PART 27 : DOA DAN HARAPAN
Tiga tahun kemudian…
Rani dan Rama telah memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta setelah Rani menyelesaikan pendidikannya sebagai mahasiswa desain.
Walaupun Rama telah bekerja sebagai arsitek ternama di Jabodetabek, ia tidak menyesal harus pindah ke kota kelahirannya. Justru, ia merasa senang karena kini tidak sendiri. Rama sudah memiliki istri yang harus dinafkahinya serta tanggung jawab besar sebagai seorang suami.
Hari ini terasa begitu istimewa. Selain menjadi hari terakhir mereka di kota ini, momen tersebut juga bertepatan dengan wisuda istri tercinta.
Dengan penuh antusias, Rani menyambut kedatangan Rama. Ia disambut hangat oleh suaminya, bersama buket bunga dan ucapan selamat dari para sahabatnya.
Setelah acara selesai, Rama mengajak Rani pergi ke sebuah kafe hanya untuk sekadar menikmati waktu berdua, mengenang masa-masa pacaran mereka meskipun kini sudah menikah.
Rani hanya tersenyum dan diam-diam menyimpan sebuah rahasia yang ingin diutarakannya. Namun, ia masih mencari momen yang tepat.
Kini, saat yang dinantikan itu tiba. Duduk berhadapan dengan Rama, Rani menarik napas dalam-dalam dan menyerahkan sebuah surat kepadanya.
Surat tersebut menyatakan bahwa Rani telah hamil.
Rama tidak dapat menahan rasa bahagianya. Dengan mata yang berkaca-kaca, ia memeluk Rani erat, penuh kasih sayang.
Kabar bahagia itu segera disampaikan kepada keluarga besar, termasuk kepada Bude, Tante, dan Om-nya Rani yang kini telah kembali menjalani aktivitas seperti biasa di Kota Gudeg.
Keluarga besar mereka begitu terharu mendengar kabar tersebut. Bahkan, Bude sangat ingin bertemu langsung dengan Rani.
Untuk mengobati rindu, Rama dan Rani pun memutuskan untuk melakukan panggilan video.
Saat panggilan berlangsung, Bude menyambut mereka dengan penuh kehangatan. Mereka saling melepas rindu dengan penuh kasih sayang.
Namun, di tengah suasana yang haru dan hangat itu, tiba-tiba masuk panggilan telepon dari Sinta.
Rama dan Rani langsung bertatapan, merasa khawatir.
Mereka meminta izin kepada Bude untuk mengakhiri panggilan video, lalu segera mengangkat telepon dari Sinta.
Rama menggenggam tangan Rani, berusaha menenangkannya agar ia tidak terlalu tegang dan khawatir, mengingat kondisi kakaknya yang hingga saat ini belum ada kepastian.
Agar Rani tidak terlalu terbebani dengan berita yang mungkin kurang baik, Rama menjauh sejenak untuk menerima telepon tersebut.
Namun, ekspresi yang ditunjukkan Rama justru membuat Rani kebingungan.
Alih-alih terlihat khawatir, Rama tersenyum dan sesekali melirik ke arah Rani yang sedang memperhatikannya dengan dahi berkerut, penasaran dengan tingkah lakunya.
Melihat wajah polos Rani yang tampak kebingungan, Rama semakin gemas. Ia baru menyadari bahwa ada banyak perubahan yang terjadi dalam diri istrinya.
Tak lama kemudian, Rama mendekat dan langsung memeluk Rani dengan penuh kegembiraan.
Sambil menatap wajahnya, Rama berkata, “Kakakmu sudah sehat dan sedang dalam perjalanan pulang ke tanah air!”
Mendengar kabar itu, Rani sangat senang hingga hampir melompat kegirangan.
Untung saja Rama segera mengingatkan bahwa ia sedang mengandung, sehingga harus lebih berhati-hati.
Mereka segera kembali ke rumah keluarga Rani untuk menyambut kedatangan kakaknya.
Setelah semua persiapan selesai, bel pintu pun berbunyi.
Rama segera membukakan pintu, tetapi ia terkejut karena yang datang bukan hanya kakaknya Rani, melainkan juga seorang wanita asing yang ikut mendampinginya.
Melihat hal itu, Rani pun kebingungan.
Namun, ia tetap menyambut mereka dengan hangat dan penuh kegembiraan.
Rani sangat bahagia melihat kakaknya yang kini sudah kembali sehat. Kakaknya tampak jauh lebih segar dan lebih tampan dibanding sebelumnya.
Sementara itu, kakaknya langsung memeluk Rani sambil menangis dan meminta maaf.
“Maafkan Kakak… Kakak merasa bersalah karena harus melewati semua ini seorang diri…” ucapnya dengan suara bergetar.
Rani yang begitu terharu langsung membalas pelukan kakaknya.
Segala kejadian yang telah ia alami selama ini benar-benar menguras pikiran dan tenaga. Beruntung, ia memiliki suami yang selalu setia menemani dan mendukungnya di saat paling sulit.
Setelah suasana sedikit tenang, kakaknya Rani mengenalkan wanita asing yang dibawanya.
“Ini Emmy,” katanya. “Dia adalah istriku.”
Mendengar hal itu, Rani dan Rama sama-sama terkejut.
Mereka merasa senang sekaligus bingung dengan kabar mendadak ini.
Melihat ekspresi mereka, kakaknya pun menjelaskan bahwa selama ia sakit, Emmy selalu merawatnya dengan penuh ketulusan.
Emmy tidak pernah mengeluh, bahkan selalu berada di sisinya hingga ia benar-benar sembuh.
Setelah kondisinya membaik, kakaknya Rani memutuskan untuk melamar Emmy.
Dengan bantuan Sinta dan suaminya, pernikahan mereka akhirnya berlangsung secara sederhana, tetapi penuh khidmat dan berkah.
Malam itu, di dalam kamar mereka, Rani dan Rama merasakan kebahagiaan yang tiada terkira.
Ternyata, di balik setiap kesedihan, selalu ada kebahagiaan yang datang sebagai hadiah dari Tuhan.
Keesokan harinya, Rani dan Rama meminta izin kepada kakaknya serta istrinya untuk kembali ke Djogjakarta dan menetap di sana.
Dengan berat hati, kakak dan istrinya mengizinkan mereka pergi.
Mereka tidak ingin egois dengan menahan Rani dan Rama untuk tetap tinggal, karena kebahagiaan mereka lebih utama.
Rani dan Rama pun segera berangkat, memilih menggunakan kereta—transportasi yang mempertemukan mereka untuk pertama kalinya.
Namun, kini situasinya berbeda.
Mereka bukan lagi dua orang asing yang kebetulan bertemu di perjalanan, melainkan sepasang suami istri yang sedang menikmati indahnya rumah tangga serta membangun keluarga kecil mereka.
Dengan penuh rasa syukur, mereka berdoa kepada Allah SWT, yang telah memberikan kebahagiaan sesuai dengan doa dan harapan mereka.
Rani dan Rama percaya bahwa selama mereka terus saling mendoakan dan memiliki harapan yang baik, kebahagiaan akan selalu menyertai kehidupan mereka.
TAMAT
Kreator : Rani.Ramayanti
Comment Closed: Djogjakarta I’M in love (Part XXVII)
Sorry, comment are closed for this post.