keluarga Rani.
Rama segera menghubungi Bude di Yogyakarta, serta Paman dan Bibi Rani. Mereka terdengar menangis dan akan segera menuju ke rumah sakit dengan tiket pesawat saat itu juga.
Rama merasa sedikit tenang, karena bagaimanapun Rama ingin ada orang tua yang mendampinginya seperti Bude, Paman dan Bibi agar dirinya lebih kuat dan tidak terlihat rapuh saat Rani sadar nanti.
Rama bersandar di kursi tunggu dan hampir tidak bisa duduk dengan tenang, Rama selalu mondar- mandir menghilangkan rasa cemasnya sambil sesekali melihat ke ruangan pasien dimana Ayah, Ibu dan Kakaknya Rani sedang ditangani dokter.
Bencana yang menghampirinya kini tidak bisa dikatakan ringan melihat kondisi keluarganya Rani yang tertimpa reruntuhan pohon tumbang menjadi pukulan terbesar bagi Rani dan juga Rama.
Kreator : Rani.Ramayanti
Comment Closed: Djogjakarta I’M in love (Part XXII)
Sorry, comment are closed for this post.