Kisah ini merupakan kisah nyata dan merupakan refleksi dari perjalanan iman penulis sendiri yang mengalami misteri kehidupan.
Pada suatu pagi di bulan Juli saat mencuci piring di westafel aku merasa sesak dan kesulitan bernapas. Aku berjalan ke kamar dan duduk di tepi tempat tidur. Suami yang sedang sibuk dengan gadget terkejut dan bertanya apa yang terjadi. Dengan susah payah aku menjelaskan kalau tiba-tiba aku merasakan sesak dan sekujur tubuhku kaku. Dengan panik suamiku mengambil air hangat dan membangunkan anak-anak untuk membantun mengurus diriku. Setelah melihat keadaanku, anak sulungku langsung menuju ke rumah pak RW untuk meminjam tabung oksigen. Bertepatan di perumahan kami memiliki ambulans yang dilengkapi tabung oksigen. Ambulans diadakan hasil swadaya warga perumahan karena sulitnya mencari ambulans disaat pandemi.
Mendengar kondisiku yang kurang baik, pak RW langsung menghubungi sopir ambulans untuk membawa ambulans ke rumah kami. Atas desakan warga, akhirnya aku dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan tindakan medis.
Berdasarkan hasil pemeriksaan di rumah sakit, kondisi jantung dan paru-paru bagus, saturasi normal, dan hasil swab negatif. Karena banyaknya pasien covid di UGD, sedangkan aku tidak dalam kondisi kritis maka disarankan untuk pulang dan di rawat di rumah. Meskipun saya merasa sesak dan badan kaku semua, hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ditemukan penyebab sesak. Kejadian tersebut terjadi pada saat virus delta sedang mengamuk.
Kejadian berikutnya terjadi bulan Desember 2021 dimana aku merasakan sesak, badan kaku, dan vertigo datang tiba-tiba membuat kesadaran ku menurun. Karena trauma dengan kejadian di bulan Juli waktu di bawa ke rumah sakit dan melihat banyaknya pasien covid yang sedang berjuang, aku tidak mau dibawa ke rumah sakit. Tapi karena kondisi itu terus berulang, aku akhirnya di sarankan ke dokter jantung. Dari pemeriksaan elektrocardiografi dokter mencurigai adanya penyumbatan di jantung akibat virus covid yang pernah menyerang aku di awal Maret 2020. Aku melakukan katerisasi di rumah sakit. Sebelum dilakukan kateterisasi, aku harus puasa dan melakukan serangkaian pemeriksaan terkait fungsi ginjal karena akan dimasukan zat kontras saat katerisasi berlangsung. Proses katerisasi berlangsung selama satu jam dan hasilnya kedua jantungku seratus persen sehat. Dan tetap menjadi misteri apa penyebab sesak napas??????
Akhir Februari-Maret kondisiku semakin memburuk dan aku semakin sering kehilangan kesadaran karena sesak napas, badan kaku, dan vertigo. Aku akhirnya ditangani dokter syaraf dan vertigo. Serangkaian pemeriksaan dilakukan mulai dari MRI, EEG, TCD, dan EMG. Berdasarkan pemeriksaan ditemukan adanya sumbatan di leher kiri. Untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan, aku dipindahkan ke rumah sakit khusus otak di Jakarta. Membaca hasil dari rumah sakit sebelumnya, dokter yang menangani aku menjelaskan tindakan yang akan dilakukannya yaitu pemeriksaan dengan DSA untuk melihat seberapa parah sumbatan dan apakah mungkin di pasang ring di leher untuk memperbesar pembuluh darah. Tata laksana DSA sama persis seperti kateterisasi jantung, bedanya selang yang dimasukan kalau jantung dari pergelangan tangan, sedangkan DSA dari paha. Tindakan berlangsung selama satu jam. Hasilnya tidak ada sumbatan di leher. Dan tetap tidak ketahui mengapa saya sesak napas dan kehilangan kesadaran. Pemeriksaan dilanjutkan dengan EEG monitoring untuk melihat aktivitas otak selama serangan vertigo. EEG monitoring lakukan selama 8 jam. Dan hasilnya tetap sama bahwa kondisi otak aku baik-baik saja. Oleh karena tidak ditemukan penyebab penyakit, akhirnya aku diperbolehkan pulang dengan kondisi tidak ada perubahan sama sekali.
Dua Minggu aku istirahat di rumah, setiap berjalan kondisi aku tidak stabil dan sempoyongan. Belum ada perubahan yang berarti. Pada hari Senin, aku harus ke satu sekolah untuk melaksanakan tugas penting. Dengan kondisi belum stabil, aku menyelesaikan aktivitas di sekolah tersebut. Setelah selesai dan sambil menunggu jemputan, aku beristirahat di ruang tata usaha. Tiba-tiba salah satu guru masuk dan menghampiri diriku. Setelah mengetahu kondisi aku yang kurang baik, dia meminta ijin untuk berdoa dan dilanjutkan menyentuh diriku seolah-olah sedang mengambil sesuatu dari tubuhku. Setelah itu dia pergi ke luar dan membuang sesuatu yang berasal dari tubuhku. Setelah dia kembali aku bertanya apa yang terjadi. Dia hanya meminta aku untuk berdoa mohon pengampunan karena aku sudah menyakiti orang lain. Aku bingung dengan perkataannya. Dalam perjalanan pulang aku berpikir, siapa yang pernah aku sakiti dan ingin balas dendam? Karena tidak percaya dengan perkataan guru tersebut, aku mengabaikan nasihatnya untuk berdoa.
Pagi hari jam 3 pagi, aku terbangun dan teringat perkataan guru itu untuk berdoa memohon ampun kepada Tuhan jika ada orang yang pernah aku sakiti. Akupun berdoa dengan sungguh-sungguh sambil membayangkan kemungkinan orang-orang yang aku sakiti. Setelah itu perasaanku menjadi lega.
Jam 6 pagi aku turun dari tempat tidur untuk melakukan rutinitas yaitu berjalan di sekeliling rumah untuk melatih tubuhku agar semakin kuat kalau berjalan dan tidak sesak. Ajaib sekali aku merasa kuat dan tidak sempoyongan. Akupun langsung keluar rumah dan mencoba berlari. Perubahan yang drastis, aku mampu berlari tanpa sesak dan vertigo. Aku benar-benar takjub dan heran dengan perubahan diriku. Aku sembuh tanpa pengobatan medis hanya dengan doa pengampunan.
Akupun mengucapkan terima kasih atas doa yang dipanjatkan sang guru dan penyembuhan ajaib yang diberikan Tuhan. Mukjizat Tuhan itu nyata dan luar biasa. Doa menyembuhkan segalanya.
Depok, 15 Desember 2022
Comment Closed: Dokter dan Pendoa
Sorry, comment are closed for this post.