Lia menatap layar komputernya dengan tatapan kosong. Notifikasi email bertubi-tubi masuk, namun dia tak bersemangat membukanya. Perutnya mendadak mules, dadanya terasa berat untuk bernafas diiringi rasa cemas tak tertahan.
Hari ini adalah hari pengumuman perampingan karyawan di perusahaannya. Lia telah bekerja di perusahaan ini selama 5 tahun. Dia selalu bekerja keras dan menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Perubahan kondisi pasar membuat perusahaan mengalami penurunan profit sehingga harus melakukan restrukturisasi organisasi, dan demi efektifitas kinerja perusahaan, jalur otomatisasi pun dipilih.
Desas-desus tentang pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah beredar sejak beberapa bulan lalu, dan kini Lia dihadapkan pada kenyataan pahit. Ia membuka email notifikasi dengan tangan gemetar. Matanya berkaca-kaca saat membaca pengumuman bahwa ternyata dia termasuk salah satu karyawan yang terkena PHK.
Perasaannya campur aduk antara sedih, kecewa, dan cemas akan masa depan. Bagaimana dia akan membayar cicilan rumah, motor, asuransi dan biaya hidup lainnya? Bagaimana dia akan menghidupi anak dan orang tuanya?
Lia melangkah gontai, keluar dari bilik kecilnya. Dia mencari rekan-rekannya yang bernasib sama,”Rasanya ingin menangis, tapi aku harus kuat untuk mereka.”
Di tengah suasana duka, Wuri, salah seorang rekan senasib tengah tersenyum mencoba memberi semangat. Wuri berkata,”Ini bukan akhir dari segalanya, justru ini adalah awal dari babak baru. Sekarang kita punya kesempatan untuk memulai kembali. Kita punya banyak pilihan. Kita bisa berwirausaha. Kita bisa pindah ke karir yang baru, tapi yang jelas, kita perlu istirahat beberapa hari terlebih dahulu untuk pulih. Setelah siap, kita cari pekerjaan baru.”
Mendengar masukan Wuri, Lia tersadar bahwa dia tidak boleh larut dalam kesedihan. Dia harus segera mencari pekerjaan baru. Dia yakin bahwa dengan tekad dan kerja keras, dia pasti sanggup melewati masa sulit ini.
Sekilas Lia menangkap sebuah inspirasi,“Aku tahu apa yang harus kulakukan. Pertama, aku perlu menenangkan diri terlebih dahulu, takkan makan waktu lama, lalu aku akan perbarui resume dan portofolio, kemudian menghubungi teman-teman, mantan rekan-rekan kerjaku bahkan pakai cara online untuk mencari informasi pekerjaan baru. Aku harus tenang dan berpikir positif. Jangan sampai frustasi,”Lia memberi sugesti diri.
Pesan Moral:
Ketidakpastian dalam dunia kerja, tak bisa dihindari, akan selalu ada, dan untuk itu kita harus selalu siap menghadapinya.
Di tengah situasi yang sulit, kendalikan diri, jangan terlarut dalam kesedihan, sebaliknya pertahankan bara semangat pantang menyerahmu.
Layaknya sehelai kertas tipis yang selalu memiliki dua sisi, demikian pula kesulitan. Di balik setiap masalah, akan selalu ada peluang baru sebagai solusinya. Jadi, percayalah pada diri sendiri, teruslah berusaha.
Jangan lupa untuk saling menguatkan dan memberi semangat dengan orang lain yang senasib.
Kreator : Adwanthi
Comment Closed: Dokumen Pemutusan Tali Kasih
Sorry, comment are closed for this post.